06. Roacherz For Humanity

157 12 0
                                    

Happy Reading Fellas!

~♥~

E N A M

"Apa pun yang terjadi di masa depan, kalian adalah keluarga buat The Roacherz."

~♥~

Fabian membaca kembali isi pesan dari Hafizh tadi siang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Fabian membaca kembali isi pesan dari Hafizh tadi siang. Dibawahnya disertakan share location tempat party itu diadakan. Ia memastikan apakah alamat yang ia datangi sudah benar atau belum. Kelima laki-laki tampan itu memperhatikan rumah besar itu dengan seksama. Apalagi Fabian yang terlihat sangat terkesima. Walau rumahnya pun juga besar, bangunan rumahnya tidak semegah bangunan rumah ini. Pintu kayu yang nampak kokoh dan rumah bergaya klasik modern sungguh menarik mata.

"Bener kok ini alamatnya. Gede tenan iki omah. Pancen wong sugih!¹" ujar Fabian dengan logat jawanya. Fyi, Fabian berasal dari keluarga Jawa. Kedua orang tuanya orang jawa, namun Fabian lahir di Jakarta. Logat jawanya itu ia dapat dari kedua orang tuanya yang terbiasa berkomunikasi dengan bahasa jawa.

"Assalamu'alaikum! Atookkk! Oohh atookk!" teriak Iqbal menirukan serial kartun anak di televisi.

"Lo kata Upin dan Ipin?"

"Permisi! Ada orang?"

"Permisiii!!!"

"Nih rumah sepi bener?"

Mereka berteriak memanggil orang rumah. Namun hingga kini tak ada yang keluar menyambut mereka. Rumah megah itu tidak menunjukkan tanda-tanda berpenghuni.

"Katanya ada party, kok lampu depan kagak nyala? Malah kayak gak ada penghuninya!" Ujar Fabian. Benar saja lampu tidak dinyalakan, pintu dan jendela juga tertutup rapat. Mereka menunggu dan menunggu. Berharap ini bukan lelucon atau mereka jadi korban prank.

Beberapa detik kemudian ada seseorang yang membukakan pintu. Orang itu menatap datar kelima laki-laki yang nampak terkejut akan kehadirannya.

"Masuk," katanya singkat dengan nada jutek.

"Singkat amat mbak? Disambut dengan baik dong! Calon pacar loh ini!" goda Fabian sambil mendekati Felisha. Felisha pun menghindar dan masuk meninggalkan mereka dipintu. Fabian sendiri hanya tersenyum lebar dan mengekori Felisha.

Keempat orang yang lain saling menatap dan akhirnya ikut masuk. Mereka mengikuti langkah Felisha yang terkesan bukan mengantar tamu. Fabian dan teman-temannya dituntun menuju halaman belakang rumah. Di sana sudah ramai dengan gerombolan gila makan. Jelas saja, masing-masing dari mereka memegang satu snack dan asik mengobrol sambil mengemil. Felisha duduk disamping sahabat kecilnya dan mengambil paksa snack yang dipegang Ardha.

"Gelap amat dah, dimana partynya?" tanya Iqbal yang sudah penasaran setengah mati. Party macam apa yang sedang ia datangi ini? Kenapa mereka memilih di halaman belakang yang jelas-jelas sempit dan hanya tersedia sofa panjang yang hanya dapat di duduki 10 orang tuan rumah. Al pun berdiri dan menyambut mereka yang jelas masih kebingungan.

Game Over: THE WOLFGANGWhere stories live. Discover now