08. Kejujuran Seorang Buaya

139 11 0
                                    

Happy Reading Fellas!

~~

D E L A P A N

"Perlu gue tekankan sekali lagi? Gue gak percaya sama player,"

~♥~

"Gak main ponsel mulu Fel, nanti di ambil Bu Vida," nasihat Ardha membuat Felisha terkesiap. Ia segera meletakkan ponselnya di laci meja. Sedari tadi memang Felisha memainkan ponselnya, karena tugasnya sudah selesai. Ia tak sadar sudah ada guru didepan kelas.

Hari ini Felisha memang tidak jadi izin. Setelah perdebatan kemarin, Felisha mengalah dan memilih menunggu papanya pulang. Lagipula untuk apa berdebat panjang dengan Alvaro yang keras kepala dan menyebalkan itu. Apalagi kemarin adalah hari ulang tahunnya. Ia tidak ingin merusak suasana bahagia hari itu.

"Tugas lo udah?" tanya Ardha lagi. Felisha mengangguk dan menyodorkan bukunya ke arah Ardha. Ia tahu maksud Ardha yang ingin meminjamnya.

Ardha segera menyalin isi buku Felisha di atas bukunya. Ia menghela napas kasar sambil memperhatikan Ardha yang sibuk menulis. Laki-laki dingin di sebelahnya ini benar-benar tidak peka. Padahal mereka sahabat sedari kecil, tapi mengapa ia merasa bahwa Ardha ini tidak bisa melihat perasaan Felisha dengan baik. Moodnya sedang buruk. Bukan hanya karena perdebatannya dengan Alvaro kemarin. Namun ia tak mungkin lupa dengan hari ini. Hari ini, seorang cowok akan menembaknya untuk kedua kali. Itu sih katanya. Jujur Felisha masih ragu. Walau apa yang dilakukan Fabian terlihat menantang.

Tidak. Felisha tidak mau lagi berurusan dengan cinta sejak saat itu. Tapi hatinya berkata lain. Ia 'harus' move on. Mau bagaimanapun, yang ia alami ini tak akan pernah selesai atau tak akan pernah berujung bahagia. Punya pilihan? Ya. Hanya dua, mengenal lebih dekat, atau berusaha lebih dekat. Ah, mikir ginian itu enggak ada habisnya, batin Felisha.

Bel pulang sekolah berbunyi keras seolah menjadi peringatan wajib bagi keselamatan para siswa dari kegiatan belajar. Ardha pun mengembalikan buku tulis Felisha dan mulai membereskan barang-barangnya. Siswa yang lain juga ikut berkemas membereskan perlengkapan belajar mereka. Ardha dan Felisha melangkah keluar dan berpisah di depan pintu karena Felisha pamit untuk menemui Valerie lebih dulu. Dulu, mereka biasa pulang bersama, namun sejak kembalinya dari LA, Felisha selalu pulang bersama Al. Felisha menghampiri kelas Valerie untuk sekedar ngobrol sebelum pulang.

"Eh Fel. Duduk sini dulu deh, gue masih nyalin tugas," ujar Valerie yang melihat Felisha di depan pintu. Felisha pun menduduki kursi yang berada di depan Valerie. Ia memainkan ponselnya sambil menunggu Valerie. Felisha menghela napasnya kemudian menatap ke arah pintu. Ia melihat seseorang yang tak diharapkan muncul dan berdiri didepan pintu. Oh tidak. Kiamat dunia. Safe your self!!!

Orang itu menampilkan senyum khasnya sambil berjalan masuk mendekati Felisha. Ia duduk di kursi seberang Felisha dan meletakkan kepalanya ditangannya yang menyangga. Ia menatap Felisha dengan senyum menggoda. Felisha sendiri hanya diam tak perduli. Valerie juga ikut diam dan melanjutkan catatannya.

"Lama amat nyalin catatan aja," celetuk seseorang membuat Valerie menengok. Yang pasti itu bukan Felisha, karena Felisha juga ikut menoleh.

"Dih, siapa suruh nungguin gue?" tanya Valerie pada orang itu.

"Gak usah Pede! Gue nungguin calon pacar gue yang lagi nungguin lo," jawab orang itu dengan nada mengejek. Bisa menebak siapa orang itu? Yap, Rayfanno Fabian yang amat sok tampan. Itu sih presepsi Felisha ya.

"Mau lo yang keluar sekarang, atau gue ajak Felisha pergi?" tanya Fabian dengan nada sarkasnya. Bukan Valerie yang menoleh dan menatap Fabian marah, namun malah Felisha.

Game Over: THE WOLFGANGOnde histórias criam vida. Descubra agora