36. Dua Hati?

32 7 0
                                    

Happy Reading Fellas!

~♥~

T I G A P U L U H E N A M

"Ya okay. Gue belum sama sekali beranjak dari perasaan itu,"

~♥~

Pagi ini Felisha dan Fabian berjalan berdampingan di koridor kelas 11. Setelah masa skors kemarin dijalani dan pemulihannya di rumah sakit, Felisha kembali masuk sekolah dan menjalani hari-harinya seperti biasa. Ia cukup senang karena papanya memutuskan untuk membiarkannya tetap sekolah di SMA Delapan Dua. Ia sudah berdamai dengan Derrian dan Alvaro.  Setelah keluar dari rumah sakit ia langsung meminta diizinkan masuk sekolah. Apalagi gadis itu memang tak bisa lama-lama berdiam diri tanpa bertemu gerombolan gila makan yang selama ini menjadi pelariannya. Lihat saja, seseorang baru saja memeluk Felisha tiba-tiba. Felisha yang terkejut menoleh ke belakang dan menjumpai Valerie yang terlihat selalu riang itu.

"Akhirnya lo masuk juga! Gue kangen sama cerewetnya manusia ini ya Tuhan!" ujar Valerie heboh setelah melepas pelukan itu dan tidak menghiraukan Fabian yang menatap keduanya.

"Alay ih," ledek Fabian singkat.

"Enggak peduli!" jawabnya ke arah Fabian dan segera mengalihkan pandangannya lagi ke Felisha, "Lo kenapa gak ada pergi ke markas sih? Kan bisa main walau lu di skors!"

"Sibuk berbenah diri, Val," jawab Felisha dengan ekspresi sok sedihnya.

"Yeuu! Makanya enggak usah makin populer gitu deh, Fel. Haters dimana-mana," nasihat Valerie berniat bercanda.

"Yash! I know, but.. siapa juga yang mau jadi populer gini?" lagi Felisha masih berdrama ria dengan sahabat gilanya itu.

"Udah gue bilang kan? Jadi terlalu cantik itu resikonya banyak!"

"Iya mau gimana lagi Val? Gue udah terlanjur jadi yang paling cantik di sini,"

"Songong banget lu jadi cewek," celetuk Fabian di tengah drama itu. Makin di dengar makin tidak bisa di toleransi. Gadis-gadis ini benar-benar menjengkelkan.

"Gue yang cantik kenapa lu yang sewot? Lu ganteng aja kagak," balas Felisha dengan ketus.

"Buset! Jangan salah, mbak! Kegantengan gue ini udah bikin cewek yang paling cantik di sini jadi pacar gue," jawab Fabian tak mau kalah dari drama kedua gadis di depannya itu.

"Sedeng tuh cewek," ejek Felisha menanggapi lanjutan drama itu.

"Itu elu bego!" kata Valerie ke arah Felisha berusaha menyadarkan gadis itu untuk tidak menghina dirinya sendiri.

"Dih! Gue? Sama dia? Kiamat dunia kali," jawab Felisha makin angkuh.

"Gak usah sok gak mau lagi sama gue," goda Fabian.

"Gue emang enggak mau sama lo!"

"Tapi lo terima gue jadi pacar lo,"

"Tapi bukan berarti lo itu ganteng,"

"Tapi----"

"Woy!! Malah debat! Udah ya, capek gue dengernya," putus Valerie di tengah percekcokan Fabian-Felisha itu, "lu cowok ganteng mending pergi dulu dah. Gue mau ngobrol sama cewek yang paling cantik ini. Sana sana hush!"

"Ih, Sha, gue diusir nih," adu Fabian ke Felisha dengan wajah memelas.

"Lah, apa peduli gue? Sana lo pergi dasar cowok sok ganteng!," bukannya membela Fabian gadis itu justru ikut mengusir Fabian agar segera masuk ke kelasnya.

"Pacar macam apa lo anjir!" dumel Fabian sambil berlalu dari sana dengan langkah berat. Felisha dan Valerie pun tertawa kesenangan karena berhasil mengerjai Fabian.

"Ikut ke kelas gue aja yuk," ajak Valerie ke Felisha.

***

Keduanya pun memasuki kelas Valerie yang masih sepi. Valerie mengajak Felisha duduk di bangku paling belakang di tempat Valerie dan David duduk.

"Mau ngomong apa sih, Val?" tanya Felisha penasaran dengan tingkah Valerie saat ini.

"Lo udah move on?" tanya Valerie tanpa babibu. Felisha sedikit terkejut dengan pertanyaan blak-blakan ini.

Memang benar Valerie tahu semua tentang perasaan Felisha kepada sahabat kecilnya. Tapi kenapa pertanyaan macam itu keluar sekarang? Bahkan Felisha tidak tahu apa yang ia rasakan saat ini. Gadis itu mengangguk ragu sebagai jawaban. Valerie sendiri tak menyangka Felisha menjawab dengan ragu seperti itu.

"Jangan bohong, Fel," ujar Valerie yang tiba-tiba serius.

"Gue enggak bohong, Valey," jawab Felisha berusaha meyakinkan sahabatnya.

"Lo lagi bohong sama diri lo sendiri atau bohong sama sahabat lo?" tanya Valerie ketus. Ia mulai tak tahan dengan sikap Felisha ini. Mendengar itu Felisha menghela napas berat.

"Ya okay. Gue belum sama sekali beranjak dari perasaan itu," Felisha mengalah dan mengakui perasaannya membuat Valerie terdiam. Oh, ayolah. Felisha tak bisa semudah itu move on. Apalagi Ardha masih ada di tempatnya. Keduanya diam cukup lama sampai Valerie mengatakan sesuatu yang membuat Felisha mengernyit tak suka.

"Lo mending putusin Bang Fabian,"

"Jangan gila, Val,"

"Lo punya perasaan buat Bang Fabian?" tanya Valerie lagi membuat Felisha bungkam. Ia tak menjawab namun menatap Valerie dalam. Ia berharap sahabatnya bisa menangkap jawaban Felisha yang sesungguhnya.

"Fel! Kalau lo sayang sama Bang Fabian, lo harus lepas perasaan lo dari Ardha!"

Lihat. Valerie berhasil menangkap jawaban Felisha. Ia memarahi Felisha yang terlihat tak jelas itu. Hubungan Felisha dan Fabian sudah 4 bulan lamanya terjalin. Jika dalam pelarian itu Felisha masih belum bisa move on ia harus melepas Fabian. Ia tak boleh menyakiti orang lain lagi. Setelah Abram tak boleh ada lagi pelarian yang gagal. Kalau gagal lebih baik di lepas dari awal.

"Gue tahu, Val. Semua ini salah. Tapi gue sendiri enggak tahu harus gimana. Gimana caranya supaya gue cuma cinta sama satu orang aja?" ujar Felisha membuat hati Valerie sedikit tergores rasa kasihan. Sahabatnya sedang menghadapi perang dengan perasaannya sendiri. Ia tak bisa membantu apapun karena hanya Felisha yang bisa menyelesaikan ini.

"Fel..."

"Udahlah, Val. Biar ini berjalan aja sampai kapan pun Tuhan kasih perasaan ini. Akan ada saat dimana salah satunya bakal pergi," ujarnya lagi kemudian berdiri dan pamit, "gue balik ke kelas dulu,"

Valerie pun hanya membiarkan Felisha berlalu dari sana. Ia tahu Felisha benar-benar tak bisa menghadapi ini. Dari semua sahabat Felisha, yang tahu tentang alasannya pergi ke LA satu tahun lalu hanya Valerie. Pelarian Felisha pada Abram yang gagal membuat gadis itu stress. Ia tak bisa menghadapi Ardha maupun Abram. Jadi ia memutuskan untuk lari ke LA menenangkan diri dan berusaha melepas semuanya.

Felisha sadar tak ada tak bisa di selesaikan dengan lari seperti itu. Akhirnya ia memilih pulang berusaha menghadapi perasaannya. Namun setelah kembali tak ada yang berubah. Felisha memang ada di sana, tepat di hadapan Ardha dan siap untuk bertempur. Namun gadis itu masih bersembunyi dan berkamuflase di balik kata persahabatan tanpa niat untuk membuang pelurunya.

~♥~

Yeheett! Apa kabar lagi Fellas?

Part "Dua Hati?" Akhirnya selesaiiiii!! Aku senang sekali karena kita mulai mendekat ke konflik-konflik utamaa!bagaimana Fellas? Apa ada yang pernah mengalami seperti Felisha? Jatuh di dua hati di saat yang sama?

Seperti nya akan sulit ni kedepannya. Apa Fellas udah siap mental? Wkwkwk

Kalau begitu segini dulu untuk parti 36! Kita jumpa lagi di part selanjutnya!

Terima kasih sudah membaca! Jangan lupa aku minta satu bintangnya untuk part ini yah! Salam,

-dessafel.

Game Over: THE WOLFGANGOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz