Part 49 "Dikunjungi"

Start from the beginning
                                    

Alis Syila saling bertatut. Ia tak percaya jika ibunya baru saja meminta untuk bertemu dengan laki-laki itu. Tidak, Syila tidak yakin apa hati ibunya cukup tangguh untuk membuka luka di masa lampau. "Kenapa bu? Syila nnggak mau." Tolaknya tak setuju.

"Ibu nggak kuat menyimpan kebencian dan dendam terlalu lama Syila." Tangannya berganti mengusap telapak tangan Syila lembut. "Memang nggak semua luka bisa disembuhkan hingga menghilangkan bekasnya, tapi bukan berarti kita sama sekali nggak coba melakukan sesuatu terhadap luka itu. Setidaknya keringkan dan buat dia tak sesakit sebelumnya." Kata ibunya penuh makna. Ia tak mau putrinya menyesal karena tak memberikan satupun kesempatan pada sang ayah.

Syila menunduk ke bawah seraya mengusap sisa air mata di wajahnya. "Iya bu, Syila ngerti."

"Makasi anak ibu." Dan tak lama badannya kembali dibawa masuk ke dalam pelukan hangat. Saking hangatnya hingga Syila bisa lupa sejenak untuk menyiapkan dirinya fisik dan mental untuk besok.

...

Pintu menuju balkon terbuka menampakkan seorang gadis menyandarkan tubuh depannya di penyangga besi itu. Tak seincipun dari badannya tergoyah oleh angin malam yang menerpa kencang terkecuali rambut panjangnya. Mata gadis itu kosong menatap bintang-bintang yang bercengkrama menghiasi langit malam. Begitu menyejukkan hati dan menenangkan pikiran.

"Ting.."

Terdengar suara notifikasi dari handphone dalam genggaman jemari Syila. Gadis itu mengembalikan kesarannya dan menghidupkan telepon genggamnya. Senyuman perlahan mengembang ketika satu nama pengirim pesan terpapar di dalam layar.

Arlan

Gue otw nyamperin lo ke hotel

Nggak perlu izin.

Apa benar laki-laki itu akan datang kesini. Jari Syila mengirim balasan, namun hanya centang satu yang ia dapat. Mungkinkah laki-laki itu sudah berada di tengah jalanan ibu kota. Apakah perlu terburu-buru seperti itu. Semoga saja kecepatan kendaraan Arlan tidak di atas rata-rata.

Syila menikmati seisi hamparan langit untuk sesaat lagi sebelum dia masuk ke dalam dan mengambil jaket. Walau tubuhnya telah terbalut rapi dengan piyama tidur, tapi ia berusaha menghargai usaha Arlan.

"Bu, Syila ke supermarket di bawah bentar ya." Izinya sedikit keras sebab mamanya tengah sibuk membersihkan diri di dalam toilet. Begitu mendapatkan jawaban ya Syila mulai melangkah keluar kamar. Jalannya santai agar waktu terlewati dan ia tak lama menunggu.

Begitu keluar dari hotel, Syila berbelok ke kanan. Ia memang ingin membeli sebotol yogurt untuk mengisi perut sebelum berjumpa dengan laki-laki itu.

Tunggu.... kenapa ia merasa melihat siluet orang yang begitu tak asing. Buru-buru Syila mengambil handphone di kantong jaketnya dan melihat jam. Baru sepuluh menit berlalu dan Arlan sudah sampai, ya laki-laki itu tengah melangkah keluar dari supermarket. Tiba-tiba ia tersenyum misterius seraya menatap Arlan dengan lekat.

Kaki Syila berlari cepat lurus ke depan.

"Arlann..."

"Heii.." Kata Arlan sontak ketika Syila tiba-tiba meloncat ke tubuhnya dan bergelantung bak koala. Sedetik kemudian kaki gadis itu melingkar di sekeliling pinggangnya dengan tangan yang bertengger kuat di sepanjang leher. Bahkan kepala Syila bersender ria di bahunya. Arlan sama sekali tak masalah dengan posisi ini, ia sangat menyukainya. Gadis itu bahkan dengan berani menghirup aroma tubuh di bagian lehernya.

"Kangen banget ya sama gue

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kangen banget ya sama gue." Tukas Arlan percaya diri. Kedua tangannya perlahan menyangga pinggang ramping Syila. Jari-jari besarnya terasa pas di punggung itu.

Sial, gerakan tangan Arlan membuat bulu kuduk di leher Syila meremang. Padahal ia sendiri yang memulainya. Jemari itu bahkan menyebabkan rasa geli di perut, tapi Syila suka. Posisi ini juga terasa nyaman dan hangat, masalahnya seketika hilang sirna dari permukaan.

"Turun dulu." Pinta Arlan melihat tempat mereka saat ini yang berada di pinggir jalan.

"Enggak."

Arlan berdecak. "Malu diliatin orang di jalan."

"Iya-iya." Jawab Syila terpaksa seraya mencebikkan bibirnya.

Begitu turun posisinya yang tadi sejajar dengan Arlan berubah menjadi di dagu laki-laki itu. Dengan leluasa sekarang berganti Arlan merasa gemas sendiri melihat wajah Syila. Tangannya terulur ke depan mencubit hidung mungil itu. "Gemes banget sih."

"Yuk gue anter balik ke hotel." Tambah Arlan.

Kedua Alis Syila terangkat ke atas. "Gitu aja?" Terdengar nada kecewa di pertanyaan yang keluar dari mulutnya.

Arlan menurunkan kepala hingga berada tepat di depan wajah Syila. "Mau apa emang?"

"Bawa gue jalan-jalan." Ucap Syila seraya menunduk ke bawah. Ia benar-benar terlihat bak anak kecil yang meminta sesuatu dengan orang tuanya, malu-malu.

Arlan berfikir sebentar. "Yaudah ayo."

Setelah melihat ekspresi girang Syila, Arlan mulai melangkah menuju motornya. Tapi tunggu ia tak merasa ada pergerakan seseorang di belakang. Begitu membalikkan badan, Syila nyatanya masih di posisi yang sama.

"Kok nggak jalan?"

"Gendong."

Late night update 🎉🎉
Semoga kalian belum tidur deh wkwk
Gimana asupan kemesraan ini???
Para jombol rebahan sudahkah berteriak? Wkwk 😂😂
Part ini ga ada pertanyaan dulu ya karena penulisnya sendiri ngantuk 🤭
Semoga habis baca ini kalian dapet bunga tidur yang mengesankan ⚘
Good night semua...
Jumpa lagi 🖐🖐

Romansa Remaja Satu Atap (END)Where stories live. Discover now