Part 16 "Danau"

84K 9.5K 246
                                    

Yuk jangan jadi silent readers ;)
1 vote kamu berarti sejuta bagi penulis❤

"Ada gue, nggak ada yang perlu lo takutin."

Syila perlahan melepaskan diri dari dekapan Arlan. "Maaf, lo pasti kaget tadi." Ucap Syila sembari menghapus sisa air mata.

Tangan Arlan menggenggam kedua tangan Syila. "Udah enakan?"

Syila dengan cepat mengangguk. Ia kemudian hendak melepaskan tangannya dari tangan Arlan sebelum sesuatu yang lain mengalihkannya.

"Tangan lo biru? Jangan-jangan karena tadi?" Tanya Syila khawatir. Kondisi berbalik dengan tangan Syila yang saat ini menggengam tangan Arlan. Syila merasa bersalah soal telapak tangan laki-laki itu yang tadi menghalanginya membentur pilar.

Arlan menggeleng. "Nggak papa, besok juga hilang."

Syila mengusap bagian yang lebam tersebut dengan hati-hati. "Gue minta maaf."

Arlan menarik tangannya. "Nggak perlu, siap-siap bentar lagi nyampe." Titah Arla kembali memegang setir.

Syila membenarkan posisi duduknya. Lima menit berlalu, ia dapat melihat pemandangan danau yang luas di depan.

Syila dan Arlan sama-sama turun dari mobil.

"Gimana, nyesel nggak ikut gue?" Tanya Arlan menoleh pada Syila.

Syila merasa terpesona di tempat. "Nggak lah, seneng banget malahan." Syila menghirup udara yang sejuk sedalam-dalamnya. Suasana di danau ini benar-benar membantunya melupakan mimpi buruk tadi.

Syila berlari kecil mendekati pinggiran danau.

"Jangan lari." Tukas Arlan memperingati lalu mengejar langkah gadis itu dari belakang.

Arlan memperhatikan wajah Syila yang terlihat begitu sumringah padahal baru tadi ia melihatnya menangis. "Lo keliatan kayak nggak pernah main ke danau ya." Ejek Arlan menggeleng-gelengkan kepala.

Syila mengerucutkan bibirnya. "Pernah ya, tapi udah lama juga sih."

"Duduk sana." Arlan menunjuk sebuah kursi yang terbuat dari kayu.

"Lo sering kesini?" Tanya Syila setelah mendaratkan bokongnya di atas kursi.

Arlan memasukkan tangannya ke kedua saku jaket dengan pandangan lurus menatap tenangnya air danau. "Lumayan, kalo gue ngerasa lagi butuh udara segar."

Syila mengangguk dengan kaki yang diayun-ayunkan. Tangannya lantas terulur mengambil dua tangkai bunga dandelion.

"Ambil." Tangan Syila menyodorkan yang satunya kepada Arlan.

"Nggak."

"Ck." Syila tidak menerima tolakan, tangannya mengambil paksa tangan Arlan dan memberinya satu tangkai.

Syila memandangi bunga dandelionnya. "Gue yakin setiap orang di dunia ini punya masalah baik di masa lalu atau sekarang, tapi kita harus nyontoh bunga ini. Bunga ini punya makna bahwa lo harus selalu optimis dan pantang menyerah, lo bisa bertahan di tahap tersulitpun selagi lo punya semangat."

"Jadi lo harus nemenin gue niup ini." Titah Syila dengan senyuman lebar.

Syila mulai menghitung mundur dan mereka akhirnya meniup bunga tersebut bersamaan. Penjelasan Syila membuat Arlan berubah pikiran. Angin menerbangkan setiap bagian kecil menyatukannya dengan ruang dan langit.

 Angin menerbangkan setiap bagian kecil menyatukannya dengan ruang dan langit

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.
Romansa Remaja Satu Atap (END)Место, где живут истории. Откройте их для себя