Duapuluh satu

598 91 13
                                    

Ava's POV

"TERIMA! TERIMA! TERIMA!"

Itulah apa yang sedang serempak diteriakan sekarang oleh semua orang yang menontoni Andre dan aku di tengah lapang.

Aku harus bilang apa? Aku tidak suka padanya--sedikitpun tidak.

Aku melirik Sarah beberapa kali tetapi dia sibuk dengan ponselnya sendiri. Oh Sarah, tarik aku dari sini sekarang juga, bisa tidak?

Aku tidak mau bikin malu Andre, tapi, aku kan tidak suka padanya!

Setelah 5 menit--mungkin, aku berdiri begini tanpa jawaban, ponselku bergetar dalam saku seragam.

Aku mengambilnya, dan melihat notifikasi Video Call Skype.

Oh.

Video Call.

DIA GILA, APA DIA MENGAMATIKU?

Andre melihatku dengan tatapan bingungnya, tetapi tetap berlutut dan memegang bunganya seperti patung.

Aku bingung. Angkat?

Oh, angkat saja, mungkin penting.

Aku melihat Michael sedang memasang wajah panik dan kulihat dia dadanya naik turun dengan cepat--nafasnya menderu.

Aku menatapi layar dengan bingung.

"AVA, BERIKAN PONSELNYA PADA COWOK ITU."

APA? DIA TAHU? BAGAIMANA BISA? APA DIA MENYEWA MATA-MATA? ATAU DIA PUNYA INDRA KEENAM YANG BISA MELIHAT KEBERADAANKU?

Aku merasa terintimidasi.

"AVA, BERIKAN PADANYA!"

Aku mengangguk cepat--takut dengan nada bicaranya yang naik 182 oktaf dari biasanya.

"Andre, ada yang ingin bicara denganmu." Aku menyerahkan ponselku padanya.

Andre menautkan kedua alisnya bingung, lalu meraih ponselku dan melihat layarnya--dia terlihat semakin bingung dengan raut 'siapa dia?'

Michael's POV

Darahku mendidih dari dalam.

Aku baru pulang dari studio dan menemukan satu mention dari salah satu temannya yang bernama Sarah.

@SarahFirnia: "@Michael5SOS Michael, this is Ava's friend, it's emergency call. [attached picture]"

Dan dalam foto itu, terlihat cowok yang sedang berlutut dengan seikat bunga di hadapan cewek berambut cokelat yang sangat familiar denganku--Ava. Sudah jelas, kalau cowok itu sedang menyatakan cintanya pada Ava.

Setelah Ava kelihatan kaget dan takut, dia menyerahkan ponselnya pada cowok sialan tidak tahu tersebut.

Cowok itu melihatku dengan tatapan bingung, langsung saja, biar dia tahu diri.

"Hey kau, menjauhlah dari Ava!"

Cowok itu malah mengerinyit,

"Apa kau tidak lancar berbahasa Inggris, bung?"

Aku menarik napas dalam, dan berbicara pelan-pelan supaya dia paham.

"Menjauhlah ... dari ... Ava ... aku ... adalah ... pacarnya."

Tak lama setelah aku menyelesaikan kalimatku. Cowok itu melebarkan matanya--jelas terlihat kaget.

Oh, di luar skenario, aku bilang pacar Ava.

"Okay, sorry." Cowok itu terlihat malu dan menyerahkan ponsel kembali pada Ava.

Aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya, tetapi yang kulihat adalah wajah Ava dari bawah, dan kerumunan di lantai dua.

Terdengar juga teriakan 'WUUUUU' yang sangat menggema dan keras sekarang.

"Ava?" Panggilku padanya.

Dia melirik layar ponsel di tangannya, dia melirikku. Tetapi dengan tatapan sayu.

Ada apa dengannya? Apa aku melakukan hal yang salah?

"Thank you."

Ava mengatakan itu dengan senyuman lemahnya lalu dia mematikan Video Call.

Ada apa dengannya? Ada apa? Apa dia marah?

Atau bahkan ... dia menyukai cowok itu dan bermaksud untuk menerimanya?

FUCK, jangan pernah bilang begitu lagi, membayangkannya saja sekarang dadaku begitu sesak. []

________________________________________

Part pendek lagiii, yah daripada ga update lah yaaa

Vote dan Komentar!

Besok mungkin partnya akan sedikit lebih panjang.

Thanks for reading! Love & goodnight!!

Don't Stop [Michael Clifford]Where stories live. Discover now