28

272 30 25
                                    

Matilda terbangun dari tidurnya, merasakan hangat karna dekapan seseorang kencang tak melepaskan tubuhnya. Melihat ruangan yang tersebut tampak tidak asing baginya, ia menyadari rupanya dirinya sekarang berapa di kamar pribadi ruangan Snape di Hogwarts.

Ia mengusap tangan pria itu yang memeluk tubuh serta memegang perut buncit kecilnya. "Mengapa kau mencariku lagi?" batinnya bertanya.

"Bukankah aku pernah mengatakannya padamu, aku tak bisa hidup tanpa mu. Kau bilang, kau ingin memiliki ku seperti keinginan mu di masa lalu?" Suara parau pria itu terdengar jelas di telinganya. Matilda berbalik melihat wajah pucat dan lesu pria itu terlihat dirinya tampak frustasi.

Severus mengecup kening kekasihnya sekilas "I love you"

"Kita masih bermarahan, kau tau!"

Severus mengusap perut wanita itu penuh kelembutan. "Hai anak ayah, apa kabar? Apakah kau merindukan ayah mu nak?"

Matilda langsung menutup mulutnya, ia merasa sangat mual. Ia langsung berlari terbirit menuju wastafel di kamar mandi kamar tersebut dan memuntahkan segalanya yang ingin ia muntah kan.

"Severus, huekk"

"Help me!"

"Katanya masih marahan?" ledek Severus selagi bangkit dari baringnya menyusul sang kekasih. "This is your child!"

Severus menopang tubuh kekasihnya yang melemah masih muntah muntah tanpa henti. "Kau bersetubuh dengan Lucius kan semalam, mungkin dia ayahnya"

"Jangan konyol dan meledekku sekarang Severus! Anakmu benar benar menyiksaku setiap saat!"

"Pergi kau! Aku mau kencing!"

"What should I go for? If I could make you pee on my bed, babe!"

Karena kesalnya Matilda harus melakukan pertahanan. Ia menggunakan kekuatannya untuk membuat Severus terdorong kebelakang dan menutup pintunya. "Kandunganku sudah 18 Minggu! Tapi seperti 20 Minggu saja" Racau Matilda selagi mengusap perutnya perlahan. "Memangnya apa bedanya, bukankan itu bagus janinmu berkembang sempurna Matilda"

"DIAM KAU SNAPE! JANGAN MEMBUATMU NAIK PITAM!!"

"Baiklah aku akan membuatkan sarapan untukmu" Severus jadi meringis ketakutan, ia menuju dapur membuatkan wanita itu hidangan dari tempat yang sangat ingin ia kunjungi. Yaitu Italia, ia memutuskan membuatkannya risotto dengan tambahan sayur dan menyiapkan segelas susu untuk bayi didalam perut sang ibu.

Matilda menuruni tangga, mendekati tubuh kekasihnya yang sedang memasak. "Kau masak apa?"

"Kau lahir dimana?"

"Paris"

"Aku membuatkanmu risotto karena kau ingin ke Italy"

"Ga nyambung pak!" Matilda kesal, tetapi Severus mengecup kening dan pipinya. "Sudah pakai baju rupanya"

"Aku sarapan di aula saja kalau begitu"

Severus dengan cepat memeluk tubuh wanita itu, membuatnya berada didalam dekapannya. "Jangan menghilang lagi! Aku jadi gila karenamu, kau tau" ia mengacak-acak rambut hitam wanita itu. Tetapi tetap saja Matilda tak tersenyum sekalipun.

Karena gemas dan senangnya Severus ia mencubit kedua pipi wanita itu. "Senyum dong cantik! Nah begitu dong kan terlihat seksi"

Ledek Severus membuat wanita itu kembali tersenyum. Namun seketika ia kembali dalam mode datar nya. "Kita masih marahan kau tau!"

"Lelah berhadapan dengan mu Matilda" Severus pasrah selagi mengaduk panci masaknya. "Aku tak memintamu mencariku, kau saja yang menjemputku"

Matilda duduk di meja makan selagi membaca Daily Prophet yang biasanya Severus baca kala ia senggang. Matilda hingga bergeleng dengan keahlian Skeeter dalam membuat berita, perkataannya sangat membual penuh dengan kepalsuan yang di lebih lebihkan. "Di kehidupan ku di masa lalu aku tak pernah berlebihan begini untuk mendapatkan atensi pembaca koran ku"

Endless LoveOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz