2

586 67 2
                                    

P l a k k

" Kau berselingkuh Anthony!! "

" Tidak Helena!! Aku tak melakukan itu!! "

" Kau pikir aku tidak tau!! Kau mengajaknya sarapan bersama dengan nya di kedai Madame Roselie!!dan berbicara se intim itu!! "

" Dia bawahanku!! Sekarang ia jadi ketua redaksi menggantikan de Haan karena dia berada di Hindia!! Kau tau akan itu! Kami hanya membahas pekerjaan saja Helena!! Mengapa kau jadi sangat sensitif seperti ini? "

" Ini semua karenamu!! "

" Aku? Kau saja yang terlalu angkuh dengan dirimu sendiri, ingin bisa hidup mewah lebih dari sekarang!! Hobi mempamer penampilan mu ke depan banyak orang!! "

" DIAM ANTHONY!! "

" AKU MENIKAHI MU KARENA AKU MENCINTAIMU DARI RASA HATIKU!! AKU BERUSAHA SEMAMPUKU MELULUHKAN HATI AYAHMU YANG SEORANG PEJABAT TINGGI DI NEGERI INI!! "

" Kau selalu menjarak dariku ketika aku berusaha mendekatimu lagi, Helena!! "

" Jangan buat aku seakan-akan yang bersalah Anthony!! Kau yang berselingkuh!! "

" Tidak!! Tapi kau yang melakukan itu dengan Eden!! Aku tau itu Helena!! "

" Seharusnya akulah yang marah karena itu!! "

" Shut it!! And get out from my house!! Now!! " Amarah yang tak terbendung membuat Anthony memutuskan sebaiknya untuk pergi meninggalkan istrinya itu yang tengah dilanda emosi yang membakar seluruh suasana dirumahnya. Hari yang semakin larut, lentera sudah dinyalakan di setiap tepi jalan. Ia tidak memiliki tempat pelarian.

Kembali ke rumah ibunya dengan menunggang kuda menuju Utre justru akan memperkeruh suasana. Apa boleh buat, Anthony memutuskan untuk kembali ke gedung perusahaan korannya lagi.

Russell kembali menuju rumahnya, ketika ia mau membuka pintu rumahnya justru kuncinya tersebut itu tidak ada di dalam tas selempang. Justru hanya ada kunci pintu tempat kerjanya itu. Russell memutuskan kembali mengambil kunci rumahnya yang semula ia ingat berada di laci meja kerjanya.

Ia berjalan masuk kedalam gedung tersebut, ia tak sengaja menyenggol lemari rak disana, ia tak memakai pencahayaan apapun kecuali sinar rembulan di tengah kegelapan yang menyinari dari balik jendela. " Siapa disana!! "

Russell justru membungkam mulutnya sendiri, ia merasa binggung bukankah dirinya hanya seorang diri disana. Namun, mengapa ada suara seorang laki laki di dalam bangunan tersebut. Russell bergegas melakukan tujuan utamanya, dan perlahan berpatroli. Meskipun dengan pencahayaan minim. " Sir!! Sir Anthony!! Mengapa anda ada di sini sir "

" Lalu mengapa kau ada di kantorku malam malam begini, Russell "

" Uhm.. aku mengambil kunci rumahku tertinggal di laci meja kerja, sir " jawabnya ragu dengan menggaruk tengkuknya yang tak gatal itu. Terlihat pria itu sangat frustasi, segelap apapun gelapnya malam. Tetap saja, terlihat betapa muram wajahnya. Russell berusaha menyalakan lentera di sudut ruangan, memberikan seberkas cahaya di sana dan salah satu jendela kecil juga. Ruangan itu terasa sangatlah pengap. Anthony sudah menghabiskan banyak batang rokok, asapnya terjerembab di dalam sana.

" Astaga sir!! Kau sudah merokok sebanyak satu bungkus! Apa yang membuat mu menjadi seperti ini? "

" Aku sedang banyak pikiran, Russell.. sebaiknya kau kembali "

" Jika aku kembali, maka kau juga harus kembali sir! Kau mengatakan itu kemarin.. sebenarnya apa yang sedang mengacaukan pikiran mu? "

" Bukan urusanmu! " Suaranya sedikit meninggi, ia menatap wajah gadis itu yang terlihat prihatin dengan keadaan seperti saat ini. Ia melihat gadis itu dengan penuh rasa lelah, ia ingin mencurahkan kelelahan hatinya itu. " Sebaiknya kau ceritakan saja padaku, sir.. Bukan sebagai pekerja mu. Tapi sebagai teman yang mau mendengarkan setiap keluh kesah mu, bahkan saat ini "

Endless LoveWhere stories live. Discover now