14

490 55 35
                                    

Karena para pembaca cerita author adalah anak baik yang gorjes..

Maka dari itu author minta doannya kalian buat doain author jadian sama mamas doi ya:v

Makasih juga dah doain author supaya sembuh🤗

Sekarang author dah sehat kembali:))







_______________________________

Keduanya sampai dirumah keluarga Gaunt dengan jaringan Flo ke perapian utama bangunan tua tersebut. Tempat Matilda tinggal sendirian selama ini tanpa ayah, ibu bahkan saudaranya. Ia benar benar tinggal sendirian sejak usianya 9 tahun, tidak salah jika Matilda adalah wanita tangguh dan mandiri.

Matilda sempat bersembunyi di sebuah toko roti di Diagon Alley untuk menyamar dari usaha pamannya itu untuk membunuh dirinya. Ia berusaha membantu sang pemilik toko untuk bekerja di sana, hingga pada akhirnya Dumbledore menyadari ada seorang penyihir cilik yang tengah berada di dalam bahaya.

Matilda kecil dapat bertahan dalam kondisi keras dan sulit saat itu. Ia harus membantu tuan nya membuat roti dan menjualkannya kepada para pembeli, ia di gaji tak seberapa. Setidaknya layak untuk makannya sehari hari dan para pembelinya sering berbaik hati memberikan 'tip' karena keramahan dan kepintaran gadis kecil itu dalam melayani pemesanan para pembeli. Hingga pada akhirnya keramahtamahan serta kepintarannya itu mengundang pria berambut putih panjang dengan mata birunya yang berusaha keras untuk membebaskan nya dari tuan nya kala itu, hingga pada akhirnya Matilda bisa merasakan nyamannya perlindungan dinding tinggi kastil Hogwarts dengan segala keajaiban nya ketika ia menginjak 11 tahun, dan sejak saat itulah ia berjumpa Severus Snape muda dan menjadi temannya. Meskipun Severus tak pernah mengakui gadis itu sekalipun menjadi temannya, bahkan untuk status sahabatnya.

∆∆∆∆

Severus memperhatikan rumah sederhana tersebut, terlihat kotor penuh debu karena telah lama tak terhuni. "Maafkan rumah ini cukup kotor, aku belum pernah membersihkan nya sejak berada di Hogwarts. Niatnya aku akan membersihkannya besok pagi"

"Kenapa tak menggunakan sihir saja?"

"Membersihkan rumah adalah olahraga terbaik, Severus!" Matilda menarik tangan Severus, membawanya menuju dapur. Ia mengatupkan jarinya, dapur yang semula kumuh dapat menjadi bersih berseri. "Kau bisa melakukan itu?"

"Tentu saja bisa.. apa aku juga harus membersihkan mu juga?" Ledeknya, Severus justru melempar mukanya tak ingin melihat tatapan mesum Matilda yang berusaha terpancarkan padanya. Severus beralih pandang dan tujuan, ia menuju sudut dapur yang terdapat rak kecil di atas rak bahan makanan. Berisikan rak buku, terlihat banyak buku masakan di sana. "Permainan kata yang licik!"

"Lidahku segesit ular.. aku turunan Salazar, kau akan menyadarinya nanti." Keduanya saling terdiam, Severus menyadari celetuk kecil balasan wanita itu yang seakan tengah menggodanya. "Coffee or Hot Chocolate?"

"Coffee, please" Matilda menemukan tujuannya, ia membuat dua cangkir kopi hitam hangat untuknya dan juga pria itu di sana. Matilda memikirkan hal kotor yang bisa ia lakukan bersama Severus malam ini, mungkin keduanya dapat melalukan awalannya di sana. Pikirannya melayang membayangkan seberapa besar ukuran pria itu dari dalam benaknya yang ia sengaja tak menutupinya.

Severus mulai terganggu karena dapat membaca isi pikiran wanita itu dengan begitu mudahnya. Terlebih saat ini Matilda tengah mengkhayalkan bahwa pria itu meremas payudaranya dengan kasar. Hingga membuat wanita itu mengerang dengan keras.

Endless LoveWhere stories live. Discover now