After : Empat Puluh sembilan

829 85 10
                                    

Keesokan harinya aktifitasnya kembali sebagai seorang pelajar yang harus datang ke sekolah dan mempelajari berbagai pelajaran yang ada telah kembali.

Sekarang Abila, Keira dan Dava sedang ada di kantin untuk makan siang. Keira duduk di samping Dava sedangkan dirinya duduk di hadapan mereka berdua seorang diri.

Abila menikmati baksonya dengan tenang. Di samping mangkuknya ada ponsel yang terus bergetar menampilkan percakapan teman-temannya. Senyumnya kadang hadir ketika sadar jika dirinya berhasil pulih dan bisa berdamai dengan teman-temannya.

Abila melirik Keira dan Dava yang sama diamnya seperti dirinya. Makan memang tidak di anjurkan untuk berisik, kan?

Ponsel Keira berbunyi cukup nyaring membuat Abila penasaran dengan siapa yang menelepon gadis itu. Raut wajah Keira seketika berubah ketika melihat layar ponselnya.

"Hallo assalamualaikum, Tante,"

"Lagi di sekolah, kenapa?"

"Rumah Tante? Oh, iya, Kei kesana sekarang. Tunggu, ya Tan."

Ponsel di matikan. Keira memasukan ponsel dengan terburu lalu gadis itu menatap Abila.

"Gue izin pulang, ya, Bil. Titip pesan sama guru!"

Keira menarik tangan Dava, "Cepat!" teriaknya. Mereka berdua meninggalkan kantin begitu saja seperti anak ke setanan. Abila yang di tinggal bersikap acuh lalu kembali menikmati baksonya.

Bakso di mangkuknya sudah habis. Es di gelasnya pun sama habisnya. Perutnya benar-benar kenyang dan sudah tidak bisa menampung apapun lagi.

Matanya melirik ponsel yang bergetar. Panggilan masuk dari bundanya.

"Hall-

'Pulang sekarang! Pak Kardi udah di depan sekolah.'

"Hah? Gimana, Bund?"

'Kamu cepat keluar sekolah. Yanto udah izin sama guru kamu dan sekarang Kardi udah di depan sekolah tunggu kamu. Cepatan, Nafisa!'

"Ada apaan sih, Bund? Kalo ga jelas tujuannya Bila ga mau pulang-

'Aruna mau melahirkan! Cepetan. Bunda tunggu di rumah sakit, sekarang!'

Panggilan langsung mati. Abila diam sebentar. Dirinya ngebung!

Tadi bundanya bilang siapa yang mau lahiran? Aruna? Aruna siapa?

Astaga! Aruna.

Abila bergegas berlari keluar kantin untuk kembali kedalam kelas mengambil tasnya. Sampai di depan gerbang benar kata bundanya jika pak Kardi susah menunggunya bersama dengan Yanto. Abila dengan cepat masuk kedalam mobil dan mobil berjalan dengan kecepatan sedang mengikuti jalur yang cukup macet.

Di dalam mobil Abila membuka percakapan dengan Yanto.

"Udah pembukaan berapa, Pak?"

"Saya kurang tau, Nona. Tadi pukul sepuluh Ibu di telepon Tasya lalu Ibu langsung panik dan pergi ke rumah sakit detik itu juga. Bahkan Ibu tidak bawa dompet hanya membawa ponselnya saja." jelas Yanto sesuai kejadian yang tadi mereka alami

"Yaudah kalo gitu kita pulang dulu ambil dompet Bunda, Pak."

Yanto memberikan dompet hitam milik Humairah pada Abila. Abila menerimanya.

"Sudah saya bawa, Nona. Tadi Widya yang ambil di kamar Ibu atas perintah Ibu." takut Abila salah sangka padanya, Yanto memilih menjelaskan secara menyeluruh.

Abila mengangguk saja. Ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran mobil, memejamkan matanya. Di sampingnya ada Yanto yang terlihat sibuk dengan ponsel.

After that [Selesai]Where stories live. Discover now