After : Tiga Puluh Delapan

687 72 4
                                    

Dua gadis yang tengah berdiri di depan pintu ruang BK itu terlihat gelisah. Sejak pelajaran kedua sampai bel pulang berbunyi Dava dan Raka belum juga kembali ke dalam kelas.

Keira dan Abila sampai membawakan tas keduanya. Abila melirik jam di ponselnya, sudah pukul satu lewat sepuluh. Pak Kardi sudah dapat di pastikan tengah menunggu.

Keira memeluk tas milik Raka dengan erat. Sedangkan Abila yang membawa tas milik Dava hanya menentengnya.

"Tasnya berat? Mau tukeran ga, Kei?" tawar Abila. Keira terlihat kesulitan membawa tas Raka. Padahal hanya satu tas saja.

Keira menoleh pada Abila, "Ga usah. Tas Dava gue jamin lebih berat. Dia lagi, buku tebal-tebal di bawain semua!" tolaknya tegas.

Benar. Tas Dava memang berat. Jika di bandingkan dengan tasnya, mungkin tiga kali lipat perbandingannya. Keduanya diam lagi.

Mata Abila menjelajahi lapangan yang ada persis di depan ruang BK. Ada dua pengurus sekolah yang sedang membersihkan lapangan dan sekitarnya. Pak Dawid lewat dengan tas kerjanya, Abila tersenyum singkat sebagai bentuk hormat.

Pak Dawid memanggil Abila menyuruhnya untuk mendekat padanya.

"Saya?" ucapnya tanpa suara sambil menunjuk dirinya sendiri.

Pak Dawid mengangguk.

Abila mencolek lengan Keira yang tengah melamun. Keira menoleh, "Kenapa?" tanyanya.

"Bila di panggil Pak Dawid. Titip tas Dava, ya." Abila menyerahkan tas hitam milik Dava, di terima oleh Keira lalu ikut di peluk dengan tas milik Raka.

Sehabis itu Abila langsung mendekat pada pak Dawid yang masih berdiri di tempat tadi. Abila menyalimi tangan pria itu.

"Ada apa, ya, Pak?"

"Oh, engga. Saya cuma mau kasih tau sama kamu. Kamu yang tenang ya, jangan takut apalagi down. Kami akan segera melakukan penyelidikan. Kamu tenang, ya?"

Abila membalas ucapan itu dengan senyum, "Iya. Terima kasih sudah mau bantu, Pak."

"Saya akan lakukan yang terbaik untuk kamu. Jika pelakunya sudah tertangkap, saya akan serahkan langsung pada kamu, ya?"

Abila mengangguk, "Terserah, Bapak saja."

"Yaudah kalo gitu saya pamit izin pulang, ya. Istri saya sudah menunggu di rumah." pamitnya.

Abila terkekeh pelan, "Silahkan, Pak."

Melihat pak Dawid sudah pergi dari hadapannya, Abila kembali lagi ke tempat di mana tadi dirinya berdiri. Ternyata Dava dan Raka sudah keluar.

"Udah keluar? Ayo pulang." ajak Abila penuh semangat.

"Pak Dawud ngapain, Bil?" tanya Keira penasaran.

"Oh, cuma tanya, kenapa kita belum pulang. Terus Bila jawab lagi nunggu teman. Kenapa, Kei?"

Keira menggeleng, "Ga. Gapapa."

"Ayo pulang!" lanjut Keira menarik tangan Dava dan Raka meninggalkan Abila.

Abila terdiam. Lho, di tinggal.

"Ayo, Bil!" dari kejauhan Raka berteriak.

Abila mengangguk dengan senyum ia menyusul dengan langkah pelan tidak berlari seperti tiga temannya.

Sampai di depan Abila memisahkan diri karena dirinya sudah di tunggu oleh pak Kardi.

Abila membuka pintu mobil dan ternyata bukan hanya ada pak Kardi di dalam, ada juga pak Yanto dan Dodi. Abila mengerjit.

After that [Selesai]Where stories live. Discover now