After : Empat Puluh Satu

723 79 26
                                    

Setelah kejadian pahit itu. Hubungan antara Abila dan Raka semakit menguat. Bahkan, Raka kerap berkunjung ke rumah Abila begitu pula sebaliknya. Keduanya sudah seperti sepasang kekasih.

Seperti saat ini. Raka sedang berada di rumah Abila atas permintaan Humairah. Karena berangkat sekolah tadi Raka menjemput Abila hal hasil pulang pun Raka harus mengantarkan Abila.

"Di makan, ya..." kata Humairah dengan tangan menyerahkan piring berisi udang saus asam manis.

Raka tersenyum tidak enak, "Wah, terima kasih banyak, Tante."

Humiarah hanya memberikan senyum manisnya.

"Ayo, kenapa di lihatin aja?" tanyanya ketika melihat Raka hanya diam memandang makanan di depannya.

"Tunggu Abila, Tante." kepala Raka celingak-celinguk mencari keberadaan Abila di rumah tiga lantai ini. Lantainya memang tiga, tapi luasnya melebihi mall di tengah kota.

"Duluan aja. Abila tadi izin ke ruangannya, ada hal yang harus di kerjakan sebentar katanya,"

"Oh, gitu, ya, Tan. Ini, ga papa Raka makan duluan?"

Humairah mengangguk, "Ga papa, dong. Ayo di makan. Nanti kalo kamu sudah selesai tapi Abila belum turun, susul aja, ga papa. Dia ga akan marah kalo kamu yang naik, tapi kalo yang lain mungkin marah."

Sambil menyuap Raka bertanya, "Kok seperti itu, Tante?"

"Ya, karena anak itu sudah percaya sama kamu." balasnya. Humairah diam karena Raka terlihat menikmati masakannya. Ia tersenyum senang karena teman putrinya begitu lahap menikmti setiap bumbu yang tertancap di lidahnya.

Tanpa sadar, Raka sudah menghabiskan nasi beserta lauknya dengan cepat. Ia mengakhiri makannya dengan minum.

"Alhamdulilah."

"Enak banget Tante. Terima kasih, ya,"

Humairah terkekeh, "Sama-sama."

"Cuci tangan sana. Kayanya Abila lagi sibuk banget. Susul aja." perintah Humairah terlihat tenang. Sejak tadi Humairah begitu bersemangat dengan hadirnya Raka. Ini ke tiga kalinya Raka berkunjung ke rumah besar miliknya.

Hal pertama yang Humairah terima dari kedatangan Raka adalah kebahagiaan. Raka seperti lentera di tengah hutan yang dengan baik hati mau menerangi Abila yang tersesat di gelapnya hutan.

Humairah sedikit paham dengan hati anaknya. Sepertinya Abila tertarik dengan Raka begitu pula sebaliknya. Humairah tidak melarang jika Abila ingin menjalin hubungan asmara lagi, tapi, rasa takut yang ada kadang membuat Humairah sedikit meragukan tentang hal itu.

"Tante, kok bengong?"

"Eh!" Humairah tersadar. Ibu satu anak itu tertawa menutupi keterkejutannya.

"Eh, udah selesai? Mau naik? Itu, pakai lift aja biar cepat. Nanti kamu masuk ruangan yang paling besar aja, ada di pojokan," jedanya. Humairah berdiri dari duduknya, "Tante mau ke kamar dulu, ya."

Ragu-ragu Raka mengangguk. Berjalan mendekat pada pintu lift setelah melihat Humairah masuk ke dalam kamarnya.

Di dalam lift, Raka memencet tombol tiga dan tidak lama pintu terbuka yang langsung menyuguhkan ruangan-ruangan berpintu yang terlihat sangat mewah.

Tidak mau menimbulkan kecurigaan karena di setiap sisi ada kamera pegawas, Raka langsung berjalan pada pojok ruangan di mana itu adalah ruangan Abila.

Di ketuk pintu itu tiga kali lalu terdengar suara Abila yang menyuruhnya masuk. Raka masuk lalu kembali di buat terengah dengan keadaan di dalam runagan ini.

After that [Selesai]Where stories live. Discover now