After : Empat Puluh Enam

726 77 11
                                    

"Ga usah takut, nanti Bila bantu."

Raka meringis, "Gue ngeri, Bil."

"Santai aja, Raka. Itu, di buka dulu," Raka menurut. Ia melakukan apa yang di suruh oleh Abila.

"Heh! Kok di emut, Bil!" Raka berteriak.

"Lho, kenapa?"

"Jorok. Itu, kan kotor,"

"Kalo ga Bila emut nanti ga bisa di masukin."

"Tapi kan jorok Bila! Kuman."

"Gapapa."

"Raka coba masukin pelan-pelan, ya,"

"Udah?" Abila memastikan.

"Udah. Terus gimana lagi?"

"Di dorong pelan-pelan-

"Ah, gue ga bisa. Lo aja yang ambil alih!"

Abila tertawa.

"Pelan-pelan-"

"Awh. Sakit..."

"Tuh, kan. Udah biarin, nanti gue bawa ke tukang jahit aja!"

Abila tertawa lagi. Ia melanjutkan aksi jahitnya tanpa memikirkan Raka yang kalang kabut mengkhawatirkannya.

"Udah, biar gue bawa ke-

"Suuut. Jaket Raka cuma sobek sedikit aja kok, ga perlu di bawa ke tukang jahit, Bila bisa!" cegah Abila.

Raka menghela. Ia membiarkan Abila menjahit jaketnya. Sedangkan dirinya memperhatikan di sampingnya.

"Gampang, kan?" kata Abila tiba-tiba.

Raka menganggu, tadi ketika ia mencoba mengapa terasa sulit?

"Kalo Raka mau coba, pasti bisa. Kalo jahit memang harus di emut dulu benangnya supaya enak di masukkin ke lubang jarumnya. Norak, nih!" Abila tertawa di akhir kalimatnya.

"Ya, gue baru tau. Maaf." balas Raka.

Abila mengangguk. Ia memberikan jaket hitam itu pada pemiliknya. Raka tersenyum melihat hasil jahitan Abila yang rapih.

"Makasih, ya..." ucapnya sambil mengacap rambut Abila.

Abila terkekeh. Ia beranjak dari duduknya, berjalan pada nakas kamarnya untuk mengembalikan tempat benang jahitnya.

"Buseh! Lo berdua tumben amat di kamar!"

Raka menonggak menatap pintu kamar Abila yang terbuka lebar. Di depan ada Lintang dan Ririn yang berkacak pinggang.

"Ga usah treveling. Bila habis jahitin jaket Raka!" balas Abila yang mengerti alur otak Ririn yang dewasa.

Lintang duduk di samping Raka di susul oleh Ririn. Mereka bertiga duduk di atas karpet yang ada di depan ranjang Abila.

Abila menghela. Dua temannya datang tanpa di undang. Beruntung dirinya dan Raka sudah pulang dari mall yang menjadi tempat mereka menghilangkan stres.

Abila mendekat, sebelumnya ia mengambil tiga kaleng minuman yang ada di dalam kulkas kamarnya. Meletakan di tengah-tengah.

"Kalian ngapain, kan Bila ga suruh datang?"

"Buseh! Mulut lo lancip benar, Bil!" cibir Ririn.

"Lo sejak punya pacar so sibuk lo! Ga pernah di rumah!"

"Setuju gue!" Ririn menyetujui ucapan Lintang.

Lintang melirik Raka yang diam memainkan bibir kaleng.

After that [Selesai]Where stories live. Discover now