After : Tiga Puluh Tiga

704 67 2
                                    

"Bunda! Pak Yanto udah pulang belum?"

Dari atas Abila berteriak memanggil sang bunda untuk bertanya keberadaan Yanto. Namun tidak ada jawaban. Apakah tidak ada orang di bawah?

"Bunda!"

Humairah yang sedang di ruang Tv bersama Yanto, Dodi dan Widya tidak menggubris teriakan anaknya. Mereka diam atas perintah Humairah.

Humairah senang sekali meledek anak satu-satunya. Padahal jika sudah ngambek Abila amat menyebalkan.

"Bunda! Masya Allah, Bunda!"

Suaranya terdengar lagi. Tapi wujudnya belum muncul hingga saat ini.

"Bunda Humairah! Istrinya Ayah,  mantannya Om Hari! Bunda dengar ga, sih?!"

Humairah memejamkan mata menahan amarah. Anaknya selalu membawa-bawa nama mantan kekasihnya yang sekarang sudah bahagia bersama dengan temannya.

Bukan karena bulum move-on atau gagal move-on. Bukan. Dirinya bahkan berteman baik dengan mantan kekasih dan temannya itu. Masalahnya di malu. Tidak bisa di pungkiri jika Humairah masih suka malu jika nama Hari di sebut-sebut apa lagi di depan Yanto dan yang lainnya.

Terdengar suara langkah kaki yang kencang. Tidak lama Abila muncul dengan wajah kesalnya.

"Bunda! Apa harus Bila pasang speaker kaya di sekolah biar Bunda dengar? Heran, anaknya teriak-teriak sampai sakit tenggorokan bukan di jawab malah diam aja!" ocehnya kesal. Keempat orang dewasa yang ada di tempat menahan tawa kecuali Humairah yang sedang berpura-pura bersikap tegas.

"Bunda!" lagi. Abila berteriak lagi.

"Apa?" jawab Humairah santai.

"Kenapa ga jawab? Bila teriak-teriak dari tadi pasti Bunda dengar, tapi kenapa diam?"

"Udah tau Bunda di bawah kenapa masih teriak-teriak? Bukan langsung di samperin!"

"Ih! Bila, kan mastiin. Bunda, mah ngeselin. Lihat aja, besok tas-tas Bunda Bila kiloin!" ancamnya bercanda.

Humairah melotot, melempar Abila dengan satu butir anggur yang ada di tangannya. Lemparan meleset. Abila mengambil buah anggur yang terjatuh di lantai lalu menaruhnya lagi di atas piring.

Wle. Ledeknya pada Humairah ketika wajahnya berhadapan dengan Humairah saat menaruh anggur yang wadahnya tepat di depan Humairah.

"Sayang. Beli anggur pakai uang." ucapnya dengan nada meledek.

Humairah habis kesabaran.

"Nafisa!!"

"Saya, Bunda. Jangan teriak-teriak. Bundakan udah tau Bila di depan Bunda." jawab Abila membalas ucapan bundanya tadi.

"Abila Nafisa Putri!!"

"Ga dengar, pakai soptek!" jawabnya lagi lalu berlari keluar ruang TV meninggalkan tawa untuk Yanto, Dodi dan Widya. Sementara Humairah kesal.

Tidak lama Abila datang lagi menghampiri empat orang itu. Bergaya santai membuat Humairah tambah kesal.

"Apa lagi!?" tanyanya setengah berteriak.

Abila menoleh pada bundanya, "Orang Bila mau ngomong sama Pak Yanto, sih. Yeee..."

Lalu Abila membuang wajah pada Yanto, "Bila izin ke mall ya, pak. Mau beli barang."

"Jangan kasih izin, Pak!" sambar Humairah.

Abila memeletkan lidahnya lagi dan itu membuat Humairah semakin naik pitam.

"Iri? Bilang, bos! Hahay!"

AT

Pagi harinya Abila langsung di todong dengan pertanyaan beruntun bak kereta. Keira terus saja bicara sampai beberapa siswa atau siswi yang mendengar merasa sakit telinga.

After that [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang