After : Tiga Puluh Empat

697 73 4
                                    

"Demi boboboi jadi tujuh. Gue ga percaya kalo itu Abila. Sumpah!" Rojak geleng-gelang tidak percaya dengan rumor yang tersebar di sekolahnya. Laki-laki itu sejak tadi terus berbicara, menyampaikan ketidak yakinannya pada apa yang di lihat.

Sementara Arya dan Syaid hanya diam. Mereka sama tidak yakinnya dengan Rojak. Tapi, ini bukan fitnah yang tanpa bukti, ini jelas memiliki bukti. Mau menyangkal pun sulit.

"Polos-polos anjing, ya tuh cewe!" Rojak bersuara lagi.

Arya menatap tidak suka Rojak yang menggunakan kata kasar di tengah kalimatnya.

"Udah lah, batalin aja taruhan sampah ini. Gue ga tenang jadinya!" tiba-tiba saja Arya berkomentar tapi bukan sesuai topik yang mereka sedang bicarakan. Arya membahas tentang taruhan.

"Cemen lo!" ejek Syaid.

"Banci amat lo. Biasanya lo gampang dapetin hati cewe, tapi kenapa sama tuh cewe lo berat? Suka lo sama dia?"

"Awas. Udah ga PW! Kan mainnya sama Om-om. Punya lo kalah besar sama pumya Omnya!" lanjut Rojak menyeleweng.

Kedua temannya tertawa kencang. Beruntung mereka sedang ada di gudang sekolah, jadi aman saja jika ingin bersuara keras.

Arya diam terpaku. Apa rumor itu benar? Apa benar Abila bermain dengan om-om? Ya Tuhan, bagaimana jika benar?

"Jadi, masih mau lanjut ga, nih? Lumayan lho. Kapan lagi pacaran dapet dua puluh juta?" pancing Rojak lagi.

"Lumayan, kan. Duitnya buat ganti warna motor, lo. Emang ga bosen tuh motor warnanya hitam terus?" tambah Syaid menambah gejolak di hati Arya.

Arya diam menghela. Tubuhnya bersandar pada dinding gudang dengan mata yang menatap lurus kedepan. Ini sungguh sulit.

"Gue nyerah aja, deh. Ga bisa gue mainin Abila..."

Dua temannya menoleh menatap Arya yang terlihat frustasi. Wajahnya gelisa dan mancaran matanya pun bagai orang bingung.

"Benar? Ga nyesel?" tanya Rojak sungguh-sungguh.

"Arrgk!" Arya mengacak rambutnya sendiri.

Ia bingung. Jika menolak uang yang di tawarkan begitu menggoda tapi satu sisi hati Arya tidak tega melakukan hal bejat itu pada Abila.

Harus bagaimana dirinya?

"Pertimbangin dulu aja. Lagian kita nyuruh lo buat jadian terus sehari dua hari putusin. Kita ga nyuruh lo buat ngirim vidio berhubungan badan sama dia, ini. Santai aja."

Mata elang Arya melirik Syaid yang berbicara tanpa di filter. Brengsek sekali jika iya temannya akan menyuruhnya seperti itu.

Emosinya terpecahrm ketika mendengar suara notifikasi pesan masuk. Ia melirik ponsel yang ia letakan di sisi kanannya. Pesan masuk dari Keira.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
After that [Selesai]Where stories live. Discover now