After : Empat Puluh Empat

712 69 12
                                    

"Dava ngomong apa?"

Raka menatap Abila penuh penasaran. Tadi ia sempat melihat Abila dan Dava berbicara cukup lama di depan kelas tapi ia tidak berani bertanya langsung karena takut membuat teman-temannya curiga.

"Oh, Dava minta Bila tunggu di taman belakang sekolah nanti pulangnya. Boleh, Raka?" izinnya.

Raka menghela. Melirik sekitar perpustakaan yang mereka jadikan tempat bertemu. Kira-kira Dava ingin membicarakan apa dengan pacarnya?

"Dia bilang ga, mau ngomongin apa?"

"Bilangnya cuma mau ngomong penting,"

"Boleh?" lanjutnya.

Raka mengangguk dengan senyum, "Boleh. Tapi nanti kalo sepuluh menit belum selesai gue samperin, ya?"

Sekarang berganti Abila yang mengangguk. Memangnya mengapa harus menolak? Toh Raka, kan pacarnya.

"Yaudah, balik sana. Lo duluan nanti baru gue." perintahnya langsung di jalankan oleh Abila.

Abila pergi meninggalkan Raka sendirian di depan perpustakaan. Dalam hati Raka bertanya-tanya dengan maksud Dava mengajak kekasihnya bertemu? Apakah Dava memiliki maksud lain?

AT

Sekarang Abila disini. Di tengah-tengah taman belakang sekolah yang tidak terurus. Rumput yang meninggi menjadi alas untuk pijakannya di tambah dengan pohon-pohon besar yang terlihat menyeramkan.

Abila sudah menunggu kurang lebih lima menit tapi Dava tidak kunjung datang. Ingin pergi tapi tidak enak dengan Dava taku laki-laki itu akan datang jika dirinya pergi.

Abila menghela. Ponselnya terus saja berdering menampilkan panggilan masuk dari pak Kardi dan juga pesan masuk dari Raka. Ia tidak mau membaca pesan dari Raka tidak mau juga mengangkat telepon dari pak Kardi.

Tidak lama Dava datang dengan senyumnya. Abila balik tersenyum dan sekarang mereka sedang saling berhadapan.

"Ada apa, Dava?" tanya Abila to the point.

Dava berdehem. Bola matanya bergerak gelisah. Bibirnya terus di kulum membuat Abila yang melihatnya risih.

Sungguh, ini tidak nyaman sekali.

"Dava?"

Dava tersadar dari lamunannya. Ia memandang Abila. Pandangannya yang semula biasa kini menjadi semakin dalam.

Abila terkejut dengan tindakan Dava selanjutnya. Dava memegang tangannya. Abila diam mengikuti tapi satu sisi ia juga terlihat was-was takut ada guru yang melihatnya.

"Gue mau tanya sesuatu boleh?"

Abila mengangguk, "Tanya aja. Ada apa?"

"Lo, lo udah punya pacar?"

Pertanyaan itu bagai boom untuk Abila. Bisa-bisanya Dava bertanya seperti itu pada dirinya. Lalu ia harus menjawab dengan kalimat bagaimana?

"Pacaran sama gue, mau ya?"

"Lo pilih dia atau gue?"

Kompak keduanya menoleh dimana ada Raka dan Keira yang berjalan mendekat pada mereka.

Dava melepaskan tangan Abila dari genggamannya, menatap Raka penuh selidik.

"Maksud lo apa?"

"Gue tanya Abila. Di pilih lo atau gue?"

After that [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang