After : Empat Puluh Dua

718 75 22
                                    

Hari ini adalah harinya. Hari dimana sih penebar rumor dapat di ungkapkan. Sekarang lapangan SMA Merpati sudah di isi oleh seluruh siswa siswinya mulai dari kelas sepuluh sampai dua belas, IPA dan IPS semua berkumpul jadi satu.

Tiga guru yang menagani kasus ini sudah berdiri di posisi paling depan dengan mic tanpa kabel yang di pegang oleh pak Dawid. Ada juga guru-guru yang lain yang ikut menyaksikan kebenaran ini.

Abila? Gadis itu ada di antara siswa siswi yang lainnya. Berbaris seperti murid yang lainnya bersiap untuk mendengarkan kebenaran. Walau ia sudah tau siapa yang melakukan ini padanya lebih dulu, tapi setidaknya ia harus ikut berdiri bukan?

"Assalamualaikum dan selamat pagi menjelang siang untuk kalian semua." pembukaan di awali dengan salam. Pak Dawid melakukan dengan sopan.

"Tidak mau berlama-lama. Maksud dan tujuan saya mengumpulkan kalian semua di sini adalah untuk meluruskan rumor tentang beredarnya foto salah satu siswi di SMA Merpati yang sempat menjadi viral beberapa hari kemarin."

"Tidak mau membuang waktu, saya beri kesempatan untuk pelaku untuk mengaku agar hukuman yang di dapat lebih ringan. Atau saya yang menyebut nama dan hukuman akan di lakukan dengan adil?!"

Seluruh murid heboh mencari siapa pelakunya. Sorak sorakan, saling salah menyalahkan bahkan tuduhan-tuduhan mulai terjadi. Tapi tidak ada satupun yang maju kedepan untuk mengaku.

Bu Witri mengambil alih mic di tangan pak Dawid. Guru itu sudah tidak sabar ingin nemberikan pelajaran bagi pelaku.

"Waktu habis. Diam dan dengarkan baik-baik!" bu Witri berdehem.

"Dengan sangat hormat saya dan seluruh guru meminta maaf pada siswi kami yang bernama Abila Nafisa Putri atas pencemaran nama baiknya dan juga tindakan bullying yang terjadi di sekolah kami. Saya, Witri, dengan sangat hormat meminta maaf karena lalai dalam mengurus murid kami sehingga hal ini bisa terjadi."

"Tidak mau banyak bicara, Mita. Maju dan jelaskan semuanya secara detail pada seluruh murid Merpati!"

Mita?

"Gila? Mita pelakunya?"

"Ga nyangka gue, sumpah!"

Keira menyentuh pundak Abila, Abila menolek kebelakang menatap Keira bingung, "Sorry udah hampir nuduh lo yang ga benar." sesalnya.

Abila tersenyum saja.

Sedangkan di barisan lain ada Raka dan Dava yang diam dengan pikiran mereka. Raka akhirnya tau apa yang di maksud Abila kemarin tentang orang yang melakukan semua ini padanya.

"Mita, maju!" seru pak Satria kuat. Gadis berkerudung itu maju di iringi dengan sorak-sorakan mengejek.

"Jelaskan apa maksudmu melakukan ini."

Mita mengambil mic yang di berikan Satria padanya lalu mulai mendekatkan pada bibirnya. Dengan ragu dan rasa takut yang memenuhi dirinya gadis itu mulai berbicara.

"Saya melakukan ini karena marah pada Abila yang melakukan hal jahat sebelumnya pada saya. Karena dia, saya di keluarkan dari geng dan karena dia juga saya di putusin oleh pacar saya!"

Huuuuuhhh!!! 

Sorakan terdengar. Ini alasan yang tidak bagus. Pembalasannya pun keterlaluan.

"Jelaskan juga masalah pembullyan!" timbal bu Witri.

Mita menelan silivanya, "Saya yang telah menghasut Freya dan Ayu untuk membully Abila."

"BICTH!" teriak seseorang mengalihkan perhatian. Itu Raka.

After that [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang