After : Empat Puluh

Depuis le début
                                    

Sepanjang perjalanan, keduanya di jadikan bahan tontonan. Raka berusaha menutupi wajah Abila agar orang-orang tidak bisa melihat siapa yang sedang Raka tolong.

"Iwh! Siapa itu?"

"Gila, bau banget!"

"Anjing! Kaya pelbak bangsat!"

Seru sorak tidak suka banyak di keluarkan. Abila mengencangkan pegangan tangannya pada kaus Raka. Raka dapat merasakan itu.

Dengan cepat Raka membawa Abila masuk kedalam toilet cewek.

"Tolong keluar dulu, ya. Cewe gue mau bebersih dulu!" kata Raka. Setelah itu dua gadis yang sedang ada di bilik toilet keluar dengan cepat.

Raka menutup pintu toilet tidak lupa menguncinya.

"Sana, di bersihin dulu. Gue tunggu sini, ya."

Abila mengangguk lalu masuk salah satu bilik toilet. Sementara Abila masuk ke dalam toilet. Raka berusaha menghubungi Kenzo untuk meminta tolong di belikan seragam khusus wanita di koperasi sekolah.

Me :
|Tolong beliin seragam cewek. Ukurannya kalo ga M, L ya. Cepetan!
|Sama vitamin rambut.

Kenzo :
|Buat apaan?

Me :
|Ga usah banyak tanya. Cepetan!

Kenzo :
|Iya.

Raka memasukkan ponselnya lagi dalam saku celananya. Ia berjalan mendekat pada wastafel untuk sekedar membersihkan seragamnya yang terkena noda akibat memeluk Abila tadi.

Lima menit kemudian pintu toilet di ketuk. Raka dengan cepat membukanya dan benar tebakannya, itu Kenzo yang datang dengan seragam pesanannya.

"Lo-

"Nanti gue ceritain! Thanks!"

Teman tidak tau diri. Kenzo menggerutu di depan karena Raka dengan kasar menutup pintu dan tidak lama suara pintu terkunci terdengar.

Tok.. Tok..

"Bil, ini ambil,"

"Apa Raka?" tanya Abila dari dalam.

"Seragam."

Pintu terbuka hanya sedikit, tangan Abila keluar dan kesempatan itu di ambil oleh Raka untuk memberikan seragam tadi pada Abila.

Raka menghela. Suara lemah Abila terngiang di kepalanya. Pasti gadis itu amat terluka. Hatinya pasti sakit. Siapa yang tega melakukan ini pada Abila.

Tega sekali orang-orang yang melakukan ini. Raka pernah mendengar tentang bully tapi tidak pernah melihatnya secara langsung. Dan sekarang, Raka dengan jelas melihat apa itu yang di namakan bully.

Pintu bilik terbuka. Abila keluar dengan penambilan yang layak. Ia tersenyum samar pada Raka.

"Pas ga seragamnya?"

Abila memandang seragam yang ia kenakan, "Pas, kok. Raka beli, ya? Nanti uangnya Bila ganti, ya,"

"Ga usah." tolak Raka. Ia menyuruh Abila untuk berdiri di depannya, "Sini," Abila menurut.

After that [Selesai]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant