33- Toko Buku.

Mulai dari awal
                                    

Dia sisi lain Lira termenung, masih menatap Andra yang jauh disana. Iya, Andra memang baik, bahkan cowok terbaik yang pernah Lira temui. Tapi...ada satu alasan yang selama ini dia pertahankan.

Apip tidak tahu, Lira yakin jika temannya itu tahu juga akan mengerti.

"Gue...suka dia." ujarnya, tatapannya jauh namun dekat. "Lo pernah gak sih jadi prioritas dia, tapi lo gak bisa beri dia kepastian?" tanya Lira, dia menatap Apip.

"Lo gak lagi bicarain diri lo sendiri, kan?" tanya Apip hati-hati.

Lira menghela, lalu mengendikan bahu.

"Menurut lo?"

"Oke, kita lanjut nanti. Sekarang gue mau pesen." Apip berdiri mengakhiri pembicaraan mereka. "Lo apa?" tanyanya sekalian pada Lira.

"Samain aja."

Setelah mengucapkan itu, Apip pergi memesan makanan untuknya dan Lira.

Disana, saat Lira menatapnya, Andra balas menatap dengan tersenyum.

Lira meresponnya, tersenyum tipis, sebelum kehadiran seseorang mengejutkannya dari belakang.

"Apasih senyum-senyum sendiri?" heran Dirla, ikut duduk di sebelah Lira.

Lira menggeleng, sejurus kemudian Dirla ikut menatap di sudut lapangan basket. Dimana tadi Lira sempat bengong menatap arah situ.

"Samperin kali, ya kali cuma tatap-tatapan," sindir Dirla tersenyum jahil.

"Apasih Dir," ucapnya tidak suka.

"Lupain-lupain." Dirla mengibaskan tangannya, lalu menatap Lira diam saat mengingat sesuatu. "Btw, kemarin gue liat Anna. Ya... semenjak keluarga Gafin pindah, Anna sama keluarga nya kan tinggal di rumah Gafin. Jadi, gue tuh kemarin liat dia sama Ara, main gitu didepan rumah." ujar Dirla.

Lira mengangkat alis tidak paham.

"Nah, yang jadi pertanyaan gue, kok Ara masih disini? Dia gak diajak pindah juga?" tanya Dirla kemudian.

"Tunggu deh, ini kenapa lo ngomong sama gue yang bahkan gak tau apa-apa?" heran Lira.

Dirla diam sejenak. "Lah iya, kenapa gue ngomong sama lo sih?" Dia berdecak sendiri. "Ya pokoknya itulah, gue cuma penasaran aja." lanjutnya acuh.

Jadi yang Andra bilang memang benar.

"Kenapa lo tanya gue sih? Lo kan deket sama Anna, Gafin juga--"

"No! Gue udah jauhin Gafin. Makanya sekarang gak tau apa-apa tentang keluarga dia. Gue gak pernah lagi ke rumahnya semenjak...ya lo tau lah."

Lira mengangguk paham. Pasti semenjak pertengakaran mereka di sekolah waktu itu.

"Tapi lo tau dia pindah," ujar Lira lagi.

"Tau dari Mama gue,"

"Kenapa lo gak tanya Anna aja?"

Dirla menghela. "Gue...gak berani. Malu aja sih, lagian ngapain juga gue ikut campur, kan?"

"Daripada lo penasaran."

Lalu Apip datang, membawa pesanan Lira dan untuk dirinya.

"Kok gue gak lo pesenin juga?" protes Dirla.

Apip mendelik. "Pesen aja sendiri. Salah siapa lo dateng telat?"

"Jahat lo," ucap Dirla sembari beranjak dengan wajah dibuat kesal.

Dia dengan sengaja menginjak kaki Apip, membuat temannnya itu melotot marah. "Sakit bego!"

"Bodo!"

My Boy FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang