8/Kesalahpahaman.

94 24 3
                                    

Selamat membaca 💜.

.
.
.

Andra mengacak rambutnya frustasi, cowok itu menyenderkan punggungnya di dinding rumah sakit dengan kepala mengadah ke atas.

Sore ini, keadaan Mamanya kembali drop. Dan kini dia terpaksa ke rumah sakit bersama Anna, lagi-lagi hanya gadis itu yang bisa memberinya informasi tentang Sang Mama.

"Dra," Anna muncul setelah keluar dari ruangan inap.

"Pergi lo!"

"Dra, gue minta maaf. Gue gak bermaksud-"

"Apa? Maksud lo apa bilang gitu ke Lira?!" Andra menatap tajam Anna. Dia marah, tentu. Disaat hubungannya dan Lira mulai baik-baik saja semenjak Anna tiba-tiba mendekatinya tanpa alasan yang jelas, kini gadis itu berulah lagi.

"Gue cuma mau minta maaf! Gue tau gue salah sama dia, salah gue lakuin itu?" ujar Anna menekan katanya.

"Dan lo liat?! Dia jauhin gue, dia jadi salah paham karena lo!"

"Gue udah berusaha jelasin ke dia, tapi dia malah pergi! Dan disini gue masih salah? Iya?!" Anna emosi, dia kesal karena selalu disalahkan. Anna hanya tidak mau menutupi kebohongan lagi, dia tahu Lira gadis baik, dia tidak tega harus melihat teman sekelasnya sakit hati terus melihat dia mendekati Andra seperti apa yang Gafin suruh.

Padahal niatnya bukan itu, dia hanya ingin mengetahui tentang Andra, sudah itu saja. Namun, bagaimanapun Anna tahu jika Lira menyukai cowok itu, keduanya dekat, bahkan sempat di gosipkan pacaran.

"Apapun penjelasan lo, lo tetap salah." ujar Andra final.

Gafin muncul, baru keluar dari ruang rawat dimana sang Mama di rawat di dalam sana.

"Santai bro, gak perlu emosi gitu. Apa yang Anna lakuin gak salah, dia cuma mau minta maaf." Gafin membuka suara, menatap Andra lurus.

Andra berdecih. "Oh, atau ini bagian dari rencana lo? Lo manfaatin keadaan dengan nyuruh Anna deketin gue, disamping itu lo juga ngerancanain ini biar Lira benci dan ngejauh dari gue? Gitu?" Andra terkekeh sinis. "Lo emang licik dari dulu, Gafin Regantara."

Gafin mengepalkan tangannya. Dari dulu hubungannya dengan Andra memang tidak pernah baik. Mereka pernah ikut tawuran, berada di kubu berbeda membuat aura musuh masih tercipta hingga sekarang. Bahkan saat mereka tahu keduanya berstatus saudara tiri Andra marah besar waktu itu pada sang Mama.

"Terserah apa kata lo, gue cuma gak mau ribut. Dan satu lagi, apa yang dilakuin Anna tadi bukan dari gue, gue gak pernah nyuruh dia buat minta maaf."

Gafin pergi begitu saja. Bukan menghindar, namun ini bukan waktu yang tepat untuk berdebat dan berakhir saling pukul, Gafin tidak akan melakukannya di rumah sakit.

🌻🌻🌻

"Ke mall yuk, gue bosen dirumah mulu."

Lira menatap Mila malas, gadis itu terus menggerutu dengan sesekali mencomot biskuit yang Lira berikan diatas dimeja.

"Gak ah! Lagi seru nih nonton calon jodoh," celetuk Apip yang masih rebahan di karpet bulu dengan ponsel menghadap wajah menampilkan drama Korea yang populer akhir-akhir ini.

"Halu lo!"

Dirla yang duduk di sofa menimpuk kepala Apip yang lagi rebahan di bawah.

"Biarin si! Ngehalu dulu aja sampe bisa terbang ke Korea nemuin calon jodoh." Apip tersenyum sendiri di akhir kalimatnya.

Mereka sekarang berada di rumah Lira, di ruang tengah yang tadinya rapih kini berantakan dengan bungkus snack dan bantal sofa yang sudah dijadikan bantal tidur.

My Boy FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang