22/ Sayang.

67 12 4
                                    


Selamat membaca 💜


...
Lira tergamam di tempatnya, menatap setiap sudut sebuah rumah didepannya. Dia memang tidak pernah kesini, rumah Andra. Yang dia tahu mereka satu kawasan kompleks saja.

Saat Lira masih menatap rumah itu, seorang cowok tiba-tiba keluar dari dalam rumah, membuat Lira bingung karena masih berdiri disamping motor Andra, menunggu cowok itu yang katanya mau mengambil sesuatu sebentar didalam rumah.

Keduanya bersitatap, cowok tinggi itu menatapnya bingung, sementara Lira berusaha menatap arah lain menghindari tatapan cowok itu.

"Sori, lama." Andra muncul tiba-tiba.

Lira tersenyum tipis memaklumi, tatapannya mengarah ke belakang Andra, melihat cowok yang tingginya hampir setara dengan Andra itu masih menatapnya seraya berjalan mendekat.

"Tadi-"

"Kunci rumah. Gue pulang malem."

Cowok itu mengadahkan tangan pada Andra, meminta sesuatu. Membuat Andra terpaksa berhenti berucap.

Andra menatapnya sebentar, menyerahkan sebuah kunci pada cowok itu.

"Cewek lo?" tanya nya kemudian, melirik Lira.

"Bukan urusan lo." jawab Andra datar, lalu segera memakai helmnya kembali.

"Cuma nanya." gumamnya, sebelum pergi keluar membawa motor lain dari dalam rumah.

"Ayo."

Lira tak bergeming, Andra menoleh menatapnya.

"Kenapa?" tanyanya.

"Enggak, tadi...siapa?" kepo Lira.

Andra terdiam sesaat, mengambil helm lain dan memakaikannya di kepala Lira seraya menatap gadis itu diam.

"Adik gue."

Lira membuka mulut terkejut, namun segera menguasai dirinya kembali.

"O-oh, gue kira lo cuma punya seorang kakak," sahut Lira.

Karena setahunya, Andra selalu membawa kakaknya jika ada pertemuan wali murid atau acara penting sekolah. Itupun kadang tidak selalu hadir, beberapa kali Andra datang sendiri ke sekolah tanpa sang kakak.

"Sori, kalo sikap dia tadi...gak sopan," ujar Andra lagi.

"Dia cuma nanya."

"Tetep aja, gak sopan."

Satu rumah dengan adik laki-lakinya membuat keduanya lebih sering menghabiskan waktu sendiri-sendiri. Pun dia lebih sering pergi, tidak terlalu memperhatikan adiknya. Ya mungkin karena mereka juga hidup tanpa adanya orangtua, jadi kadang sikap dan perilaku keduanya yang selalu enggan menyapa satu sama lain terbawa di lingkungan luar rumah.

"Kalian nggak mirip,...tapi cocok sih saudaraan." Lira berkomentar saat motor sudah melaju.

Andra tersenyum tipis mendengarnya.

"Mau kemana dulu?" Andra bertanya, menatap Lira dari kaca spion motor.

Lira tampak berpikir, namun kemudian matanya melebar saat sesuatu terlintas di pikirannya.

"Mau anterin gue ke toko buku?" tanyanya pada Andra.

Tanpa menjawab Andra melajukan motornya ketempat yang Lira maksud membuat gadis itu tersenyum senang.

.
.
.
.
.

Sampai disana Lira turun terlebih dahulu, disusul Andra yang mengejar langkah gadis itu memasuki toko buku.

My Boy FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang