30- Introgasi.

65 13 2
                                    


Selamat membaca 💜.

"Mana makasih nya?"

Lira yang baru akan membuka pagar rumah jadi balik lagi. Menampilkan senyum paksa pada Andra.

"Makasih, Andra."

"Sama-sama, Lira."

Lira menampilkan ekspresi diam, dia...geli gitu dengernya. Andra itu jarang memanggilnya dengan nama, entah kenapa.

"Gue pulang ya," pamit Andra.

Lira sudah membuka mulut akan berucap, ingin menawarkan Andra untuk mampir terlebih dahulu. Dia tahu mengayuh sepeda dari jarak hampir 2 kilometer itu capek, apalagi tadi dia ikut naik.

"Dra...gak mau mampir dulu gitu?" tanyanya pelan, namun Andra tetap bisa mendengar.

"Lo...pasti capek banget, kan?" tanyanya lagi, lebih ke tidak tega sebenarnya.

"Maksud gue.. istirahat dulu gitu, duduk dulu di rumah gue." ralatnya saat Andra hanya diam.

Lira menunggu jawaban Andra, gadis itu mendorong pagar rumahnya agar terbuka lebih lebar.

"Loh, kok masih didepan aja? Ayo masuk dulu,"

Keduanya menoleh saat tiba-tiba laki-laki paruh baya muncul dari dalam rumah, menghampiri keduanya.

Lira yang melihat itu sontak salah tingkah sendiri.

Ada papa, dia jadi takut was-was sendiri. Apalagi saat papa menatap Andra.

Oh iya, hari ini tanggal merah, jadi papa di rumah, pun dia dan kakaknya tidak belajar. Alias libur sekolah dan kakaknya libur kampus.

"Papa--"

"Ayo masuk, ajak temen kamu Lira." Papa menyela ucapannya.

Lalu kembali masuk membuat Lira menghela napas.

"Papa lo--"

"Iya Papa gue. Lo...disuruh masuk, Ayo cepet."

Lira langsung melangkah lunglai berbalik masuk duluan, Andra yang tadinya ingin menolak jadi tidak sempat.

Cowok itu turun dari sepeda, menuntunnya masuk ke dalam pelataran rumah gadis itu.

Agak asing, karena sebelumnya Andra belum pernah masuk sini.

"Pa, Lira--"

"Buatin minum buat temen kamu, pasti capek udah nganterin kamu."

Papa menyela ucapannya lagi. Lira menghela napas, semoga saja papa tidak bicara apapun pada Andra.

Dia takut kejadian kak Neo dulu terulang, saat kak Neo pulang dengan teman perempuan nya dan papa marah setelah itu. Ya karena...waktu itu sudah malam. Kata papa tidak wajar saja seorang cowok diantar pulang perempuan malam hari. Apa kata orang nanti?

Papa itu orangnya memang terlihat tenang, tapi sekali menegur bisa membuatnya takut. Bahkan Lira sampai menangis dibuatnya.

"Ayo duduk, saya mau bicara sama kamu."

Andra yang tadi hanya diam berdiri kini tersenyum canggung. Dia kenapa grogi sendiri?

Mungkin ini pertama kali bertemu papa Lira. Tapi sungguh, aura papa Lira membuatnya sedikit deg-degan sendiri.

"Terimakasih, udah nganterin Lira pulang." ujar Papa Lira membuka obrolan.

Andra tersenyum menanggapi. "Iya om,"

Mereka duduk di bangku panjang yang terdapat di pelataran rumah. Tidak terlalu luas tapi nyaman, didepan mereka juga ada kolam ikan, suara gemercik air dari kolam ikan justru mendominasi suasana kali ini.

My Boy FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang