19/Pergi.

62 13 5
                                    

Selamat membaca 💜

Andra memakirkan motor di sebuah gedung rumah sakit, lalu berlari cepat di sepanjang koridor untuk sampai di sebuah ruangan. Bukan tanpa alasan dia kesini untuk yang kesekian kalinya.

Tadi pagi Anna mengirimkan nya pesan, dia harus datang ke sini jika ingin melihat Mamanya, telat sedikit saja mungkin Andra akan menyesal.

Dan semuanya benar, didepan ruangan inap Mamanya, Gafin dan Anna berdiri berdampingan. Keduanya sama-sama membelakangi Andra hingga tidak sadar jika Andra sudah berada tepat di belakangnya.

Langkah Andra memelan begitu melihat beberapa perawat dan dokter mendorong brankar sang Mama keluar. Jantungnya berdetak cepat, napasnya memburu.

"Kepindahan pasien sudah diurus, penerbangan darurat akan dilakukan segera." ujar dokter pada salah satu kerabat Gafin.

"Jadi,.. ini?"

Anna dan Gafin sontak menoleh. Gafin maju terlebih dahulu, menepuk bahu Andra namun dengan cepat Andra menangkisnya.

"Lo mau bawa kemana nyokap gue?!" suara Andra terendam emosi, menatap Gafin tajam. "Jawab!"

"Singapura. Demi keselamatan dia, keluarga gue bakal ngasih perwatan yang terbaik buat nyokap lo." jelas Gafin.

Meski terlihat tenang, tetap saja Andra tahu ada sesuatu dibalik itu semua.

"Lo dan keluarga lo emang egois!"

"Kenapa lo gak pernah mikir buat keselamatan nyokap lo? Kita egois karena kita peduli sama kesehatan nyokap lo. Sedangkan lo, kita semua tau lo anak kandungnya, tapi lo juga gak bisa apa-apa, kan?" Andra terdiam. "Kalo selama ini lo pikir keluarga gue jahat, termasuk gue, gue akui iya. Terus keluarga lo apa? Ha? Kalo lo sama keluarga lo masih anggap nyokap lo ada, harusnya selama berbulan-bulan dia dirawat disini lo semua masih ada kesempatan buat jengukin. Tapi sama sekali gak ada sampai sekarang. Kecuali lo,"

Gafin tidak tahu saja keluarganya sudah hancur. Bahkan Papa nya, kini pergi entah kemana usai pertengakaran hebat dengan sang Mama beberapa tahun yang lalu. Dia, kakak serta adik laki-lakinya, mereka tumbuh di keluaga broken home yang sebenarnya tidak baik untuk psikis di usia dia dan adiknya yang masih remaja.

"Dan lo pernah mikir? Apa yang harus gue harapin tumbuh di keluarga broken home? Buat gue dapetin perhatain pun rasanya gak mungkin. Apalagi tentang nyokap gue, gue selama ini jengukin dia karena gue sadar gue masih punya dia di dunia, meski sekarang gue gak bisa milikin dia seperti dulu." jawab Andra, suaranya merendah.

"Itu kenapa gue bilang lo semua egois. Gue disini masih bertahan buat bisa ketemu nyokap, tapi apa yang gue dapet? Lo semua malah bikin gue jauh dari dia." lanjut Andra.

Cowok itu menyenderkan tubuhnya di tembok koridor, wajahnya mengadah ke atas. Dia memjamkan mata, sulit sekali berada di posisinya.

"Dan buat lo Ann," Andra membuka mata menatap Anna yang berada di samping Gafin. "Thanks buat semua informasi tentang nyokap yang lo kasih tau ke gue. Mulai sekarang,...gak perlu. Mungkin bener, gue juga gak bisa berbuat apa-apa buat nyokap."

Mata Andra memerah, Anna jelas melihatnya jika cowok itu menahan tangis. Dia tahu bagaimana perasaan Andra sekarang. Pasti sakit, kecewa, dan tidak rela melihat Mamanya sendiri sudah tidak dapat dia temui lagi. Dan secara tidak langsung Andra menyerah, cowok itu putus asa.

"Bagus kalo lo sadar." Gafin tersenyum penuh kemenangan.

Anna menatap Gafin penuh benci. Setelah tadi memaksanya bolos dij jam pelajaran pertama untuk menyaksikan kepindahan tante Lia, yang entah tujuannya apa. Sekarang, secara tidak langsung juga rencana cowok itu berhasil, memisahkan Andra dengan ibu kandungnya.

My Boy FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang