10. Menyebalkan!

Beginne am Anfang
                                    

Menyebalkan! Sangat-sangat menyebalkan!

Seharusnya Azam yang datang mengejar Naura. Bukan Fathan.

"Salsa itu, bagaimana pendapatmu tentangnya?" tanya Fathan.

Naura menatap Fathan, datar. Kehadiran pria itu sejak dianggap tidak ada oleh Naura. Bahkan saat pria itu mengajaknya bicara, Naura hanya menggumam saja atau menjawab singkat hal-hal yang menurutnya harus ia jawab. Bukan apa-apa, Naura juga takut jika Fathan berpikir Naura mengabaikannya. Meski sebenarnya itu adalah benar.

"Kenapa tanya aku?" tanya Naura, tampak tidak senang. "Baru juga kenal beberapa menit, mana aku tau bagaimana dia."

Fathan tertawa pelan. "Bukan seperti itu maksud, Mas, Na," katanya mulai memperjelas. "Cukup jelaskan bagaimana dia serta penampilannya saja."

Sepasang alis Naura terangkat, menatap Fathan yang tampak mencurigakan. "Mas, suka sama gadis itu?" tanyanya kemudian.

Fathan terdiam sesaat lalu terbahak kemudian. Pertanyaan Naura sungguh diluar dugaan menurutnya.

"Ya enggaklah, Na," katanya seraya geleng-geleng kepala. "Mas, sudah punya seseorang yang, Mas, suka." Fathan terdiam sesaat seolah tengah memikirkan sesuatu. Naura diam, menatap penasaran Fathan yang tak juga kunjung memberitahukan maksud dari perkataannya.

"Jadi apa?" tanya Naura, mendesak.

"Gadis itu menyukai Azam," jelas Fathan berwajah serius.

Naura tercengang. Terdiam, sebab bibirnya tidak mampu terbuka. Tenggorokannya rasa tercekat membuatnya tidak mampu bicara. Pernyataan Fathan seakan mengoyak hati Naura. Meski sudah menyadari sejak kehadiran Salsa. Namun kenyataan orang lain menyadari sikap itu menyadarkan Naura, melukai perasaannya. Niat untuk menganggap apa yang ia lihat bukanlah apa-apa. Namun pernyataan Fathan membuat semuanya menjadi kenapa-kenapa. Naura merasa terganggu dengan semuanya. Mungkinkah Azam sudah benar-benar menempati dihatinya? Naura bukan tidak tau dengan perasaannya. Hanya saja ia terus mengelak sebab dari awal perasaan itu tidak pernah ada.

"Jadi, bagaimana menurutmu?" tanya Fathan, mengulang kembali pertanyaannya.

"Kenapa bertanya padaku?" tanya Naura, lagi. Kali ini lebih tidak ingin menanggapi. "Tanyakan itu langsung pada, Mas Azam." Naura tidak tertarik untuk menjawab. "Pria lebih tau dimana letak kecantikan wanita yang disukainya."

Fathan memilih diam. Sikap Naura yang memperlihatkan ketidaksenangan membuat Fathan tidak ingin melanjutkan percakapan. Naura terang-terangan menunjukkan rasa terganggunya akibat pertanyaan Fathan membuat suasana menjadi tidak nyaman.

Fathan mengetuk-ngetuk setir akibat rasa canggung. Ia tidak tau bagaimana harus bersikap. Tidak tau bagaimana mencairkan suasana yang layaknya sebuah es.

"Azam dimana, sih?" sungut Fathan, pelan. Namun masih dapat didengar Naura. "Biar aku hubungi dia dulu." Fathan lalu merogoh ponsel dari saku celananya. Mencari nomor dalam kontak ponselnya. Menghubungi nomor Azam begitu ia menemukannya.

"Ah, itu dia."

Fathan lantas mengakhiri panggilan bahkan sebelum ponselnya mengeluarkan suara. Naura menatap ke depan. Memutar bola mata kesal saat mendapati Salsa masih saja berada di samping Azam.

Fathan menyeringai memandang Azam yang kini sudah berada di hadapannya.

"Giliran ada cewek, lupa temen, lo," sungut Fathan pada Danu.

Azam hanya menyunggingkan senyum saja. "Flimnya seru, sayang kalau ditinggal," alasannya.

Fathan menyeringai tak percaya seraya mengibaskan tangan. "Alasan, lo, Zam ... Zam," ucapnya "bilang aja, lo, lagi mencari kesempatan biar si Salsa nempel teruskan."

Azam berkerut alis.

"Itu buktinya," tunjuk Fathan ke arah lengan Azam dan Salsa "dari ujung sampai sini gandengan terus nggak dilepas-lepas."

Mata Azam membulat, tersentak dibuatnya. Menatap ke samping mendapati tangan Salsa masih bergelayut di lengannya. Bagaimana bisa Azam tidak merasakannya?

Azam mencari keberadaan Naura. Melihat gadis itu berada dalam mobil tengah memandang dengan wajah tenang kearahnya. Tidak ada kesimpulan yang bisa Azam buat dari tatapan itu. Entah karena wajah tenang Naura yang tidak dapat ia baca, atau rasa khawatir membuatnya tidak mampu berpikir.

Cepat saja Azam menghentakkan lengannya hingga tangan Salsa terlepas dan membuat gadis itu terkejut. Bukan Salsa saja, bahkan Fathan pun dibuat terkejut dengan kening berkerut melihat perubahan sikap Azam. Wajah Azam tampak pucat saat ini.

"Maaf, Sa ... aku refleks, " kata Azam. "Kaki kamu sudah nggak gemetaran lagi, kan? Aku rasa kamu sudah bisa jalan sendiri." Azam menatap sekilas ke arah Naura lalu berjalan menuju mobilnya. Tanpa pamit, atau menyapa terlebih dahulu Azam melajukan mobilnya keluar dari area mall. Tidak lagi mengingat jika ia pergi ke tempat itu bersama Fathan dan Naura. Azam tetap meninggalkan kedua orang itu, ditambah Salsa yang kini juga ikut bersama mereka.

__________





PENDAMPING PILIHAN (SELESAI)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt