Kabar Bagus yang Buruk

Start from the beginning
                                    

“Tentu saja,” jawab Jeff dengan begitu mantap.

“Oke, Jeff.” Braile mencoba untuk memanggil Jeff dengan namanya. Wanita itu tersenyum. Manis. Melihat itu, Jeff justru terbatuk, padahal tenggorokkannya tidak terasa gatal.

“Kau tidak apa-apa, Jeff?” tanya Braile memastikan. Bosnya itu hanya menggeleng sembari memegang lehernya. Melihat respon Jeff yang seperti itu, Braile berjalan untuk mengambilkan segelas air putih. Dengan tangan kiri yang sibuk memegang gelas, Braile menuntun Jeff untuk duduk di pinggir ranjang kamar hotel tersebut. Jeff hanya menurut tanpa mengatakan sepatah kata apa pun.

“Ini. Silakan diminum dulu.” Braile menyodorkan gelas berisi air putih tersebut. Jeff hanya bisa menerimanya dan melakukan apa yang Braile perintahkan.

Pinggiran gelas itu sudah menempel pada bibir Jeff. Bukannya segera diminum, Jeff justru sibuk melirik Braile. Tidak, Jeff tidak terpesona pada kecantikan Braile. Ia hanya ingin mengetahui di mana alat penyadap milik Taeyong terpasang.

Sadar jika diperhatikan, Braile mengalihkan pandangannya ke arah Jeff. Dengan cepat pria itu mengalihkan ekor matanya ke arah depan lalu meneguk segelas air tersebut dengan cepat. Jeff mengembalikan gelas yang sudah kosong tersebut kepada Braile. Ketika beranjak dari duduknya, Jeff meraih tangan Braile. Entah mengapa, perlakuan Jeff tersebut membuat jantung Braile berpacu kencang.

“Kau takut pada serangga?” tanya Jeff dengan terus memegang tangan Braile.

Sungguh, Braile tidak mengerti mengapa Jeff menanyakan pertanyaan tersebut. Braile pun menoleh ke arah Jeff. “Serangga seperti apa dulu?” tanyanya kemudian.

“Seperti … laba-laba?”

Braile membelalakkan matanya. Mendengar kata laba-laba saja sudah membuatnya bulu kudukknya berdiri. Sedari kecil, Braile termakan dengan pemikiran bahwa gigitan laba-laba itu sangat mematikan. Meskipun dirinya belum pernah digigit sama sekali.

“Apakah ada laba-laba di ruangan ini?” tanya Braile tanpa bergerak barang sedikit pun. Saat ini, Jeff sedang bersusah payah mengontrol ekspresinya. Pria itu pun menjawab pertanyaan Braile dengan sebuah anggukan.

“Di mana?” suara Braile meninggi. Sungguh, Jeff ingin sekali menertawakan ekspresi Braile saat ini.

“Di mana, Jeff?” tanya Braile dengan raut wajah yang mulai panik. Tanpa mengatakan sepatah kata, telunjuk Jeff bergerak, menunjuk ke arah Braile.

“Hah? Di mana?” tanya Braile masih tidak mengerti.

“Di bajumu.”

Jantung Braile berpacu semakin kencang. Dengan tangan kanan yang masih digenggam oleh Jeff dan serangga yang ditakutinya menempel pada bajunya, Braile hanya bisa mematung.

“T-tolong, singkirkan laba-laba itu.”

Jeff segera beranjak dari duduknya. Pria itu menyingkirkan ‘laba-laba’ tersebut dari baju yang dikenakan Braile.

“Sudah,” ucap pria itu sembari tersenyum.

“Kau tidak bohong, 'kan?”

Jeff menggeleng. “Tidak.”

“Terima kasih.”

Sungguh, hal itu di luar dugaannya. Sepertinya keberuntungan sedang berpihak padanya. Laba-laba tersebut hanya menjadi alasan. Jeff sudah berhasil mengamankan alat penyadap milik Taeyong dari Braile.

Braile kembali setelah meletakkan gelas yang dipakai Jeff. Ia kemudian menanyakan sesuatu kepada Jeff.

“Oh, iya. Ada apa kau ke sini, Jeff?”

“Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin mengecek keadaanmu.”

Braile pun mengangguk.

“Apakah aku mengganggu waktu istirahatmu?” tanya Jeff. Sang lawan bicara segera menggeleng.

“Tidak.”

“Sudah makan malam?”

“Sudah. Kau?”

“Belum. Tadinya ingin mengajakmu makan malam, tapi sepertinya aku harus makan malam sendiri.”

Jelas saja, semua yang dikatakan Jeff hanyalah sebuah kebohongan belaka. Tujuannya menemui Braile adalah untuk melepas alat penyadap yang dipasang oleh Taeyong. Lagi pula, Jeff sangat jarang makan malam. Hanya ketika ada pertemuan dengan rekan bisnisnya saja.

“Ya sudah kalau begitu. Beristirahatlah. Aku akan kembali ke kamar,” ucapnya lalu berlalu meninggalkan Braile.

“Seorang agen? Hah! Mana ada agen yang takut dengan serangga kecil seperti laba-laba?” gerutu pria tersebut.

.
.


Author Note:
Halo! Gimana chapter kali ini?
Btw, itu beneran ada laba-laba, ya, di baju Braile. Jadi, Jeff beneran menyingkirkan laba-laba yang asli sama 'laba-laba' yang lain alias alat penyadap yang dipasang sama Taeyong:D

Hope you enjoy this chapter dan sampai ketemu di chapter selanjutnya!

TRAP | Jung JaehyunWhere stories live. Discover now