Jawaban Atas Penantian

478 123 23
                                    

Fenly dan Fajri berjalan pelan menuruni tangga, kali ini Fajri tidak bisa lolos dari kerja kelompok yang tidak dia inginkan.

Fajri melirik Fenly yang terus menempel di belakangnya, "Lo ngapain nempel-nempel?"

"Biar kalau lo kabur gue bisa langsung tahan." Ucap Fenly santai.

"Gue gak bakal kabur, udah sana jaga jarak." Fajri menggeser posisi berjalannya, sementara Fenly tetap bersikap santai.

"Lo alergi ya sama gue?" Celetuk Fenly.

Fajri mengernyitkan alis.
"Lo belajar darimana sih? Jadi banyak omong."

"Gue dulu diem terus salah, ngobrol salah." Fenly menggerutu seraya menatap jalanan yang dia pijak.

"Lo lebih baik diem." Pungkas Fajri.

Keduanya sampai di Perpustakaan Indah, gedung besar itu di desain dengan warna yang kalem membuat siapapun betah berlama-lama di sana. Dua orang yang sama-sama dingin itu menyelesaikan tugas yang sudah disepakati, mereka duduk di bangku yang berbeda.

Pukul 17.45
Fenly menggeliat meluruskan otot-ototnya setelah selesai mengerjakan tugas bagiannya, dia melirik Fajri yang tengah menunduk. Di hadapannya buku kamus KBBI besar berdiri terbuka, sementara keningnya mencium ujung meja.

Fenly berdehem, namun Fajri masih di posisi yang sama.

"Udah selesai?" Tanya Fenly hampa, namun tak ada jawaban dari Fajri.

"Lo tidur?"

"Oh, gak bakal jawab juga kalau tidur."

Fenly menghela nafas, malas. Dia bangkit dan menghampiri Fajri, tugasnya hampir selesai namun dia malah tertidur.

"Ah nyusahin lo.." Ucap Fenly, namun walaupun begitu dia tetap mengerjakan sisa tugas Fajri.

"Kenapa juga harus tulis tangan, mana beda tulisan gue sama Fajri.." Fenly bergumam.

"Eh udah hampir mirip juga, dikit-dikit lah.." Dia masih berbicara sendiri.

Kamus KBBI di hadapan Fajri terjatuh dan mematuk kepalanya, lelaki itu terbangun dan mengangkat wajahnya.

Fenly melirik wajah Fajri yang suntuk, matanya memerah menambah wajahnya yang polos itu semakin menggemaskan.

"Nyenyak mas?" Tanya Fenly, dia menutup notebook dan membereskan buku yang barusan dia selesaikan.

"Lo ngapain?" Tanya Fajri datar.

"Nyelesain ini, biar cepet pulang."

Fajri melotot, dia lantas menarik buku yang tengah Fenly pegang. Dia membuka halaman terakhir yang dia tulis, kemudian mendelik kesal.

"Tinggal dikit lagi, ngapain lo nulis di sini? Jadi gak sama kan tulisannya, nanti ini minus loh." Ucap Fajri kesal.

"Waw!?" Fenly mengernyitkan alis, "Gue bantuin lo biar tidur lo gak ke ganggu, tapi lo malah nyalahin gue."

Fajri membelalak. "Kenapa gak bangunin gue aja? Malah so tahu kayak gini."

"Lo kenapa sih? Gue gini salah gitu salah, apa yang gue lakuin pasti salah di mata lo."

Fajri menghela nafas, lantas memasukkan semua barang miliknya ke dalam tas.

"Gak usah dramatis, abis ini gue yang lanjutin tugas di rumah." Ucapnya.

Fenly menggelengkan kepalanya, tak paham dengan sikap orang di sampingnya itu.

"Gue mau nanya sesuatu sama lo.." Ucap Fenly.

TERBUNUH SEPI (END)  || UN1TYOnde as histórias ganham vida. Descobre agora