Cerita untuk Langit Malam

565 138 18
                                    

"Ada banyak banget kisah yang belum gue ceritain ke kalian, terutama tentang masa lalu. Gue harap kalian jangan dulu nanggepin cerita gue sebelum selesai, karena kalau ada yang menyela maka gue bakal berhenti cerita." Ucap Fenly mulai bercerita, seraya matanya menatap langit malam.

"Iya.." Ucap teman-temannya serentak.

"Gue dulu masuk sekolah seni waktu kecil, gue juga les musik setiap minggu. Tapi setelah lomba di Jakarta yang gue sempet ketemu sama lo di hotel Rick, gue berhenti main musik. Gue gak lolos padahal setiap tahun perwakilan sekolah gue lolos final, gue dimaki habis habisan satu angkatan. Gue jadi males sekolah, dan gue mutusin berhenti dari segala hal yang berkaitan dengan musik."

"Gue juga ketemu Fajri di sana, karena itu gue udah tahu kalau Fajri emang punya suara bagus. Tapi gue pikir Fajri gak mau temenan sama gue, karena gue gak lolos hari itu. Buktinya dia juga gak pernah bahas tentang itu, dia bahkan berlagak gak kenal sama gue di sekolah."

"Itu ujian pertama dalam hidup gue yang awalnya baik-baik aja, beberapa bulan setelah itu orang tua gue cerai. Tanpa basa basi ayah langsung pergi ke luar kota, alhasil gue tinggal berdua sama mama. Beberapa bulan setelah itu, gue sama mama ketabrak mobil waktu naik motor. Mama udah bilang kalau gak lancar naik motor, tapi gue maksa aja karena sore itu gue pengen jalan-jalan. Gue kala itu masih bocah, gue gak tahu apa-apa makanya gue bingung ketika gue sama mama dikerumuni banyak orang di jalan. Yang gue tahu cuma sikut gue yang luka, tapi mama sampai gak sadar diri."

Ricky menghela nafas, matanya mulai berair karena teringat ibunya.

"Gue masih bocah banget, makanya gue gak tahu apa yang terjadi karena gak ada siapapun yang mau ceritain semuanya ke gue. Mama koma selama beberapa minggu, lalu tante Gita tiba-tiba aja datang dan bawa mama gue singapura. Dia bilang mereka bakal bawa mama berobat sebentar, karena tante Gita emang tinggal di sana sejak menikah."

"Terpaksa beberapa bulan selepas itu gue tinggal sama ayah, walaupun di apartemennya. Tetap saja dia masih pulang pergi ke luar kota, dengan alasan dinas juga karena dia udah punya rumah di sana. Semakin ke sini gue bosan, dan mutusin buat tidur di rumah mama yaitu di sini."

"Awalnya sih ayah sering dateng ke sini, tapi lama-lama dia beralasan lagi. Gue udah hubungin keluarga mama di Bogor, tapi selalu gak ada jawaban dari mereka. Gue bertanya-tanya, apa mereka kesel ya karena gara-gara gue mama harus sampai berobat jauh? Tante Gita sesekali ngasih kabar, tapi setiap gue tanya tentang mama dia cuma jawab 'tunggu bentar lagi mama pulang ke sana."

Fenly terdiam sebentar, dia menyunggingkan senyuman asal pada langit malam.

"Itu satu-satunya alasan kenapa gue selalu trauma ketika Ricky bahas soal ibunya, karena gue juga inget mama. Sekarang lo tahu kan Rick cerita gue.." Ucap Fenly, namun Ricky hanya memejamkan matanya - menyesal.

"Gue pengen temenin lo di rumah sakit Rick, tapi bayangan masa kecil gue selalu tiba-tiba bikin kepala sama kuping gue sakit. Bayangan itu yang bikin gue gak bisa lama-lama nemenin lo.."

"Sorry, Fen.." Suara Ricky tertahan.

"Sstt.."
Valenia mengingatkan agar Ricky jangan dulu berbicara.

"Kalian jangan serius gitu dengerinnya, kalem aja lagian gue gak sedih kok cerita ini. Gue malah ngerasa lega aja.." Ucap Fenly.

"Lanjutin, Fen.."
Ucap Salsha, suaranya serak seperti memupuk kesedihan di tenggorokan.

"Apalagi ya?" Fenly bertanya pada dirinya sendiri.

"Oh iya, lagu sekali saja yang gue nyanyiin tadi itu buat mama. Gue emang normal suka sama cewek, tapi gue gak bakal bisa mencintai orang itu sebelum mama balik ke sini. Gue takut rasa cinta gue ke mama pudar.."

TERBUNUH SEPI (END)  || UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang