Chapter 54: Disappointed

1.7K 232 68
                                    

         Reskal berulang kali melirik jam di tangannya. Sekarang sudah pukul setengah dua belas malam, itu artinya tiga puluh menit lagi Gisha resmi menginjakkan umur 18 tahun.

Reskal sedari tadi berjalan mondar-mandir dan memegang ponsel di tangannya erat, untuk menunggu balasan pesan Gisha. Cowok itu mulai resah dan berulang kali menghubungi Gisha. Tapi sayang ponsel gadis itu tidak aktif.

Vinka dan Emma bahkan sudah spam di grup mereka bertiga. Vinka juga sudah mengirim video dekor ulang tahun untuk Gisha. Tadinya mereka semua akan merahasiakan itu, akan tetapi karena Gisha tak kunjung datang dan membuat mereka semua cemas, akhirnya Vinka berinisiatif untuk jujur perihal kejutan ulang tahun itu kepada Gisha ini.

Sama seperti Reskal, Vinka dan Emma juga tidak bisa menghubungi Gisha. Sebenarnya Gisha kemana?

Hingga kini jam sudah menunjuk tepat pukul dua belas malam, Gisha masih tidak menampakkan batang hidungnya.

Semua orang kecewa. Terlebih-lebih Reskal. Cowok itu masih yakin bahwa kekasihnya akan datang ke sini. Reskal sangat yakin. Ia masih berpikiran positif, mungkin Gisha sedang di perjalanan karena macet.

"Belum ada jawaban dari Gisha, Res?" tanya Milo. Mata cowok itu sudah menyipit dan memerah, karena sangat mengantuk.

Reskal menggeleng pelan. Ia masih sibuk terus menelfon Gisha. Meskipun hasilnya masih nihil.

"Macet kali di jalan," celetuk Nolan mendinginkan keadaan.

"Gue sama Emma udah spam di grup, tapi dia masih gak aktif juga," keluh Vinka. Gadis itu menggigit bibir bawahnya. Ia cemas jika Gisha mengalami kendala.

"Atau jangan-jangan Gisha lupa?" tanya Kenny ikut geregetan.

"Gak mungkin, Ken. Gisha gak mungkin lupa," ujat Reskal.

"Emang dia tadi bilang mau kemana?" Diaz menggigit pulpen saking gabutnya. Menunggu Gisha memang membuat mereka gabut dan mengantuk. Ditambah lagi mereka yang lelah menyiapkan ini itu sejak tadi.

"Dia bilang lagi ada urusan sebentar sama mamahnya. Dia hanya telat sedikit, nanti dia juga datang kok," ucap Reskal sangat yakin.

"Reskal bener, kita tunggu aja. Mungkin sebentar lagi dia sampe sini." Vinka ikut optimis.

Semua orang pun akhirnya mengangguk setuju dan masih setia menunggu Gisha.

Hingga kini jam menunjukkan pukul setengah tiga pagi. Gisha masih belum muncul. Semua orang juga sudah tertidur saking lelah dan mengantuk.

Kini tersisa Reskal yang masih terjaga. Cowok itu menatap ke arah teman-temannya, ia merasa sangat tidak enak karena telah merepotkan mereka semua.

"Gi lo kemana..."

"Ada urusan sepenting apa sampe lo lupa ada gue di sini yang akan selalu menunggu lo."

"Please, dateng Gi. Gue kangen banget sama lo..."

Reskal terus bergumam kecil. Ia menyenderkan tubuhnya ke tembok. Matanya terpejam, otaknya makin berisik. Apa usahanya ini akan berujung sia-sia? Apa Gisha tidak akan datang menemuinya ke sini?

Reskal kembali membuka ponselnya, kenapa ia tidak kepikiran untuk menelfon Farensa dari tadi?

Reskal pun menghubungi nomer Farensa. Senyum cowok itu berbinar tatkala Farensa dengan fast respon mengangkat panggilannya.

"Hallo sayang, ada apa telfon Tante?" tanya Farensa di sebrang sana. "Gimana acaranya sama Gisha? Lancar kan? Aaaa Gisha pasti speechless lihat kejutan dari kamu."

RESHA  [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang