Chapter 35: Pengumuman

2.1K 291 20
                                    

Senin seperti biasa menjadi momok menyebalkan bagi sebagian orang. Hari paling jauh dengan minggu, sekolah pulang sore, tugas menumpuk, lengkap sudah penderitaan Gisha senin ini.

Belum sampai di situ. Penderitaan Gisha semakin sempurna ketika pak Marko berdiri di podium sana sedang memberikan amanat upacara serta siraman rohani kepada anak-anak Heksizt perihal kedisiplinan.

Bagaimana tidak sial? Gisha lupa membawa topi dan lupa memakai sepatu hitam. Jelas ia akan kena hukuman jika begini.

Tak sendirian, ada Vinka juga yang lupa membawa topinya. Hanya Emma saja yang mengenakan atribut lengkap dan sempurna.

"Mohon guru piket untuk keliling, memisahkan anak-anak yang kurang disiplin ke barisan baru," ucap Pak Marko dengan tegas.

Gisha dan Vinka sendiri sudah siap jika harus dihukum nantinya. Paling disuruh hormat ke bendera merah putih selama tiga puluh menit. Ya meskipun sedikit merepotkan.

"Kalian kok bisa-bisanya lupa ini hari senin," bisik Emma kepada dua sahabatnya itu.

"Namanya juga lupa, ya gak inget," sahut Vinka enteng.

Emma berjinjit memantau guru piket pagi ini yang sedang patroli. Ia kemudian menyuruh Vinka dan Gisha sedikit menunduk agar tidak ketahuan.

"Gue pengen dihukum juga nih. Gak asik masa gue doang sendirian yang gak dihukum," keluh Emma lesu.

Prinsipnya adalah satu kena, semua kena. Emma tidak mau sendirian dan terpisah dengan mereka berdua. Ya meskipun ia harus kena apes juga. Tak masalah.

"Gak usah nyari penyakit lo. Lo udah aman gak pa-pa," sahut Gisha geregetan.

"Tau nih lo gimana sih, Ma. Lo tuh udah adem ayem malah pengen nyebur bareng." Vinka menambahkan.

"Kan asik dihukum bareng kalian bertiga, bitch. Haha."

"Stress lo mah."

"Ehh mas Gerald jadi guru piket pagi ini woy,  sama Bu Nana tuh," ucap Emma lagi setelah jinjit memantau situasi kondisi terkini.

"Meskipun kak Gerald yang piket, gue gak yakin dia bakal lindungin gue." Gisha berharap Gerald akan mengskip-nya. Cowok itu akan digosipi nanti jika ia melindungi Gisha. Apa lagi kedekatan Gisha dan Gerald mulai tercium oleh anak-anak Heksizt.

"Bisa aja sih, Gi," komen Vinka.

"Semoga dia skip lo sama Vinka deh."

"Hmm."

Upacara akan selesai. Bu Nana dan Gerald masih patroli ke barisan-barisan perkelas.

Saat Gerald dekat dengan kelas Gisha, ia melihat gadis itu tidak memakai topinya. Gerald dengan sengaja menghindari kelas Gisha, agar gadis itu terhindar dari hukuman.

Memang terkesan tidak adil, namun begitulah Gerald. Baginya Gisha nomor satu.

Reskal dari barisan kelasnya, yang hanya berjarak empat kelas dari kelas Gisha, memastikan gadis itu. Reskal tahu tabiat Gisha yang ceroboh itu. Dan ternyata benar feeling-nya. Gadis itu tidak memakai topinya.

Oh ya perlu diketahui juga, sejak pengakuan Reskal beberapa hari yang lalu mengenai perasaannya kepada Gisha, sejak saat itu juga Gisha lagi-lagi menghindarinya. Reskal berulang kali modus mendekatinya, tapi Gisha terus berkelit bahwa dirinya sibuk.

Reskal jelas peka. Gisha sengaja melakukan itu agar mereka berjarak. Gisha tidak ingin melibatkannya. Alasannya ia akan ikut terluka jika terus melindungi gadis itu.

Namun hal itu tidak mempengaruhi Reskal sama sekali. Reskal tetap diam-diam memantau dan melindungi gadis itu.

Reskal berdecih tatkala Bu Nana kini patroli ulang ke deretan kelasnya. Mungkin guru itu tidak sadar jika Gerald sudah mengeceknya.

RESHA  [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang