Chapter 43: Bertemu Oma Reskal

1.9K 264 8
                                    

Hari minggu paginya Reskal dan Gisha sudah bersiap melakukan perjalan ke kediaman Fransisca. Farensa juga sudah mempersiapkan beberapa paper bag berisi buah tangan yang akan Gisha berikan kepada Fransisca.

Gisha sebenarnya dari malam merasa gugup dan tidak bisa tidur. Namun ia mencoba untuk relaks. Fransisca sama-sama manusia biasa sepertinya. Hanya saja dia lebih tua dan lebih kaya dari Gisha. Untuk apa ia takut?

"Jangan gugup, santai aja," ucap Reskal seraya fokus menyetir mobilnya.

"Iya iya. Gue biasa aja kok," alibi Gisha berusaha keras mengontrol dirinya.


"Oiya, Gi, apa lo bisa kasih tahu gue obat paling manjur buat nyembuhin lo kalau sakit lo itu nyerang lo kembali? Selain dicipratin air?"

Deg.

Gisha memang begitu sensitif jika seseorang membahas penyakit yang dideritanya sejak beberapa tahun yang lalu itu. Kurang nyaman.

"Maaf. Keliatannya pertanyaan gue menyinggung lo. Gak perlu dijawab kalau gitu," tampik Reskal.

Gisha menggeleng dengan cepat.
"Kalau seandainya pake air gak mempan gimana? Paling lama berapa menit lo gak sadarin diri?"

"Gue selalu bawa pil penting itu kemana-mana. Gue bisa dikendalikan setelah minum obatnya."

Reskal tersenyum lebar. "Syukur deh. Gue pikir gak ada obatnya."

"Ada kok."

"Hanya gelap aja kan? Atau ada lainnya yang bikin sakit lo kambuh?"

Gisha mengangguk. Meskipun itu bertentangan dengan faktanya. Sebenarnya ada lagi. Yaitu sesuatu yang berhubungan dengan tragedi enam tahun silam, pasti tubuhnya akan bereaksi hebat dan terpengaruh. Namun Gisha tidak ingin Reskal semakin khawatir.

"Jangan berjalan sendirian. Seenggaknya kalau gak ada gue, harus ada orang lain yang nemenin lo. Gue takut kejadian di toilet saat itu keulang lagi."

"Gue---"

"Lo gak tahu kegelapan-kegelapan selanjutnya seperti apa, medan curamnya kayak gimana." Reskal mengutuk dirinya yang keceplosan. Ia memang teringat dengan surat sialan yang Gisha dapat di gramedia saat itu.
Lagi-lagi ucapan Reskal membuat Gisha tersentak. Apa maksud Reskal dengan kegelapan-kegelapan selanjutnya?

"Maksud gue, lo gak bakal tahu apa yang terjadi sama lo kedepannya. Bisa aja kan ada hantu di kegelapan. Emang lo gak takut?"

Oh hantu... Gisha tertawa geli. "Gue gak takut sama makhluk halus. Lebih takut sama setan berwujud manusia sih."

Reskal menghela napas lega. Nyaris saja.

"Iya. Jadi jangan jalan sendirian. Seenggaknya sama Vinka atau Emma, oke?"

Gisha refleks mengangguk seperti anak kecil yang baru saja dinasehati orangtuanya.

Suasana kembali hening. Untuk itu Reskal menyalakan musik agar suasana tidak begitu dingin.
Reskal menyetel lagu On Bended Knee. Sesekali ia menyanyikan sebait liriknya. Sedangkan Gisha sibuk membalas pesan dari sahabat-sahabatnya.

Vinka dan Emma mengajaknya kumpul. Namun kali ini ia skip untuk itu karena saat ini ia sedang di perjalanan menuju ke kediaman Fransisca.

RESHA  [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang