"Hyung!" sapa laki-laki yang menghampirinya tersebut. "Lama tak bertemu, ya?" Senyum mulai mengembang darinya. Namun yang didapat orang ini hanya diam tanpa kata dari laki-laki ber-hodie yang memiliki warna earthtone itu.
"Maaf, aku pergi dulu," ungkapnya sembari menepuk pundak laki-laki yang pertama menyapanya itu. Langkahnya kian beranjak meninggalkan tempat tersebut. Hingga kini laki-laki tersebut menghilang terbawa langkahnya.
Senyum dari laki-laki yang masih terdiam itu kian menjadi kuncup dengan wajah juga turut menurun menatap kakinya.
Laki-laki ini kembali mengangkat kepalanya, memerhatikan sekitar dan mendapati Karina yang tak berhenti menatapnya.
"Annyeong!" sapanya memberikan angkatan sebuah tangan. Senyum pun turut ia rekahkan.
"Eh!?" Karina memalingkan wajahnya karena malu. Dirinya tidak menyadari bahwa ternyata laki-laki itu juga turut menatapnya. Kepala Karina menunduk dengan pipinya menjelma menjadi sebuah ronaan malu.
"Permisi!" panggil seorang pekerja kafe ini. "Ini pesanan Anda."
"Hm, Ye?" Karina mengangkat wajahnya menuju orang yang memanggilnya barusan. "Gamsahamnida," ucap Karina setelah melihat pesanannya sudah ditata pekerja tersebut di hadapannya.
Pekerja ini kembali pergi untuk melanjutkan pekerjaan yang menantinya.
Karina memeriksa lagi laki-laki yang menyapanya tadi. Ternyata laki-laki tersebut belum pergi dan sedang mencari tempat duduk kosong. Karina terus menatap laki-laki itu, hingga akhirnya laki-laki itu memalingkan tubuh. Membuat mata mereka saling bertemu. Lantas Karina langsung membalikkan tubuh sembari berpura- pura memotong hidangan di hadapannya.
Laki-laki tadi heran dengan apa yang barusan dilakukan Karina. Langkahnya membawa mendekati Karina dengan nampan hidangan yang dipesannya.
Karina merasakan seseorang kian mendekati tempat duduknya. Bahkan dirinya semakin menundukkan kepala seraya terus memasukkan pastry ke mulutnya.
Deg! Deg! Jantung Karina semakin menggebukan debarannya.
Laki-laki tersebut semakin dekat dengan Karina. Hingga sebuah getaran ponsel mengharuskannya menginjak rem.
Drrt! Drrt!
Laki-laki ini meraih ponsel yang berada di saku long blazer biru langit yang ia kenakan. Mendekatkan ponsel tersebut menuju indra pendengarannya. "Yeoboseyo?"
"...."
Sambungan telepon terputus. Dengan segera laki- laki ini membalikkan tubuh untuk meninggalkan tempatnya sekarang berada. Menuruni setiap pijakan anak tangga dengan langkah tergesa-gesa.
Karina memutar tubuhnya untuk memeriksa laki- laki tadi. "Heh?" bingung Karina Mata Karina mengitari setiap tempat di kafe ini, namun laki-laki yang akan menghampirinya tadi memang sudah menghilang dari sini. "Untunglah, orang itu sudah pergi."
@@@
🎶🎶
Suara dari nada dering ponsel yang disetel Karina mengejutkanya. Lantas, Karina mengarahkan dirinya menuju sumber suara. Kemudian, tangan Karina meraih ponsel yang ia letakkan di samping hidangan yang tersaji.
Ternyata, kedua sahabat Karina −Ayyara dan Syahira− yang meneleponnya. Tapi, kali ini mereka bukan melakukan panggilan suara. Melainkan sebuah panggilan video.
Opsi untuk menghubungkan panggilan video tersebut tergeser oleh jemari Karina. Mengubahnya menjadi dua saudari perempuan seumuran dengan Karina.
"KARINA!" seru keduanya.
Karina menutup kedua telinganya karena suara yang mereka keluarkan sampai menusuk pendengaran. "Tsittt!" pinta Karina menyuruh mereka menurunkan nada suara. "Kalian bisa jangan teriak gitu, nggak? Aku lagi di kafe, nih. Jadinya malu, kan diliatin banyak orang."
"Hahaha, iya, iya kami berdua akan lebih pelan." Ayyara dan Syahira saling menatap satu sama lain.
Kedua saudari kembar ini sangat kompak. Ya, meskipun kadang sering terjadi perselisihan yang menyebabkan kerusuhan.
"Jadi, kenapa kalian menelponku? Kalian udah kangen, ya?" sindir Karina.
"Aishh!" tampik Ayyara sembari membuat alisnya mengernyit. "Siapa juga yang kangen kamu?"
"Iya, nih. Kami cuma mau ingatin kamu," imbuh Syahira.
"Apa?" tanya Karina dengan nada heran. Karina tak mengerti yang disampaikan kedua saudari kembar ini.
"Tuh, kan. Kamu lupa."
"JANGAN LUPA OLEH-OLEH DARI NEGERI GINSENG-NYA!!" teriak Ayyara dan Syahira dengan nada suara yang menyatu. Tiba-tiba, tawa mulai meledak dari keduanya.
Karina kembali membuat dinding penghalang dengan tangannya untuk menghindari suara nyaring kedua saudari kembar ini."Aduh!" Karina menepuk pelan dahinya. "Kalian berdua, bisa nggak jangan teriak-teriak kayak gitu?" mohon Karina.
Tawa kecil dibuat Ayyara dan Syahira seraya menatap satu sama lain. "Makanya. Kamu jangan sampai lupa titipan kami itu," ulang Syahira.
"Atau kalau nggak, kami berdua teriak lagi, nih," ancam Ayyara.
Saudari kembar ini mengubah arah tatapannya. Ayyara mengedipkan satu mata untuk mengisyaratkan maksudnya kepada Syahira. Lantas, disambut oleh sebuah pengertian dari Syahira. Keduanya kembali menatap layar yang menampilkan Karina sedang kebingungan dengan mereka. Mulut Ayyara dan Syahira mulai membuka, siap kembali meneriakkan sebuah kalimat.
Namun, rencana mereka terhenti karena Karina berucap, "Iya, iya aku udah ingat, nih. Awas kalian berdua teriak lagi."
Ayyara dan Syahira tampak senang. Mereka merayakannya dengan menyatukan kedua telapak tangan mereka satu sama lain sembari memberi rekahan senyum ke arah Karina.
"Coba kalian sebutin lagi, deh. Kalau-kalau aku lupa."
"Masa, sih. Kamu yakin mau kami sebutin lagi?" sahut Ayyara.
"Iya. Asalkan jangan yang aneh-aneh kayak waktu sebelum keberangkatanku itu."
Sebenarnya kedua saudari kembar ini sudah menyebutkan barang-barang yang mereka inginkan sebelum Karina berangkat. Banyak barang yang si kembar ini inginkan. Bahkan, ada satu lagi oleh-oleh yang mereka inginkan dan itu sudah pasti tidak mungkin bisa Karina penuhi.
.
.
.
Follow me: FeiZhan
ВЫ ЧИТАЕТЕ
Part Time Cafe'
ФанфикшнDaripada penasaran, ayo langsung baca .... Sebagai seorang yang menyukai Negeri Ginseng, Karina pastinya juga ingin merasakan menapaki tempat tersebut. Beruntung bagi Karina, dirinya berhasil mengunjungi South Korea. Namun, kejadian selanjutnya...
PART I
Начните с самого начала
