"Baru datang, langsung disalahin." ujar Fikko mendengus.

"Baru datang, ngajak berantem." sambung Ilham.

"Serba salah emang,"

Tanpa berkata lagi, mereka bertujuh pun akhirnya ikut duduk disamping mereka. "Heh?! Siapa yang ngijinin kalian duduk disini?!" sewot Lia dengan tangan yang berkacak pinggang. Persis seperti emak-emak yang akan memarahi anak nya karena bermain hingga lupa waktu.

Ketujuh nya mengerjap pelan, bahkan kini semua mata tertuju pada meja mereka. "Yaelah, ini meja umum kali. Bukan punya nenek moyang lo," sahut Alino santai.

Lia menggeram kesal, jika saja Mellissa kini tidak menahan nya mungkin ia akan menjambak rambut Alino kuat. "Udah, njir! Lo nggak malu apa, dilihat sama semua orang?" tanya Mellissa.

"Halah, cewek bar-bar kek dia mah nggak punya malu, Mell." balas Mijar santai sambil menyeruput minuman yang sudah ia pesan tadi.

"Lo mau gue jambak, hah?!" Mijar sontak menyemburkan minuman nya, untung saja Zaki yang berada didepan nya menyadari hal itu pun langsung berlari menghindar. Bisa malu ia jika terkena semburan sialan dari Mijar.

"Nggak ada akhlak lo, Li!" ketus Mijar sambil mengelap bibir nya menggunakan tissue lalu dengan usil, ia melempar tissue bekas itu ke arah Lia membuat gadis itu berteriak heboh.

"LO BENER-BENER MINTA GUE JAMBAK, HAH?!" bentak Lia. Bahkan kini wajah nya sudah memerah karena amarah yang sudah berada di ubun-ubun.

Mellissa yang berada disebelah nya langsung mengusap kedua bahu Lia, berusaha menenangkan sahabat nya itu yang kini sudah berubah menjadi banteng betina yang siap menyeruduk siapa saja didepan nya.

"Tahan, Li! Tahan, jangan sampe tanduk super lo keluar," sahut Mellissa. Bahkan kini ia pun mendapatkan tatapan maut dari gadis itu membuat nya mati kutu.

Ketujuh lelaki itu memilih diam setelah apa yang diperbuat oleh Mijar yang berhasil membangunkan sisi banteng betina Lia yang menyeramkan. Bahkan kini mereka terdiam, senyap seperti tak terjadi hal apapun. "Nih, makanan nya. Kenapa diam? Tumben banget," sahut Rachel membawa makanan pesanan mereka.

"Habis ada banteng betina ngamuk, sekarang udah agak anteng banteng nya." balas Fikko.

Rachel hanya mengangguk saja, tak mau menambahkan. Karena ia takut, sahabat nya itu akan lepas kendali dan takut mereka akan berakhir di ruang BK karena sudah membuat keributan di kantin.

"Idih! Gatel banget jadi cewek," ujar seseorang yang mengalihkan kesepuluh orang di meja itu dan beberapa pasang mata yang masih berada di kantin.

Terlihat empat orang gadis dengan pakaian kurang bahan berdiri angkuh disana. Keempat nya pun mendekati meja Mellissa dkk dan Nomy dkk.

"Dasar bitch!" ujar salah satu dari mereka.

"Heh! Lo itu masih adik kelas aja belagu!" umpat Lia sambil berdecih melihat kelakuan adik kelas nya ini.

Jimaya berdecih meremehkan. "Gue nggak ada urusan sama lo!" ujar nya sambil menunjuk ke arah Lia.

Lia pun menepis itu, "Jauhin tangan corona lo dari hadapan gue!" balas Lia sinis. Ia tak sudi ditunjuk oleh adik kelas nya ini, bahkan Mellissa dan Rachel pun mengumpat kebodohan mereka karena sudah pernah menganggumi adik kelas nya yang satu ini.

"Jar, ini adik kelas yang dulu pernah lo kasih nomor telpon, kan?" tanya Nomy sambil memandang Jimaya dari ujung kepala hingga bawah kaki nya membuat gadis itu merona karena tengah di perhatikan oleh Nomy.

Mijar mengangguk dengan mata yang tak lepas dari ponsel dihadapan nya. "Gue sempet nyesel sumpah, gue kira pertengahan nya nggak kayak gini," ujar nya dengan jujur.

"Emang kenapa?" tanya Fikko.

"Mau gue ajak serius, tapi kalau pertengahan nya kek gini sih, gue mundur alon-alon aja,"

"Gadis kek dia mah nggak pantes buat lo, kalau dia mah pantes nya sama Om-Om hidung belang. Coba lo liat aja, badan nya kek gitu," ujar Alino sambil menelisik tubuh Jimaya.

"Lo itu cewek gatel, Mell! Semua cowok lo embat!" ujar salah satu dari keempat gadis itu, dia adalah Melati—gadis yang selalu menatap Mellissa sinis sedari dulu.

"Heh, kembang makam! Gue slepet juga tuh mulut!" kesal Zaki karena acara makan nya harus berhenti karena ulah gadis itu.

"Anjir, kembang makam!" tawa Eysan dan Ilham meledak saat itu juga. Entah karena humor mereka yang hanya sekedar 'kembang makam' atau memang hanya ingin tertawa garing.

"Mengakak!" bahkan seisi kantin pun mulai terdengar kekehan dan tawa kecil.

"Dah lah, aing capek ngakak terus!" sahut Nomy yang ikut tertawa pelan.

Keempat gadis itu kini mati kutu dan menahan malu. "Mending lo pada pergi sono yang jauh, kalau perlu gue kirim dah lo pada ke Pluto!" sahut Eysan. Terdengar tak sopan memang, tapi ya kalau spesies jenis mereka tak harus memakai sopan santun, kan?

"Udah sono! Kembang makam, Seres dan adik kelas bitch mending pergi sono, mata gue sepet liat lo pada," usir Lia dengan wajah yang menyebalkan.

Keempat gadis itu kalah telak, empat lawan sepuluh. Sudah pasti mereka kalah, dengan perasaan dongkol, mereka pun memilih pergi.

"Tunggu pembalasan gue!" tekan nya lalu pergi diikuti oleh ketiga nya.

"GUE TUNGGU!" ujar mereka. Bahkan kini Mellissa yang tadi nya terdiam karena ucapan keempat gadis itu ikut tertawa.

"Gila! Gak nyangka gue ketemu adik kelas berwajah polos tapi hati kek setan!" ujar Fikko geram dengan kelakuan Jimaya tadi.

"Nggak ada malu nya, njir!"

"Anak kek gitu mana tau malu, udah ketutup sama obsesi," sahut Ilham.

"Dah lah, mending lo hati-hati mulai sekarang, Mell. Gue gak mau kalau berita ini kesebar dan kedengeran sama Bang Marvel dkk," nasihat Zaki.

"Lo berdua harus terus disamping Mellissa," tunjuk Mijar pada Lia dan Rachel.

"Nggak disuruh pun, kita bakal disamping Mellissa terus," balas Rachel di angguki oleh Lia.

"Kalian jangan sampe ngomongin ini didepan Kak Marvel dan lain nya, nanti urusan nya bakalan panjang lagi!" Ketujuh lelaki itu mengangguk tanda setuju apa yang diucapkan Mellissa barusan.

Biarkan saja mereka yang menangani ini, jangan sampai Marvel dkk mendengar berita ini, mereka tak mau di amuk oleh Marvel dkk karena tak becus menjaga Mellissa dkk.

•MARVEL•

Tbc
Dapet gak feel nya?
Thank you❤

MARVEL 2 [REST]Where stories live. Discover now