After : Delapan Belas

Start from the beginning
                                    

"Davatar!" Dava mengalihkan pandangannya dari ponsel pada seorang gadis dengan rambut di gerai itu. Gadis bersuara keras yang selalu membuat telinganya sakit. Keira.

Laki-laki itu tersenyum pada Keira yang dengan semangatnya menghampiri dirinya, "Tumben di anter, Raka kemana?"

Keira menghela panjang, duduk di samping Dava dan berucap, "Udah jalan duluan tuh anak."

"Udah jalan? Kok belum sampai?" tanya Dava bingung. Jika sudah jalan lebih awal, seharusnya yang sampai lebih dulu Raka bukan Keira.

Keira mengangkat bahu, "Mana aing tau. Emang aing emaknya!"

"Lo kan Neneknya."

Keira melotot! Enak saja dirinya di samakan dengan nenek-nenek.

"Gue mulus, putih, cantik gini kok di bilang Neneknya Raka. Lo kalo mau ngelawak mikir dulu, lah, bung!"

"Kesel gue lama-lama sama lo!" gerutu Keira terdengar dengan jelas oleh Dava.

Dava hanya bisa geleng kepala. Matanya menatap jalanan di mana ada Raka yang datang dengan seorang gadis di belakangnya. Dava tidak tau itu siapa karena wajahnya tertutupi oleh helm hitam.

Keira mencolek paha Dava memberitau jika Raka datang dengan seorang gadis. Dava yang sudah sadar sejak awal hanya berdehem menjawab colekan Keira.

Motor biru itu berhenti di samping motor milik Dava. Raka tersenyum tidak jelas menujukkan jika ia sedang bahagia.

"Hello teman-temanku!" sapanya.

"Sama siapa lo - Bila?!" ungkap Keira tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Ternyata gadis yang di bonceng oleh Raka adalah Abila.

"Kok bisa bareng?" Dava bertanya.

"Bisa dong, kan gue jemput."

"Lo tau rumah Bila?" Keira menimpali pembicaraan antara dua temannya.

"Ta-

"Raka jemput Bila di depan komplek." selang Abila cepat. Tangan gadis itu mencubit perut Raka memberi tanda jika Raka harus diam.

Raka yang sadar dengan janjinya pada Abila terkesiap. Dirinya hampir lupa.

"Ayo, ngapain di sini? Ke kelas aja, yuk!" ajak Dava. Sebenarnya ajakan ini untuk mengalihkan perhatian Keira.

Raka dengan cepat menaruh helmnya, merangkul Keira meninggalkan Dava dan Abila yang masih di tempat.

Dava mendekat, tidak lupa mengambil tasnya.

"Raka tau rumah lo?" tiba-tiba saja Dava bertanya seperti itu. Reflek Abila mengangguk.

"Kok bisa?"

"Pas itu kan Raka antar Bila pulang Dava. Dava lupa?"

Dava terdiam, "Oh, iya."

"Ayo, ke kelas." sambung Dava mengajak Abila.

AT

Laki-laki berpakaian kurang rapih itu duduk diam di kursi paling belakang. Pandangannya kosong. Arya. Laki-laki yang di gadang-gadangkan tidak bisa hidup dengan satu wanita itu terlihat bingung.

Arya tidak menyangka jika dirinya akan bertemu dengan Abila dalam situasi yang tidak cukup baik. Sebelumnya ia tau jika Abila masuk sekolah yang sama dengannya, tapi Arya benar-benar tidak menyangka jika akan bertemu di situasi yang buruk.

Bertabrakan? Sangat tidak keren.

Brak!

"Diam aja lo, Bos! Mikirin apa?" Syaid duduk mendekat.

After that [Selesai]Where stories live. Discover now