38

6.7K 585 139
                                    

10 tahun kemudian..


"Hiks sakit.. hiks.. sakit.." ringis Sungchan saat beberapa kakak kelas di SMP-nya memukul dan menendangnya. Kakak kelas satu tingkatnya itu sering kali memukuli Sungchan saat Sungchan tak memberikan semua uang jajannya kepada mereka.

"Kalo gue minta uang harusnya lo kasih semua uang jajan lo, kita-kita gak mungkin mukulin lo kaya gini." Ujar salah satu anak berpakaian smp itu.

"G-gue udah kasih semua tapi kalian masih pukulin gue juga hiks sakit." Rintih Sungchan, tubuhnya benar-benar merasa sakit saat luka-luka memar yang belum sembuh total akibat mereka semua itu kembali di pukuli.

"Kak Jeno... tolong.." ujar Sungchan rintih memanggil Jeno yang hanya diam di belakang sana. Jeno cuek dan datar melihat Sungchan di siksa seperti itu.

"Udah yuk kita ke warnet aja." Ujar temannya yang lain, kemudian mereka semua beranjak pergi. Jeno mendekat ke Sungchan dan berjongkok. Ia menarik dagu Sungchan untuk mendekat dengan wajahnya. Luka memar di wajah Sungchan kian banyak, ada beberapa memar yang terlihat menghitam juga.

"Kalo sampai lo bilang ke Dad atau Mom soal temen-temen gue ngebully lo, lo bakal tau akibatnya." Jeno kemudian menepis kasar dagu Sungchan kemudian beranjak pergi dari sana.

Sungchan menyandarkan tubuhnya pada tembok disana. Meratapi dirinya yang selalu saja tidak bisa menjaga tubuhnya, tidak bisa melawan orang-orang yang membully-nya dan selalu saja membiarkan mereka menginjak-injak-nya.

"Kak Sungchan ?!" Jerit melengking dari anak gadis dengan seragam SMP-nya berlari mendekati Sungchan yang terlihat rapuh dan memiliki banyak luka di sekujur tubuhnya.

Sungchan tersenyum kecil saat Ningning mendekatinya dengan wajah khawatirnya. "Udah selese kelasnya?" Tanya Sungchan mengusap kepala Ningning dengan senyuman kecilnya di bibirnya.

"Udah kak. Siapa yang buat kak Sungchan kaya gini? Kita laporin ke Dad aja kak. Biar nanti Dad cari anak-anak jahat itu dan ngehukum mereka." Ujar Ningning sampai menangis melihat Sungchan seperti itu.

"Gausah. Aku baik-baik aja. Kamu gak perlu khawatir." Sungchan senyum kecil dan sedikit meringis, ia lupa di sudut bibirnya memiliki luka sobek.

"Ayoo kak aku bantu, kita pulang aja." Ujar Ningning kemudian membopong Sungchan yang memiliki bobot lebih besar darinya. Sungchan tersenyum melihat adiknya itu sangat peduli padanya. Setidaknya dua wanita di rumah itu menyanyangi dan peduli padanya itu saja sudah cukup baginya.

🌹

"Kamu berantem lagi ?! Seneng ?! Mau jadi preman di sekolah ?!" Bentak Taeyong saat Sungchan dan Ningning sampai di rumah.

"Dad, kak Sungchan di pukulin. Bukan berkelahi." Ujar Ningning membenarkan perkataan Dadnya yang sudah tersulut emosi itu.

"Ningning kamu masuk ke kamar mu! Sungchan! Kamu masuk ke ruang kerja Dad!" Taeyong memasuki ruang kerjanya. Ningning kembali menumpahkan tangisnya saat melihat Sungchan hanya tersenyum saja. Padahal Ningning tau apa yang akan Dad-nya lakukan ketika meminta Sungchan memasuki ruang kerjanya.

"Kamu masuk ke kamar. Nanti Dad marah. Aku bakal baik-baik aja." Ujar Sungchan meminta Ningning untuk tidak mengkhwatirkannya. Berat hati Ningning meninggalkan Sungchan, namun Dad-nya akan semakin marah jika ia tidak menuruti ucapan Taeyong. Ningning akhirnya menaiki tangga dan menuju lantai dua di kamarnya.

Sungchan buang nafasnya kecil, menyiapkan mentalnya untuk berhadapan dengan Dad-nya yang sudah pasti akan memarahinya.

Sungchan memasuki ruangan Taeyong lalu menutup pintunya. "Dad aku minta-

My CEO is My Husband • LTY [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang