Bab II

3K 227 30
                                    

Update, guys!!!
Jangan lupa Vote, Coment, Share, Ref ...

Happy Reading

Aretha mengerjapkan matanya berkali-kali ketika seseorang menciuminya dengan bertubi-tubi.

"Ih, awasin!" Aretha mendorong wajah Rafa agar menjauh darinya. Tetapi, bukannya menjauh, laki-laki itu justru memeluk tubuhnya dengan sangat erat.

"Langsung jadi nggak, Tha?"

Aretha membelalakkan matanya ketika Rafa mengucapkan kalimat tersebut. "Kamu, ya!"

"Iya-iya ibu negara. Nggak akan ngomong lagi."

Aretha akan menutup matanya lagi, sebelum Rafa tiba-tiba menghentikannya dengan jari laki-laki itu. "Awasin tanganya, Rafa! Ngantuk!"

"Apa? Kita selesai jam dua belas, ya. Ngantuk dari mana?"

Aretha tak menghiraukan ucapan suaminya. Bisa-bisa dirinya tidak jadi tidur jika meladeni laki-laki itu.

"Hari ini aku free, jalan-jalan mau?" tanya Rafa sambil membuka selimut Aretha.

"Ke mana? Males, enak di rumah," jawab Aretha.

"Ralat, enak di kamar, ya?" Rafa tersenyum jahil membuat gadis, ralat. Wanita itu langsung menimpuk wajah suaminya dengan bantal.

"Mulai!"

"Raf-Raf." Rafa menaikkan alisnya. "Kamu kemarin cerita kalo kerja di maskapai dalam negeri. Hari liburnya kapan?"

"Cutinya sebulan sepuluh kali. Kalo ada panggilan mendadak ya ... harus siap. Tapi, soal isi dompet, nggak usah di tanya."

Aretha mendengus ketika laki-laki itu mulai menyombongkan diri. Sepertinya, setelah kepulangan Rafa dari Australia, laki-laki itu memiliki sifat baru lagi.

"Mumpung libur, mau ke mana gitu, nggak?"

"Anter ke supermarket, ya. Kita cari bahan kue, kamu bantuin."

"Siap ibu negara! Aku siap-siap dulu, ya. Kamu mandi di sini, aku yang di luar."

Rafa mencium pipi Aretha kemudian langsung berlari keluar kamar. Aretha tersenyum sambil memegangi bekas ciuman suaminya. Bukankah momen seperti ini yang setahun belakangan ia rindukan.

—oOo—

Setelah mereke membeli bahan-bahan kue. Saatnya pasutri itu berperang dengan dapur.

Aretha mencampurkan telur, gula, dan bahan-bahan lainnya. Sedangkan Rafa sedang mengayak tepung.

"Tha-Tha!" Aretha menolehkan kepalanya. "Ini apa?"

"Tepung," jawab Aretha sepintas kemudian kembali fokus pada aktivitasnya.

"Gunanya apa?"

"Buat kue, lah!"

Aretha tak sadar jika laki-laki itu sudah berada di sampingnya. Dengan sengaja Rafa mengoleskan tepung yang setengah ia beri air ke pipi Aretha.

"Rafa! Nggak usah jahil kamu!"

Rafa tertawa ketika melihat wajah Aretha yang belepotan akibat ulahnya. Memilih tak menanggapi Rafa, Aretha langsung menyelesaikan pekerjaannya.

Selang beberapa menit. Adonan kue sudah siap memasuki oven. Jika seperti ini namanya, tetap saja yang membuat kue ini adalah dirinya. Laki-laki itu bukannya membantu, malah mengganggunya.

Trust Me Aretha (Republish)Where stories live. Discover now