BAB 31

1K 169 6
                                    

Araya menatap Adipati Kala yang masih tetap duduk ketika semua anggota kerajaan mulai berdiri untuk meninggalkan tepi sungai. Malam ini, semua orang tidak akan tidur. Mereka akan kembali ke rumah, terjaga hingga matahari terbit dan menyambut hari pertama pada tahun baru. Para wanita di semua rumah akan membuat api tepat saat matahari terbit, agar mereka bisa membakar semua keburukan bagi keluarga mereka.

“Sampai kapan kamu akan seperti ini, Mas?” tanyanya.

Kala hanya diam sambil menatap sungai yang memantulkan bintang di langit. Malam ini airnya begitu tenang sehingga permukaannya terlihat seperti cermin raksasa.

“Aku sudah lelah melihat kalian berdua. Kamu yang berusaha untuk terlihat tidak peduli dan anak kita yang berusaha untuk membenci kamu,” kata Araya lagi.

Kala tidak pernah bicara apapun tentang perasaannya. Ia adalah tipikal yang jarang membiarkan orang lain mengetahui isi hatinya. Baginya, terlihat jahat dan dingin adalah jalan terbaik untuk menutupi kesedihan.

Hanya Araya yang tahu bagaimana perasaannya.

“Dia memang pantas membenciku,” jawab Kala.

“Tidak pantas ketika seorang ayah membiarkan anaknya membenci tanpa alasan yang jelas.”

Kala tahu kalau di antara semua orang, manusia yang paling menderita adalah Araya. Namun, Araya sama sekali tidak terlihat marah. Tidak marah ketika ia memisahkan Derish dengan ibunya, tidak marah ketika harus pergi dari istana ini, tidak marah ketika ia menikah, dan sama sekali tidak membenci Aghiya dan Ajinata. Bahkan, Araya sering mengajak dua anaknya itu bicara.

“Kamu sudah membantuku dengan mengeluarkanku dari istana ini delapan belas tahun yang lalu dan aku sama sekali tidak lagi merasakan apapun. Aku hanya ingin kerajaan ini tetap damai.”

“Apa Sekar melakukan sesuatu?” taya Kala. Ia sudah tahu bagaimana sifat istri keduanya dan ia tidak bisa melakukan apapun. Menceraikan Sekar justru akan lebih memperburuk suasana.

Araya menggelengkan kepalanya. “Aku tidak tahu.”

“…”

“Aku hanya berharap, Raden Aghiya dan Raden Ajinata tidak mengikuti jejak Ibu mereka. Hati kedua anak itu sangat murni.”

Hatimu yang sangat murni, pikir Kala.

Tidak ada yang tahu betapa menyesal dirinya ketika ia harus mengkhianati Araya dengan menikahi Sekar. Juga tidak ada yang tahu betapa tersiksa dirinya ketika mendengar tangisan diam-diam Araya setelah ia ingin Derish diasuh olehnya dan Sekar, dan harus membuat Araya keluar dari Payon Omah nya sendiri.

“Berbaikanlah dengan Derish. Kamu tidak tahu, Mas. Dia sangat merindukan kamu. Dia sering menyebut namamu saat dia tertidur.”

Kala masih diam dan Araya memutuskan untuk pergi. Namun, saat ia akan melangkah, Kala berkata, “Aku akan terjaga denganmu di Payon Omah Denaya. Bisa kamu buatkan teh untukku?”

Araya berbalik untuk menatap suaminya dan tersenyum. Sudah dua puluh tahun lamanya ia tidak terjaga di tahun baru dengan suaminya.

“Aku akan menyiapkannya, kalau begitu.”

φ

Selamat hari lebaraaaaannn😇😇😇

Jam 9 aku update lagi. Tungguin yaaaaaaa!😘

The Perfect BouquetWhere stories live. Discover now