BAB 27

1K 167 13
                                    

Pagi harinya, Derish terjaga di sofa yang ia tiduri ketika mendenga suara ketukan pada pintu kamarnya. Perlahan, ia berdiri dan menatap Tatjana yang masih tertidur di ranjang dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Tubuh wanita itu terlihat sangat kecil di tengah kasur miliknya yang luas. 

Ia sedikit tersenyum ketika mengingat pertengkaran mereka semalam. Tatjana sangat keras kepala ingin tidur di sofa dan karena tahu kalau ia tidak akan menang jika berdebat dengan Tatjana, Derish mempersilakan wanita itu melakukan apapun yang diinginkannya. Lalu, setelah wanita itu tertidur, ia memindahkan Tatjana ke kasur dan ia yang tidur di sofa.

Suara ketukan di pintunya membuatnya kembali tersadar dari lamunan. Ia tidak tahu siapa yang sedang mengetuk pintu kamarnya. Jika itu ibunya, ibunya pasti akan meneleponnya terlebih dahulu dan tidak mungkin itu adalah kedua adiknya karena ia sudah melarang mereka untuk mendekat.

Derish mengintip si pengetuk pintu dari lubang pintu dan sedikit terkejut ketika melihat kalau itu adalah ibu tirinya. Derish berpikir dengn keras, bagaimana ini? Tidak mungkin ia membangunkan Tatjana. Namun, ibu tirinya tidak akan pergi sebelum ia membuka pintu.

Hanya ada satu cara dan ia tidak memiliki pilihan lain.
Cepat-cepat ia membuka kaus yang ia kenakan dan meletakkannya di atas sofa lalu berjalan ke kasur dan berbaring menghadap Tatjana. Ia menarik selimut mereka hingga menutupi tubuh Tatjana sepenuhnya dan hanya sebatas dagu untuknya. Ia dapat merasakan kalau Tatjana sedikit bergerak di bawah selimut.

Bahkan, ia juga dapat merasa kalau suhu tubuh Tatjana masih panas. Wanita keras kepala ini ternyata masih demam.

“Ta, diem, ya. Ada Ibu tiri gue. Lo diem aja,” bisik Derish lalu ia memeluk tubuh Tatjana. Kemudian, wanita itu tidak bergerak sama sekali.

Lagi-lagi ia tersenyum ketika sekarang, tubuh kekarnya memeluk tubuh Tatjana.

Derish menarik napasnya lalu berkata dengan keras, “Masuk!”

Tidak lama, Elijah membukakan pintu kemudian Sekar memasuki kamar. Wajah Elijah terlihat gugup karena ia tahu kalau pangerannya sedang melakukan pelanggaran yang sangat besar namun ia tidak bisa melarang Raden Ayu Sekar yang memaksa ingin masuk karena sudah mendapat izin dari sang raja.

“Raden Mas,” panggil Sekar membuat Derish membuka matanya. “Semalam Ibu ndak melihat kamu. Apa kamu sakit, Nak?”

“Kulo sedikit pusing, Bu.” Jawab Derish dengan suara paraunya karena ia memang baru bangun tidur.

“Apa kamu sudah berobat? Ibu akan merawat kamu kalau begitu,” kata sekar lagi lalu ia membuka jendela kamar dan duduk di pinggir kasur Derish. “Kalau kamu sedang demam, kamu ndak boleh menutupi seluruh tubuh dengan selimut seperti itu, Raden Mas. Suhu tubuhmu ndak akan menurun.”

Sekar baru akan menarik selimut Derish namun Derish menghentikannya dengan berkata, “Maaf, Bu. Kulo tidak memakai baju.”

Ia kemudian menatap bajunya yang berada di atas sofa.

“Oh ya? Maafkan Ibu kalau begitu. Lain kali, kamu ndak boleh menutup tubuhmu seperti ini, Raden Mas.” Derish mengangguk dan tersenyum lalu mengeratkan pelukannya pada tubuh Tatjana.

“Derish akan mengingatnya. Terima kasih, Bu.”

Sekar tersenyum dan menganggukkan kepalanya. “Tapi apa yang ada di balik selimutmu?”

“Hanya bantal guling, Bu.”

“Ya sudah, nanti Ibu akan meminta Dokter Marinda untuk memeriksa keadaanmu lagi. Kamu mau memakan sesuatu?”

Derish berdeham untuk memperbaiki suaranya. Ia berpikir dengan cepat, apa yang ingin ia makan? Lalu ia teringat ketika ia masih tinggal di istana ini dan masih belum tahu kalau Sekar adalah ibu tirinya, ia selalu menyukai bubu Jawa buatan ibu tirinya ini.

The Perfect BouquetWhere stories live. Discover now