Part 4

986 92 10
                                    


Pagi sekali bel apartemen mereka nyaring menggema, hingga mau tak mau Jungkook terbangun dan mendapati bahwa Taehyung tak terganggu sedikitpun.

Membiarkan wajah yang tampak sekali berantakan tanpa niat cuci muka terlebih dahulu, merayap pelan ke tembok saat pusing mendera, ayolah ia baru saja tersentak bangun karena suara yang mendengung.

Perlahan mulai menghampiri pintu, membuka kunci dan tampaklah dua lelaki dengan tinggi yang berbeda. Jungkook awalnya diam, sejenak kemudian berjengkit dan membukakan pintu lebar-lebar agar kedua lelaki itu dapat masuk ke dalam.

"Kenapa gak beri kabar dulu? Aku bahkan baru bangun," ujar Jungkook dengan wajah menyesal, kemudian masuk dapur dan cuci muka, ambil air dari kulkas sebelum kembali lagi ke ruang tamu.

"Mau buat kejutan." kekehan papa Chan membuat Jungkook ikut terkekeh merasa tak habis pikir, mertuanya datang pagi-pagi dan bawa sekeranjang apel yang tampak merah dan segar, kesukaannya.

"Aku juga belum masak, Tae juga biasanya bangun dua jam lagi." Jungkook duduk di samping mama Baek, bergelung masuk pada pelukan lelaki mungil itu.

"Gak apa menantu, nanti mama bantu kamu masak, lho itu suamimu bangun." mama Baek tunjuk Taehyung yang sedang menguap sembari garuk perut yang tak terlapisi baju, berjalan sempoyongan menghampiri ayah dan ibu.

"Kapan datang? Kok gak mengabari dulu?" Bahkan suaranya masih terdengar serak, kentara sekali baru terbangun, dan langsung duduk di hadapan kedua orang tuanya.

"Barusan, dasar suami buruk, kenapa baru bangun, hah?" Papa Chan bubuhkan pukulan telak di tengkuk, hingga Taehyung terperanjat dan mengusap bagian yang kena pukulan yang menyakitkan, sial sakit sekali.

"Sakit pa," protes Taehyung, dan papa Chan malah tertawa saja melihat anaknya meringis kesakitan.

Mata tajam papa Chan mulai melihat sesuatu yang tampaknya bisa dijadikan hal lucu, banyak ruam yang sepertinya hasil karya Taehyung. Bagai seni yang tercipta apik, kissmark itu begitu manis di leher Jungkook yang putih.

"Wah, sepertinya papa bakal cepat dapat cucu, mau berapa banyak, ma?" Lelaki ayah Taehyung itu beri kilat menyebalkan, alis naik-turun sembari tatap istrinya, hingga mama Baek tampaknya mengerti arah pembicaraan.

"Sepertinya menyenangkan punya sebelas cucu, gimana Tae?" Mama Baek terkekeh saat Jungkook semakin meringkuk dalam dekapan, sedangkan Taehyung pun merah sekali wajahnya bahkan hingga telinga.

"Akan diusahakan, tapi kalo sebelas rasanya terlalu berlebihan, bagaimana kalau empat?" Tawar Taehyung membuat gelak tawa tak terhindarkan, apalagi Jungkook melemparkan remot televisi pada suaminya, sumpah malu.

//

"Jung, kuat?"

Lelaki bergigi kelinci itu mengernyitkan dahi, bingung atas pertanyaan suaminya yang terlampau rancu, hingga derit ranjang membuat Jungkook mulai menatap suaminya yang sudah mengukung tubuh.

"Kuat apa?" Alis diangkat satu, Taehyung singkirkan helai rambut yang menutup mata, membubuhkan ciuman pada dahi dan Jungkook mulai terpejam menikmati.

"Kuat bersama saya," bisik pria itu dengan suara beratnya, hingga Jungkook bergidik dan meremang saat Taehyung mencium telinganya diselingi jilatan.

"Hm, kenapa tiba-tiba tanya itu?" Tanya Jungkook sembari dorong dada suaminya hingga dapat kembali bertatap wajah, dan Jungkook bisa lihat mata tajam pun teduh favoritnya.

"Takutnya kamu nyerah di tengah jalan, benar kata papa kalo saya ini suami buruk, besok bangunkan pagi aja saya mau bantu kamu masak." rentet ucapan Taehyung malah membuat Jungkook tertawa sampai keluar air mata, tak menyangka Taehyung bisa lucu dan serius secara bersamaan.

"Astaga Tae, gak apa, kamu gak buruk, aku emang masak buat kamu, besok 'kan hari liburmu gunakan sebaik-baiknya untuk istirahat," terang Jungkook sembari usap rahang tegas itu lalu mengecupnya singkat.

"Tapi.."

Chup

"Gak ada tapi-tapi, aku gak apa, aku tetap cinta kamu kok." akhirnya wajah yang semula terlihat keruh kini mulai tampak cerah dengan senyum persegi yang indah di mata Jungkook yang melihatnya.

"Aduh saya merona, kamu jangan manis-manis, saya 'kan jadi ingin terkam kamu."

"Biasanya juga langsung terkam."

Hei, Jungkook masih tetaplah Jungkook yang dulu, masih dengan sifatnya yang ketara menggoda, dan Taehyung selalu tak tahan untuk tak membubuhkan ciuman bahkan lumatan pada bibir yang tampak merekah, manis bagai gula.

Tapi Jungkook agak bingung juga saat tiba-tiba Taehyung membuka seluruh pakaiannya, dirasa agak terburu padahal biasanya akan bersikap lembut dan selalu minta izin memasuki.

Tapi tak ayal Jungkook menikmati, mengerang dan melantunkan nama Taehyung di ujung putihnya, mencengkeram bahu dan menukikkan jari kaki saat Taehyung kembali bergerak padahal dirinya baru saja sampai.

"Tae, ah p-pelan," ucap Jungkook hampir tersedak, tapi tampaknya kurang diindahkan, Taehyung masih bergerak cepat sampai menyemburkan cairan putih itu di dalam lubang Jungkook.

"Mhh, udah Tae," pinta Jungkook, kepalanya mendongak merasakan pening, setelah sampai Jungkook kira akan berakhir seperti malam sebelumnya.

Tapi tidak, Taehyung kembali menggerakkan pinggulnya dengan tempo yang tinggi, pun dirinya terhentak lagi dan lagi. Taehyung dan hormonnya patut diacungi jempol.


Tbc

GladnessWhere stories live. Discover now