Kehadiran Putri

Magsimula sa umpisa
                                    

"Sekarang terserah lo mau gimana. Kalau lo pilih cowok brengsek itu berarti persahabatan kita selesai." Setelah mengatakan itu, Putri langsung meninggalkan ruangan ini tanpa memperdulikan panggilan dari sahabat-sahabatnya.

"Kok jadi gini sih," gumam Sisi.

"Si, lo temenin Naya biar gue yang susulin Putri," ucap Icha lalu menyusul Putri.

Sisi merangkul pundak Naya. Tangannya bergerak mengelus punggung Naya, mencoba menenangkan sahabatnya itu. Sisi tahu jika pilihan yang Putri buat tidak lah mudah.

"Gue salah, Si?" tanya Naya dengan suara yang kecil.

Sisi menggeleng. "Lo gak salah. Itu hak lo mau kasih kesempatan buat Bisma atau engga, tapi lo harus ingat apa yang dia lakuin ke lo dulu."

"Gue yakin Bisma gak sebrengsek itu Si. Gue lihat dari matanya kalau dia emang sayang sama gue," kata Naya sambil membayangkan bagaimana Bisma menatapnya dan memperlakukannya.

"Gue tahu, gue juga lihat kalau dia sayang sama lo tapi kenyataannya dia bikin lo kecewa Nay."

"Terus gue harus gimana Si?"

"Tenangin diri lo, setelah itu ambil keputusan yang gak akan lo sesali. Gue akan dukung keputusan lo, walau keputusan lo mungkin bisa jadi awal dari kehancuran persahabatan kita."

***

Empat orang gadis cantik turun dari sebuah mobil Brio bewarna putih. Mereka berjalan berdampingan sesekali menjawab sapa'an dari siswa lain. Sehari setelah kejadian dimana Naya dan Putri berdebat akhirnya Naya mengambil keputusan untuk tetap bersama ketiga sahabatnya dan belajar melupakan Bisma sepenuhnya. Semoga keputusannya tidak salah.

Baru saja mereka sampai didepan kelas, Naya sudah dibuat kaget dengan adanya Bisma yang sedang duduk santai di bangku Naya.

"Lo ngapain disitu?!" tanya Putri yang sudah berdiri dihadapan Bisma dengan dua tangan melipat didepan dada.

"Ke dokter mata sono lo! Udah tau gue duduk disini, pakai tanya lagi!" sahut Bisma dengan nada tidak bersahabat.

"Lo--"

Naya menahan lengan Putri seolah mengatakan agar dia saja yang menangani Bisma. Mau tidak mau Putri diam, memberikan Naya celah untuk berhadapan dengan Bisma.

"Minggir, gue mau duduk," ucap Naya jutek.

"Eh ada Naya, sini Naya duduk disebelah Bisma." Bisma menepuk kursi kosong disampingnya.

"Ini tempat duduk gue sama Putri, mending lo balik ke tempat lo sendiri."

"Naya gak ada niatan duduk bareng sama Bisma?"

"Heh Bisma sakti! Jangan banyak bacot lo! Minggir sana, ganggu aja sih!" Bukan Naya yang mengatakan hal itu melainkan Sisi. Bahkan cewek itu sudah menarik telinga Bisma keras.

"Woi sisik ular! Jangan sentuh-sentuh, nanti kulit gue gak mulus lagi!" Bisma menarik tangan Sisi agar melepaskan tarikan di telinganya.

"Enak aja lo manggil gue sisik ular!" protes Sisi.

"Bodo amat!"

"LO NYEBELIN BANGET SIH HAH?!" pekik Sisi dengan wajah merah.

"Yo, nih urus gebetan lo! Berisik kek toa masjid," ucap Bisma pada Tio yang sedang memperhatikan Sisi dari tempatnya.

"Najis!" lontar Sisi mendelik ke arah Tio.

"Bisa lo pergi dari tempat duduk gue?" kini Naya kembali membuka suaranya.

Bisma menghembuskan nafas pasrah. "Iya Bisma pergi, titip handphone, Nay lagi Bisma charger soalnya."

Tidak lama dari itu seorang wanita paruh baya masuk ke dalam kelas membuat semua siswa duduk rapi ditempatnya masing-masing. Setelah mengabsen seluruh siswa guru itu pun mulai menjelaskan bab yang sebelumnya mereka bahas.

Ketika sedang memperhatikan penjelasan guru tersebut, sebuah notifikasi membuyarkan fokus Naya. Gadis itu melihat ponsel Bisma yang beberapa detik lalu bergetar. Naya terkejut melihat wallpaper ponsel cowok itu yang menunjukan wajah Naya sedang tersenyum ke arah kamera. Satu pernyataan terlintas diotak Naya. Apakah cowok itu masih menyimpan semua foto Naya diponselnya sama seperti yang ada dikamarnya?

Putri yang melihat Naya sedang memperhatikan wallpaper Bisma segera membuka suaranya. "Ingat keputusan lo, jangan terpengaruh sama hal manis dari Bisma."

Naya mengalihkan pandangannya pada Putri. Kemudian ia kembali memusatkan fokusnya pada guru yang sedang menerangkan.

Sudah berapa jam berlalu akhirnya pelajaran itu selesai dengan lancar tanpa ada gangguan dari geng pembuat onar. Entah sedang kesurupan apa mereka tidak membuat kerusuhan dikelas.

"Naya bisa bantu Ibu bawakan buku ini ke kantor?" tanya wanita paruh baya itu.

"Bisa Bu...." Naya bangkit dari tempat duduknya, ia bergegas ke depan untuk membawakan buku yang dimaksud gurunya.

Bisma mengacungkan jari telunjuknya tinggi-tinggi. "Bu, saya mau bantuin Naya bawain buku. Kasihan kan kalau dia bawa buku sebanyak itu sendiri."

"Ya sudah, kamu bantu Naya bawa buku ini."

"Anjir bisa aja tuh monyet modusnya!" cibir Cecep pada Tio.

"Biasalah, pejuang cinta lagi memperjuangkan gadisnya."

"Modus terus lo anak anjing!" pekik Adit. Bisma mengangkat jari tengahnya pada Adit.

Sedangkan Bimo tidak berkomentar apapun. Jangankan berkomentar, memperhatikan Bisma dan Naya saja tidak. Cowok itu justru mengamati gerak-gerik seseorang yang membuatnya heran.

---TBC❤️---

Hallo Mantan! [END]// TAHAP REVISITahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon