7.

7K 1K 54
                                    

"Siapa yang telpon, La?" tanya Feli kepo.

"Jayden." Noelle menyimpan ponselnya dan melanjutkan mengaduk adonan kue.

"Hah? Jayden yang waktu itu ribut sama Haris?"

"Iya."

"Ngapain telpon lo? Terus sejak kapan lo kenal sama Jayden?"

Noelle menghela napas. Ia menghentikan aktivitasnya. Sepertinya tidak apa-apa jika ia menceritakan hal itu pada Feli.

"Dia suami gue."

"HAH??" Feli menganga tidak percaya.

"Biasa aja reaksinya."

"Lo gak bercanda, La?"

"Enggak. Gue sama dia udah nikah hampir sebulan. Nih lihat cincin gue." Noelle menunjukkan jari manisnya yang dilingkari cincin pernikahannya dengan Jayden.

"Seriusan lo?" Feli meneliti cincin itu, memang benar ada ukiran huruf N dan J di permukaannya.

"Kok bisa?"

"Dijodohin."

"Kok lo gak ngasih tahu gue dari awal sih, La? Tega banget lo. Gue gak diundang." Feli menyentakkan tangan Noelle.

"Ya waktu itu emang masih rahasia. Sekarang kan intinya lo udah tahu."

"Gimana? Lo udah nyaman belum sama Jayden?"

"Nyaman-nyaman aja sih."

"Kalau cinta? Udah belum?"

Noelle terdiam. Ia juga tidak tahu. Intinya ia hanya melakukan perannya sebagai istri.

"Kok diem?"

"Udah deh. Ini gue mau nyelesaiin pekerjaan gue. Lo gak usah banyak omong deh. Sana lanjutin, katanya biar cepet selesai."

.

"Lama banget sih lo kalo ganti baju." Shaka berdecak kesal melihat Jayden yang dengan santainya baru keluar dari kamar mandi.

"Sabar elah. Mending gue, si Jake mana?"

"Udah di lapangan dari tadi."

"Ayo. Lo jangan lama kalo jalan." Jayden berjalan mendahului Shaka.

"Anjing banget. Untung lo temen gue." Shaka mengekori Jayden menuju lapangan.

Terlihat Jake sudah pemanasan di tengah lapangan basket. Jay dan Shaka segera menyusul.

"Ini kita cuma bertiga mainnya?"

"Enggak, berlima. Sama Tara sama Kamal juga." sahut Jake.

"Terus mana orangnya?"

"Ngambil bola."

Setelah itu terlihat dari kejauhan Tara dan Kamal sambil membawa bola basket.

"Kuy mulai biar nanti pulangnya ga malem-malem." Ajak Kamal sambil melempar bola ke tengah lapangan.

Mereka pun mulai bermain. Hanya bermain biasa untuk menghilangkan penat seusai sekolah. Kebetulan Jayden dan Jake pernah menjadi atlet basket di SMP dulu sehingga mereka berdua tampak menguasai permainan.

"Jay santai bro. Bukan pertandingan ini." tegur Tara ketika Jayden yang tiba-tiba saja bermain serius.

Jayden hendak melemparkan bola ke arah Tara, namun tidak tepat sasaran. Sehingga-

Duaghh

"Aw."

Jayden melotot ketika bolanya mengenai kepala seorang siswi. Begitu juga dengan teman-temannya.

Jayden berlari menghampiri siswi itu.

"Heh, Jake. Itu bukannya Keira? Mantannya Haris itu." mata Shaka menyipit dari kejauhan.

"Lah iya." Jake dan Shaka memperhatikan Jayden yang mendekati Keira.

"Hei lo gapapa?" Jayden refleks mengusap kepala Keira. Keira mendongak. Ekspresi kesakitannya perlahan sirna, berubah menjadi terkejut dan sedikit antusias?

"Hmm. Kepala gue sakit banget." Keira berteriak girang dalam hati. Ia harus memanfaatkan kesempatan ini.

"Sakit banget? Gue anterin ke dokter ya."

"Hmm. Iya." Keira berdiri.

"Ya udah lo tunggu sini. Gue ambil tas sebentar."
Jayden berlari ke arah teman-temannya.

"Mau kemana lo?" tanya Jake.

"Nganterin tuh cewe. Katanya kepalanya sakit kena bola."

"Serius? Perasaan ga kenceng-kenceng banget tadi lemparan lo. Sampe segitunya?" tambah Shaka.

"Iya. Gue juga lihat kok Jay. Lo emang main serius, tapi pas ngelempar ga keras-keras banget." Tara setuju dengan Shaka.

"Dia bilangnya sakit. Mau gimana lagi."

"Gue cabut dulu ya." Jayden mengambil tasnya dan mengajak Keira ke parkiran.

"Kenapa gue lihatnya tuh cewe ga kesakitan ya. Gue perhatiin dia malah kek kesenengen gitu itu tadi." ujar Kamal.

"Shak, firasat gue gak enak." ucap Jake.

"Lo gak sendiri." jawab Shaka.

.

"Makasih banyak ya, Jayden." ujar Keira seusai keluar dari mobil Jayden.

"Iya sama-sama. Lagian gue juga yang salah."

"Gue balik ya, lo gak masuk?" tanya Jayden melihat Keira yang setia di posisinya.

"Hmm. Mama sama Papa lagi ke luar kota. Gue sendirian."

Jayden hendak menawarkan diri untuk menemani, tapi seketika pupilnya melebar ketika melihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul 7 malam. Ia sudah janji untuk menjemput Noelle di rumah temannya.

"Hmm. Maaf ya, gue gak bisa nemenin lo. Ada perlu. Gue duluan ya." Jayden menutup kaca dan melajukan kembali mobilnya.

"T..Tapi Jay-" Keira berdecak kesal dan menghentak-hentakkan kakinya.

"Sialan. Awas aja, gue bakal berusaha buat dapetin lo gimana pun caranya, Jayden."

.

Jayden mengecek ponselnya. Ada dua pesan dari istrinya yang berisi alamat rumah Feli sejak satu jam yang lalu. Ia mencoba menelpon Noelle.

"Halo?"

"Halo, Kak. Kamu masih di rumah kak Feli kan?"

"Eh ini Jayden ya?"

"Iya. Ini temennya kak Ela? Kak Feli?"

"Iya. Ini Feli."

"Kak Ela kemana?"

"Hmm dia ketiduran. Daritadi nungguin kamu gak dateng-dateng."

Diam-diam Jayden merasa bersalah karena sudah membuat istrinya menunggu.

"Kak Ela udah makan malem?"

"Udah kok. Tadi makan ketoprak sama aku."

"Ya udah. Aku otw ke rumah kakak. Mungkin 30 menitan aku sampe. Soalnya agak macet jalanannya."

"Oke. Dibilangin ke Ela gak nih?"

"Gak usah. Biarin aja dia tidur."

.

Jayden memperhatikan Noelle yang sama sekali tidak terusik. Bahkan ketika digendong ke mobil pun, Noelle tetap tertidur nyenyak.

Seperti saat ini, Jayden mencoba berhati-hati menggendong Noelle menuju kamar. Ia memelankan langkahnya agar istrinya itu tidak terbangun.

Jayden merebahkan tubuh Noelle di ranjang mereka. Terlihat wajah tenang Noelle yang sedang tertidur.

"Cantik." gumam Jayden tanpa sadar.

Jayden segera menyelimuti Noelle dan menyalakan AC. Lalu, ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Oh My Jay (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang