[ALENIA -19]

59 9 12
                                    

Ceklek.

Plak!

"Dari mana kamu!?" tanya sari pada alenia. Alenia yang masih syok ia menatap kaget ke arah mama nya yang baru saja menampar diri nya.

Entah salah apa yang sudah alenia lakukan hingga ia mendapat tamparan keras.

"Ma- ma- aa" ucap alenia terbata dengan memegang sebelah pipi nya yang sakit dengan mata yang berkaca kaca.

"DASAR ANAK GAK TAU DIRI KAMU! SUDAH GAK BISA DI ANDALKAN. PASTI KAMU HABIS MAIN IYA KAN! CONTOH KENAN DIA BISA SAYA ANDALKAN. TIDAK SEPERTI KAMU! BEBAN SAJA!" Bentak sari membuat alenia terkejut hingga memejamkan mata nya.

Alenia yakin jika suara mama nya pasti sudah sampai kerumah tetangga sekitar.

"Ma.., al gak main. Al baru keluar kok" jelas alenia pelan agar mama nya tenang.

"Baru keluar? ITU ANAK NYA AMIRA AJA SUDAH PULANG DARI TADI. KAMU MAU BERBOHONG HAA SAMA SAYA?!" bentak sari. Dengan memberi cubitan keras pada telinga alenia.

Hingga membuat alenia kesakitan. Sean bisa melihat perlakuan sari pada alenia yang ada si depan pintu, sean keluar karna ia mendengar suara ribut dari luar.

Saat ia keluar. Melihat alenia yang di depan pintu sudah di bentak oleh mama nya. Sean juga melihat alenia yang cubit telinga nya hingga alenia di bawa masuk oleh mama nya.

Brak!

Pintu itu di banting dari dalam.

"MAMAA.." teriak alenia saat telinga nya serasa ingin putus.

"MAA..SAK- ITTT.."

"Ampun ma... ampunn,, hikss tolong ma.. lepasin al hikss.." ucap alenia memohon pada mama nya yang tak kunjung melepaskan cubitan pada telinga nya.

"Lepas? Ha enak saja. Kamu harus di beri hukuman. Biar tidak ngelunjak!" Sari menyeret alenia menuju kamar mandi.

Sedangkan mbok parmi ia mendengar jeritan alenia serta bentakan sari. Namun, apa lah daya nya ia hanya lah seorang pembantu. Tidak bisa ikut campur urusan keluarga ini. Sejujurnya ia kasihan melihat alenia yang di perlakukan seperti itu.

"Oiya den kenan!" Ucap mbok parmi lalu ia secara diam diam menelfon kenan yang sedang ada diluar.

Byur!

Byur!

"Aaghh.. mamaa hiks udah ma.. udah..hikss"

Masih dengan pakaian sekolah, alenia terus di guyur air dingin oleh sari. Membuat tubuh nya basah.

Belum lagi perih yang ada di telinga nya.

Byur!

Byur!

Alenia hanya bisa diam dan pasrah. Ia menangis di bawah air dari siraman mama nya, ia sedih mengapa hidup nya harus seperti ini. Terlalu menyedihkan, alenia menatap mama dengan mata yang merah.

sari sudah menaikkan tangan nya siap untuk menampar lagi. Saat ia ingin menampar alenia sudah memejamkan mata nya. Namun, ia belum merasakan sesuatu.

Saat alenia membuka mata nya ia melihat jika kak kenan sudah ada di belakang sari menahan lengan sari untuk menampar alenia.

"Kenan! Apa apa an kamu. Lepas!" Ucap sari.

"Masuk kamar al" perintah kenan membuat alenia langsung berdiri.

"Bantuin alenia mbok" pinta kenan pada mbok parmi.

Alenia langsung di bantu mbok parmi bangun. Lalu ia menuju kamar nya dengan langkah lemas masih syok, dengan tubuh sedikit menggigil ia masih tidak menyangka dengan perlakuan mama nya.

ALENIA [On Going]Where stories live. Discover now