19. Cemburu

41 6 0
                                    

Emily akhirnya memutuskan untuk resign dari kantornya VUELAND tempat dimana dia bertemu dengan David. Emily memutuskan untuk resign setelah kehamilannya semakin terlihat dan sudah sulit untuk disembunyikan. Sebenarnya alasan utama Emily karena kesibukannya di kantor itu cukup menguras waktu dan tenaga, tidak jarang dia harus lembur dan pulang tengah malam, dan itu jelas tidak baik untuk kehamilannya. Saat ini dia lebih banyak mengurus usahanya, yang mana dia lebih banyak bekerja di belakang tidak perlu harus selalu standby di kantor seharian. Kadang-kadang Emily bekerja dari rumah kalau memang sedang malas untuk keluar.

Berbanding terbalik dengan David, semakin hari dia semakin sibuk dengan pekerjaan barunya. Sebenarnya dia tidak terlalu menyukai pekerjaannya ini, tapi dia tidak mau dianggap tidak berguna oleh keluarga istrinya. Dia benar-benar berusaha keras, dan belajar dengan baik karena setiap bulannya asisten Yusuf akan melaporkan perkembangannya kepada sang papa mertua. Awalnya memang sulit untuk dijalani karena juga David tidak sepenuh hati, akan tetapi egonya tersentil setiap kali Yusuf menyinggung pekerjaannya dan membandingkannya dengan Emily.

David sampai di rumah sudah sekitar jam 10 malam, hari ini sangat melelahkan karena dia sepanjang hari full harus mengikuti meeting.

"Hai, kamu belum tidur?" David menanyakan Emily yang terlihat masih membaca buku di tempat tidur.

"Belum ngantuk, lu kok malem banget pulangnya? banyak banget ya kerjaannya?"

"Seharian meeting terus, pusing.."

"Wkwkwk gak terbiasa ya? ya kalau mau seriusin bidang ini, lu harus membiasakan diri"

"Huft belum tau, aku cuma gak mau ngecewain papa aja"

"Ciee mau jadi menantu yang baik nih ceritanya?"

"Hahaha ya kalau bisa kenapa enggak?"

"Iyadeh terserah, mandi sana, udah makan belum?"

"Udah tadi makan di kantor, aku mandi dulu deh.."

---------

"Gimana kabar kamu sama baby hari ini?"

"Baik, dia gak rewel kok cuma mual aja tadi waktu makan siang.."

"Pinter anak papa, sini cium dulu sama papa" David mencium perut Emily, dan tiba-tiba bayinya menendang seolah ingin menyapa papanya.

"Vid dia nendang, lihat ini perut gue bergerak..." Emily exited.

"Hah.. hahahaha kamu mau nyapa papa ya sayang?" David senang dan kembali menciumi perut Emily.

Malam itu mereka seolah seperti sepasang suami istri yang sangat berbahagia, mereka seakan sangat menikmati peran mereka sebagai calon orangtua.

Emily dan Prasetyo saat ini sedang menikmati makan siang di sebuah restoran di dalam sebuah pusat perbelanjaan.

"Setelah ini mau liat perlengkapan baby gak?" Prasetyo mengajak Emily.

"Hmm? ngapain, gak usahlah terlalu cepat, masih juga 4 bulanan"

"Ya gakpapa, kan bisa liat-liat dulu.."

"Gausah deh, nanti biar aku sama David aja.."

Prasetyo tidak menjawab lagi Emily, dia merasa kesal karena Emily lebih memilih David.

"Haloo Vid? udah dimana? oh okaayyy" Emily mendapatkan telpon dari David yang sudah datang menjemputnya.

"David? mau ngapain dia?"

"Iya, dia udah didepan buat jemput aku, kita mau ke dokter cek si baby hehe, kamu aku tinggal gakpapa kan?"

"Ngapain harus sama David sih? kan sama aku juga bisa"

"Prass.. David itu papanya, ya wajar dong, kamu jangan cemburuan ah gak asik"

"Ya iyalah aku cemburu, kamu itu pacar aku"

"Prass.. kita kan udah pernah bahas ini, cuma ngecek ke dokter doang kok gak ngapa-ngapain.. udah ya aku tinggal, bye.." Emily mencium pipi Pras dan pergi duluan meninggalkannya. Emily mulai pusing, yang satu marah karena mengajak pria lain untuk mengecek kandungannya, dan sekarang yang satunya lagi cemburu karena yang diajak adalah papa anaknya, mungkin lain kali lebih baik dia pergi sendiri saja.

"Hai.. udah lama nunggunya?"

"Belum kok, masih baru nyampe, ngapain kamu di mall?"

"Tadi lagi lunch sama Pras, gue baru inget harus ke dokter waktu lu whatsapp"

"Ooh lagi sama Pras, dia gak ada kerjaan apa nemanin kamu mulu?"

"Inikan lagi jam makan siang, kantor dia juga deket sini, kok lu yang sewot?"

"Ya enggak, perasaan dia setiap hari ketemu sama kamu, gak kerja apa gimana.."

"Ya namanya juga jumpain pacar, ya pasti di usahain lah.."

"Ya.. ya.. yaa..."

Pengecekan kandungan Emily yang sudah memasuki bulan ke 4 menampilkan perkembangan calon anak mereka yang sudah mulai terbentuk organ-organ tubuhnya. Jenis kelaminnya pun sudah mulai terlihat yaitu perempuan. Betapa senangnya Emily dan David mendengar semua penjelasan dokter tentang perkembangan calon anak mereka. Senyum bahagia tidak bisa disembunyikan dari wajah mereka hingga mereka meninggalkan ruangan dokter dan kembali ke mobil mereka masih saja tidak henti-hentinya tersenyum bahagia.

"Kamu senang gak anak kita perempuan?"

"Hmm? gue sih mau cewek atau cowok sama aja, tapi pas dengar ini cewek gue makin gemes udah gak sabar buat dandanin wkwkwk"

"Wkwkwkwk ibu-ibu gitu ya kalau anak cewek sukanya dandanin macem-macem"

"Itu gemes tauu.. wkwkwk lu sendiri suka anak cewek?"

"Ya sama, mau cowok atau cewek sama ajalah buat aku yang penting sehat.."

"Gak nyangka ya, gue bakalan punya anak sama lu.."

"Nyesal ya kamu? haha"

"Nyesal juga gak ada gunanya, udah terjadi.. ya disyukuri aja anak ini, dia pemberian terbaik.."

"Berarti aku baik dong? wkwkwk"

"Baik apanya, kalo ingat lagi apa yang lu lakuin, pengen gue jorokin ke jurang tau ngak!"

"Sadis banget sih, iya maaf ya, aku juga ngak membenarkan perbuatanku waktu itu.."

"Udahlah udah, gausah dibahas lagi, yang penting si baby sehat.."

----- Ponsel Emily berdering.

"Halo Pras, udah.. udah kelar, kamu udah di kantor?.. oh okay, sehat kok babynya sehat terus jenis kelaminya cewek hahaha aku senang banget.. haha okay, byebye.. selamat bekerja..."

"Baru juga 1 jam udah nyariin ajaa.." Komentar David.

"Apaan sih lu, suka-suka pacar gue lah.., cemburu ya lu?"

"Ya cemburulah, aku kan suami kamu.."

"basi lo!"

Everyone Can Fall in LoveWhere stories live. Discover now