10. Kebencian

46 5 0
                                    

Emily mengurung diri seharian di dalam kamarnya. Dia hanya tiduran di atas tempat tidur tanpa berniat untuk melakukan apapun. Kejadian tadi malam selalu terputar berulang-ulang didalam benaknya. Sekuat apapun dia berusaha untuk tidak mengingatnya, nyatanya hanya itulah yang memenuhi pikirannya saat ini. Sesekali dia kembali menangis merasakan betapa sakit dan pedih yang dia rasakan kini.

Disisi lain, setelah David sampai di kosannya, dia pun langsung membersihkan dirinya dan langsung beristirahat karena pening di kepalanya masih sedikit terasa. Tapi ternyata dia tidak bisa benar-benar tidur, dia mencoba mengingat kembali sebenarnya apa yang terjadi. Kenapa dia berada di apartemen Emily, mengapa pakaiannya berantakan dan kenapa Emily tadi sangat marah kepadanya. David berusaha keras untuk mengingat-ingat kembali, dia mulai mengurutkan semua yang dia alami malam itu. Hingga dia teringat kalau dia mabuk berat malam itu lalu dibawa pulang naik mobil Emily. Samar-samar David mengingat ketika dia melihat Emily di dalam kamar itu, dia terlihat sangat cantik dan entah kenapa sangat menggoda buat David, tubuh David saat itu terasa sangat panas dan sepertinya alkohol dalam tubuhnya memacu hormonnya semakin meningkat sehingga dia kehilangan akal sehat ditambah kesadaran yang tidak sepenuhnya akhirnya dia melakukan hal yang sangat melukai Emily. "Bodoh bodoh bodoh, lu emang bodoh banget Davidd" David frustasi dan memukul mukul kepalanya. Dia merasa bahwa hidupnya akan segera berakhir, David menjambak rambutnya sendiri.

"Emily.. sayang.. kamu gak makan malam? udah seharian loh kamu di kamar, kamu gak lapar?" Tok tok tok, Diana mengetuk pintu kamar putrinya sambil menyuruhnya untuk makan karena seharian anak gadisnya itu belum makan.

"Em.. kamu tidur?" Diana memanggil putrinya lagi.

"Eghhh Iya mah, nanti Em turun bentar lagi" Emily terbangun dan menjawab mamanya.

"Yaudah mama turun ya, kamu nyusul, makan dulu baru tidur lagi"

"Iya mah" jawab Emily dari dalam kamarnya tanpa membuka pintu.

Emily lalu bangkit dan membersihkan diri, agar tidak terlihat begitu menyedihkan, lalu dia turun ke bawah untuk makan dan bertemu keluarganya.

"Kamu kenapa, kok tumben seharian cuma tidur doang di kamar?" Yusuf menanyakan putrinya yang terlihat tidak seperti biasanya.

"Gak kenapa-napa kok pah, Em cuma capek doang, jadi pengen istirahat"

"Yah tumben aja, biasanya juga kalo kamu capek kerja kamu pergi liburan, bukan tidur seharian"

"Iya pah, badan Em rasanya capek banget kemaren ada project yang bikin Em kurang istirahat"

"Yaudah..yaudah, setelah makan kamu istirahat aja lagi ya, biar tenaganya balik lagi"

"Iya mah"

Hari yang sangat berat untuk dimulai oleh David. Dia akan kembali bekerja dan masuk kantor, yang artinya dia akan bertemu dengan Emily, bagaimana nasibnya nanti, bagaimana dia akan menghadapi Emily, Ah David benar-benar frustasi. David sampai di kantor dan langsung duduk di kursinya dengan lemas seperti tidak ada semangat hidup.

"Kenapa lagi lu Vid? kayak mayat hidup, masalah Cyntia lagi?" Andre bertanya karena melihat David sangat lemas.

"Bukan bro"
"Terus kenapa? kan kita udah party udah senang-senang, kok lu masih lemes aja"

"Gue belum bisa cerita ke lu sekarang bro"

"Yaudah yaudah, gue gak akan maksa lu cerita, take your time bro yang pasti jangan sampai lu uring-uringan karena kita ada deadline nih buat besok"

"Haha iya bro, gue pasti kerjain dengan baik, gue kan dibayar disini, ga bisa gue bawa masalah-masalah pribadi ke kantor wkwkwk"

"Mantap.. itu baru bro gue, semangat!!"

Seharian David tidak melihat Emily di kantor, dia sudah beberapa kali melewati ruangannya tetapi Emily tidak ada. Akhirnya David bertanya kepada asisten Emily dimana boss nya itu berada. Ternyata seharian Emily sedang ada meeting di luar kantor dan kemungkinan balik ke kantor sudah sore. David mengatakan kepada teman-temannya kalau dia akan lembur karena pekerjaannya belum selesai sehingga dia ditinggal pulang oleh teman-temannya. Sebenarnya David sengaja agar dia bisa bertemu dengan Emily dengan keadaan kantor yang sudah sepi, karena biasanya Emily masih di kantor pada malam hari.

Tok tok tok, David mengetuk pintu ruangan Emily. "Iya masuk" Emily mempersilahkan orang yang mengetuk pintunya untuk masuk.

"Permisi Emily"

"Mau ngapain lu?"

"Emmm gue mau minta maaf Emily buat kejadian kemaren mm.."

"Keluar sekarang juga!"

"Gue benar-benar minta maaf Emily"

"Keluar gue bilang, lu dengar ini baik-baik ya, jangan karena gue baikin lu, lu jadi kurang ajar, gue atasan lu disini, lu itu cuma karyawan biasa ngerti? gue nganggep yg terjadi kemarin gak pernah terjadi, jadi lu gak usah ungkit-ungkit lagi dan gue jijik banget liat lu, jadi jangan pernah tunjukin muka lu di depan gue lagi, dimanapun itu."

"Gue minta maaf Emily.. tapi.."

"Keluar sekarang juga gue bilang, jangan sampai gue manggil security buat nyeret lu keluar!"

David akhirnya menyerah dan keluar dari ruangan Emily. Dia merasa sangat bersalah terhadap Emily, dia merasa sudah menjadi pria brengsek yang kurang ajar. Dia sangat menyesal dan merasa sudah gagal menjadi anak orangtuanya, karena tidak bisa melakukan apa yang selalu diajarkan oleh Bapak dan Mamanya untuk selalu menghormati dan menghargai perempuan.

"Halo nak, dimana kamu ini? masih di kantor" Yanti mama David menghubungi anak semata wayangnya itu.

"Baru pulang mah, baru aja sampai di kosan, mama di rumah?"

"Iya nak, mama sama bapak ini lagi nonton, udah makan kamu nak? sehat kan?"

"Sehat mah, mama dan bapak sehat kan? udah makan kok"

"Ooh baguslah, jaga kesehatan kamu ya disana, jangan sering-sering lembur, jangan sering-sering begadang"

"Iya mah, enggak kok, lembur kalau lagi terpaksa aja"

"Iyalah, gak bagus itu buat tubuh, sekarang ini banyak kali orang yang masih mudah udah pada sakit"

"Iya mah, mama dan bapak juga selalu jaga kesehatan ya, gausah kerja yang berat-berat lagi, udah tua"

"Iyalah, udah tua mama sama bapak ini, tapi belum punya cucu hahahaha"

"Heummm ada maksudnya yang lain nih"

"Iyalah nak, kapan kamu menikah? sudah 28 loh umurmu, mau nunggu apalagi?"

"Iya mah, aku belum ketemu orang yang tepat"

"Makanya jangan kebanyakan milih kamu itu"

"Ya harus dipilih yang terbaik dong"

"Yang penting hatinya baik itu aja udah cukup itu"

"Ya mama doakanlah, biar David segera ketemu sama orang yang tepat"

"Mama selalu doain setiap hari, tapi kamu juga harus berusaha dengan keras"

"Iya mah iya, siapp siappp"

"Yaudah yah, kamu istirahatlah sudah malam"

"Iya mah, mama sama bapak juga istirahat"

"Iya iya, udah ya nak"

"Okay mah, bye byee..."

Karena omongan dari orangtuanya, David kembali teringat kepada Emily. Semoga dia dalam keadaan yang baik-baik saja. 

Everyone Can Fall in LoveWhere stories live. Discover now