13. Jalan Keluar

35 2 0
                                    

Melihat David dibawa oleh polisi, ada sedikit rasa tidak tega yang dirasakan oleh Emily. Tapi rasa bencinya lebih besar sehingga dia hanya diam sama sekali tidak menghalangi apa yang ingin dilakukan papanya kepada David. Setelah David dibawa ke kantor polisi, Emily dan keluarganya berdiskusi dengan pengacara keluarga mereka. Setelah mereka membahasnya secara lebih jelas dengan kepala dingin dan ada penengah yaitu pengacara, mereka baru menyadari ada hal-hal yang harus dipertimbangkan dari aksi mereka menjebloskan David ke penjara. Mengingat saat ini Yusuf adalah seorang pejabat tinggi yang sedang dalam masa tugas, berita ini tentu akan sangat rentan bocor ke masyarakat dan pastinya akan mencoreng nama baik keluarga mereka, terlebih lagi Emily akan sangat malu apabila hal ini tersebar.

"Sekarang kita harus bagaimana? menikahkan mereka? saya tidak sudi punya menantu laki-laki bejat seperti itu" Yusuf masih berang kalau mengingat David. 

"Emily juga gak mau nikah sama David pah" Emily menjawab sambil menangis dan bingung harus berbuat apa.

"Sebenarnya untuk kasus seperti ini, secara hukum bisa dilakukan aborsi pak, apabila diinginkan oleh korban dalam kasus ini Mba Emily" sang pengacara mencoba memberikan opsi.

"Ngak.. ngak gakbisa.. itu dosa besar, saya ngak setuju, anak ini gak bersalah sama sekali, anak ini tetaplah pemberian dari Tuhan, jadi itu bukan pilihan yang bisa dilakukan" Diana tidak setuju dengan ide pengacara tersebut.

"Papa akan coba bicara sama Prasetyo dan Om Budi, siapa tau dia mau menjadi ayah dari anak ini, sehingga kamu bisa menikah sama Prasetyo saja"

"Enggak pah, Prasetyo gak ada sangkut pautnya dengan masalah ini, Emily ngak mau menjadi beban buat Pras"

"Terus kamu maunya gimana Em? kamu mau membesarkan anak itu tanpa ada pernikahan? kamu tahu dengan jelas kalau itu ngak mungkin dan papa ngak akan pernah setuju!"

"Tolong kasih Emily waktu dulu pah, Emily butuh waktu untuk menenangkan diri agar bisa berfikir dengan baik"

"Yaudah sayang sekarang kamu istirahat aja ya, tenangin diri kamu dulu, sekarang kan kamu udah gak sendiri lagi, ada bayi kamu disini" Diana mencoba menenangkan putrinya sambil mengelus perut Emily yang masih rata.

"Iya makasih mah, Em naik dulu mau istirahat"

Sepeninggalan Emily, orangtuanya beserta pengacara mereka masih membahas dan mencari solusi terbaik untuk masalah ini.

Sementara David, dia berada di sel sementara, menunggu sampai kasusnya diproses. Dia menangis karena ketakutan dan juga rasa bersalahnya yang begitu besar. Dia menangis mengingat orangtuanya yang berada di kampung. David sengaja tidak memberitahu orangtuanya karena dia tidak mau membuat mereka khawatir. "Apa Emily akan menggugurkan kandungannya setelah dia menjebloskan aku ke dalam penjara?" David berbicara sendiri sambil mengeluarkan isi pikirannya. "Kayaknya bapak akan menghapusku dari daftar keluarga kalau sampai dia tau masalah ini huh, mama juga pasti akan stress, seumur hidup aku gak pernah membuat masalah sebesar ini, siall sialll"

Setelah tenang Emily mencoba memikirkan apa yang harus dia lakukan, apa saja opsi yang sanggup dia lakukan. Sebenarnya dalam hati kecilnya Emily ingin sekali membesarkan anak di dalam kandungannya seorang diri, jadi dia tidak perlu untuk menikah. Akan tetapi hal itu sangat tidak mungkin dilakukan mengingat dimana dia saat ini tinggal dan pekerjaan papanya yang membuat keluarga mereka rentan menjadi konsumsi publik. Emily juga tidak mau melibatkan Prasetyo, dia merasa sungguh tidak adil apabila Prasetyo harus bertanggung jawab untuk apa yang tidak dia lakukan, dan juga hubungan mereka belum sejauh itu untuk kemudian tiba-tiba harus menikah. Jalan satu-satunya hanyalah dia dan David menikah. Huh memikirkannya saja sudah membuat Emily mual.

"Mah pah, Emily sudah memiliki keputusan" Emily menemui orangtuanya yang sedang berada di ruang keluarga.

"Ayo sini duduk sayang, coba kamu kasihtau sama mama dan papa"

Everyone Can Fall in LoveOù les histoires vivent. Découvrez maintenant