17. Banyak Tekanan

39 3 2
                                    

Bangun tidur, Emily tiba-tiba mual dan langsung lari ke toilet. David terbangun mendengar suara muntah Emily, dia pun langsung bangkit dari kasur dan menyusul Emily ke toilet. David memegangi rambut Emily yang cukup panjang dan memijat tengkuknya untuk sedikit memberi rasa nyaman.

"Gimana udah enakan?" David bertanya dengan khawatir. Emily hanya mengangguk, dan David memapah Emily untuk kembali ke tempat tidur.

"Udah kamu istirahat aja dulu disini biar aku ambilin minum sebentar ya" David langsung berlari turun ke dapur untuk mengambil minum untuk Emily.

"Mbok, Emily lagi mual-mual, itu gimana ya mbok? harus dikasih makan apa ya?"

"Ooh non Emily lagi mual-mual, itu hal biasa mas kalau lagi hamil muda, mbok masakin sup ya biar perutnya enakan"

"Iya boleh mbok, makasih ya mbok, aku naik dulu mau kasih dia minum"

"Ini kamu minum dulu, biar enakan. si mbok lagi masakin kamu sup biar perut kamu enakan"

"Thanks Vid.."

"Hmm.. kamu mau izin aja hari ini? istirahat aja ya gak usah kerja?"

"Enggak, gue gakpapa kok bentar lagi juga udah enakan, lu siap-siap aja berangkat kerja, gue ntar nyusul aja agak siangan"

"Beneran? gak usah dipaksain kalo gak sanggup!"

"Ini cuma morning sickness doang biasa dialami sama orang hamil, gak usah lebay deh"

"Yaudah terserah kamu aja, yang pasti kalau gak kuat jangan dipaksain ya.."

Tanggal gajian tiba, David langsung mengirimkan sebagian besar gajinya untuk Emily istrinya, walaupun tidak seberapa dibanding penghasilan Emily, tetapi tetap saja dia merasa itu sudah menjadi tanggung-jawabnya untuk menafkahi istri. Ternyata ini menjadi suatu masalah bagi Emily, dia merasa tidak membutuhkan nafkah dari David karena dia masih sangat cukup dengan apa yang dia miliki. Setelah mereka berdua berdebat cukup lama, akhirnya Emily mengalah, dia akan menyimpan semua yang diberikan oleh David untuk anak mereka nantinya.

Saat ini mereka tengah berada di acara kolega Yusuf. Awalnya David enggan untuk ikut karena dia merasa tidak cocok dengan acara-acara seperti itu. Tapi karena yang meminta papa mertuanya, dia pun tidak punya keberanian untuk menolak. Berita pernikahan mereka ternyata sudah tersebar di kalangan kolega Yusuf, sehingga David tidak bisa terus disembunyikan dan sudah saatnya dia diperkenalkan sebagai menantu seorang Yusuf Hakim Soedarjo.

Banyak hal yang membuat mereka tidak nyaman selama berada di acara tersebut, khususnya David. Karena hampir semua orang yang mereka temui dan berkenalan dengan David berekspektasi sangat tinggi dengan David, tak jarang percakapan dengan orang-orang itu berakhir canggung. Andai saja bisa, David ingin membuang mukanya ke lantai dan kabur dari acara itu. Sementara itu Emily asyik berbincang dengan teman-temannya, karena pengaruh orang tua, mereka sebagai anak pun banyak yang jadinya berteman dekat. David hanya bisa diam tidak mengerti apa yang sedang Emily dan teman-temannya bicarakan, bahan omongan mereka asing bagi David, dan mereka pun sama sekali tidak menggubris David seolah dia tidak ada disana. Seumur hidupnya baru kali ini David merasa dirinya sangat menyedihkan yang keberadaannya tidak dianggap.

Sepulang dari acara tersebut di dalam mobil David hanya diam tidak berselera untuk bergabung dalam pembicaraan istri dan kedua mertuanya itu, dan hal yang mereka bahas juga bukan hal yang menarik bagi David.

"Eh David, jadi gimana rencanamu kedepannya?"

"Mmm hah? rencana dalam hal apa maksudnya pah?"

"Rencana masa depan lah, masih mau jadi karyawan biasa terus di kantor itu?"

"Ya saat ini sih masih begitu pah, mungkin nanti ke depan posisinya bisa naik"

Everyone Can Fall in LoveWhere stories live. Discover now