15/Terbongkar.

Mulai dari awal
                                    

Gafin naik pitam, dia menatap Anna tajam.

"Bilang! Bilang sekarang apa yang lo denger?!" ujar Gafin menekan suaranya.

"Gue denger semuanya. Tentang selama ini lo bohongin nyokap lo dengan bilang Andra udah gak peduli sama dia padahal dia anak kandungnya! Lo yang manfaatin Anna dengan nyuruh dia ngelakuin apapun demi keberhasilan rencana lo! Dan lo, lo tega sama gue! Lo deketin gue cuma mau deket sama Lira,..."

Matanya memanas, Dirla menatap Gafin tajam meski kini air matanya perlahan mengalir.

"Lo suka kan sama dia? Jawab gue?!" teriak Dirla mendorong Gafin.

Hatinya sakit. Dia kecewa dengan Gafin. Padahal selama ini Gafin lah yang selalu dia prioritaskan. Dirla menyayangi cowok itu, namun apa yang dia dapatkan? Gafin menyukai temannya sendiri.

"Iya! Gue suka sama dia! Gue cuma pura-pura perhatian sama lo! Semuanya yang gue lakuin didepan lo hanya pura-pura. Gue sama sekali gak pernah tertarik sama lo!" jawab Gafin tegas. Mudah sekali seakan dia tidak menyesal mengakuinya.

Sekarang mungkin tidak, namun entah nanti.

Plak!

Dirla menamparnya, menghapus cepat air mata yang mengalir di pipinya.

"Cowok brengsek! Gue nyesel selama ini kenal lo!!" teriaknya.

Gafin menatapnya tidak percaya.

"Berani-beraninya lo nampar gue!" bentak Gafin.

Dengan keberanian yang masih tersisa, dia membalas tatapan tajam Gafin.

"Balasan buat cowok brengsek seperti lo!"

"Dan lo! Lo akan nyesel ngelakuin semua kebohongan ini." tekan Dirla lagi.

Dirla baru pertama sesuka itu dengan seseorang. Dia memang pernah menjalin hubungan dengan cowok lain, namun hanya sebatas pura-pura saja. Dan baru pertama kali ini dia menyukai seorang cowok dengan tulus, cowok yang dia pikir benar-benar peduli dan menyukainya. Tapi ternyata, semua ekspetasinya terbayar sudah dengan kebohongan.

"Gak ada kata menyesal dalam hidup gue. Lo tau? Gue biasa aja selama ini, lo aja yang kebaperan. So, Salah gue kalo sekarang lo merasa tersakiti?" ujar Gafin

Dirla mengepalkan tangannya kuat mendengarnya.

"Karma masih berlaku! Dan lo, gue pastiin lo bakal ngerasain apa yang gue rasain sekarang!" tekan Dirla, lalu pergi begitu saja meninggalkan Gafin.

Tanpa mereka sadari, Lira dan Apip bersembunyi di balik koridor. Mereka mendengar semuanya.

"G-gue gak nyangka..." ujarnya menatap Apip.

"Sama, gue juga."

"Ngapain lo berdua? Nguping?"

Deg.

Keduanya terkejut, mendapati Andra sudah di depan keduanya.

Darimana datangnya cowok itu? Kenapa mereka tidak melihatnya atau bahkan suara langakah kaki mendekat?

"Lo ngagetin bego!" sergah Apip.

Bukannya menghela napas lega, Lira malah menatap Andra panik.

"Lo...juga denger tadi?" tanyanya hati-hati. Diikuti Apip yang juga menatap Andra.

Andra terdiam sesaat, lalu menggeleng. "Denger apaan?"

"Ya terus lo ngapain nuduh kita nguping kalo lo juga gak tau kita ngapain?" kesal Apip.

Lira menghela napas lega mendengarnya. Mungkin Andra tidak harus tahu sekarang.

"Samping kan ruang guru, kali aja lo nguping omongan mereka." sahut Andra.

My Boy FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang