28.

24.5K 2.7K 165
                                    

maaf ya guys, jarang update:( mood akhir-akhir tuh turun. apa efek puasa ya? wkwk

typo tandai ya, soalnya tanpa revisi lagi. sekali ketik langsung publish










"Hujannya deres banget..." gumam Bella sambil menatap luar rumahnya yang menampakan guyuran hujan yang deras. Cewek itu menghela napas lalu memasuki rumahnya.

"Lohh, kamu dari mana Bell?" suara dari Papanya membuat Bella mencari sumber suara. "Tumben banget, malem-malem juga keluar rumah. Ini hujan deres lohh, angin malam gak baik buat ibu hamil."

"Bella cuma dari teras kok, Paa. Gak mungkin hujan deres gini keluar rumah sampai pergi ke suatu tempat."

Firman tersenyum lalu melangkah mendekat kearah putrinya. Dia tahu sebenarnya Bella ingin keluar rumah, tapi karena hujan turun deras. Anaknya ini mengurungkan niatnya.

"Yaudah gihh kamu ke kamar sana, kalau udah reda nanti Papa panggil." suruh Firman membuat Bella terkejut.

Cewek itu menatap kearah Papa nya dengan tatapan tak percaya. "P-papa.." lidahnya kelu dan ucapannya seperti tersangkut di tenggorokan. Firman terkekeh kecil lalu mengelus kepala Bella.

"Iya Papa tahu kamu mau pergi ke rumah suami kamu kan? dia udah pulang dari rumah sakit tiga hari yang lalu. Papa tahu, Bell."

Bella tertegun melihat wajah Papanya yang tampak seperti tidak memendam emosi ataupun kesal. Bahkan secara terang-terangan Papa nya mengijinkan dia untuk bertemu dengan Athala. Orang yang paling anti bagi Papa nya--semenjak pertengkaran itu dan setelah tahu apa yang Athala lakukan.

"P-pa, B-bella gak bermaksud buat ketemu s-sama Athala kok.." kilah Bella mencoba untuk meyakinkan Firman.

"Loh kenapa? mau kamu ketemu sama dia juga gak papa sih, yang penting jangan kembali dulu sama dia."

"Kenapa? kenapa Papa mendadak ngijinin aku buat ketemu sama Athala? bukannya beberapa hari yang lalu Papa ngelarang keras aku buat ketemu sama pria itu? papa aneh banget dehh,"

Pria itu tersenyum kecil lalu berdeham, wajahnya kembali biasa saja. Firman bukan pria dingin yang selalu memasang wajah datarnya. Dia hanya pria paruh baya biasa yang selalu memasang wajah tenangnya.

"Kamu istri dia, Athala suami kamu. Kalian masih pasangan yang sah di mata agama dan negara. Buat apa Papa ngelarang? Apalagi kamu lagi hamil, anak dia. Papa gak sekeji itu buat misahin anak sama bapaknya Bell. Papa udah pernah ngalamin dan tahu bagaimana rasanya hidup tanpa seorang ayah di samping Papa, jadi Papa gak mau itu juga timbul sama cucu Papa sendiri."

Satu fakta lagi tentang Firman. Dia anak tunggal dan tidak pernah merasakan hangatnya keluarga lengkap, tidak pernah jajan menggunakan uang ayahnya. Dan dia tinggal bersama mendiang ibunya yang sudah pergi ke surga. Entahlah, sampai dia sudah akan memiliki cucu pun Firman tak mengetahui dimana keberadaan ayahnya.

Bella menatap Papanya sendu lalu memeluk pria paruh baya itu. "Papa jangan sedih.. walaupun Papa gak pernah ketemu kakek, Bella yakin kalau kakek adalah orang baik kayak Papa. Kakek gak jahat karena gak ada di sisi Papa."

Firman terkekeh, tanpa sadar sudut matanya mengeluarkan setetes air mata. "Gak usah khawatir gitu, Papa udah dewasa gak mungkin Papa masih kayak abg labil yang bakalan benci sama ayahnya sendiri." cibir pria itu membuat Bella mendengus geli.

"Papa itu sekarang lagi labil tahu gak, menurut Bella Papa itu plin-plan. Beberapa hari yang lalu ngelarang keras Bella buat gak ketemu sama Athala dan bilang kalau mau ngurus surat cerai. Tapi sekarang malah ngijinin Bella secara langsung." gerutu cewek itu menatap Papa nya sebal.

Firman menatap kearah putri semata wayangnya dengan tatapan menggodanya. "Jadi anak Papa mau kalau Papa ngelarang dan nerusin pengurusan surat cerai kamu sama Athala? wahh kalau gitu sih, Papa langsung gercep nih ngelakuin yang kamu mau!!"

Mata Bella seketika melotot. "PAPA!!"



***



"Maaf baru bisa dateng, kemarin hujannya sampai tengah malem. Jadi milih buat jenguk kamu hari ini deh.." kata Bella menatap kearah Athala yang sedang bersandar di bahunya dan mengelus perut Bella yang mulai membuncit.

"Hm.." pria itu hanya menggumam menanggapi.

Bella berdecak. "Aku tuh udah serius lohh buat minta maaf karena baru bisa jenguk kamu sekarang. Tapi kamu malah diem aja!" kesal cewek itu mendorong pelan kepala Athala.

Athala terkekeh, dengan mata terpejam. "Mau kamu jenguk aku seminggu lagi juga gak papa, yang penting kamu jengukin aku, aku udah seneng." balas pria itu akhirnya.

Bella hanya mendengus tak menanggapi. Dia masih dongkol dengan pria di sampingnya ini yang sedari tadi hanya diam dan hanya menjawab dengan kata 'hmm' selain itu tudak ada. Padahal dia sudah nyerocos panjang lebar kayak jembatan anyer-panarukan.

Athala yang awalnya ingin menyandarkan kepalanya di bahu Bella, seketika menegakkan badannya langsung dan membuka matanya refleks saat ada yang mengganjal di dalam hatinya. Dia menatap kearah Bella dengan penuh selidik, sedangkan yang di tatapn hanya mengerutkan dahi heran.

"Kenapa sih, natap aku kayak gitu?" tanya Bella heran.

Mata Athala semakin memincing curiga. "Kamu kabur dari rumah biar bisa kesini?" tuduh pria itu semakin curiga.

Kerutan di dahi Bella semakin mendalam dan mulutnya melongo. "Hahh, kabur??" beo cewek itu memastikan.

"Iya kamu kabur kan biar bisa kesini? Padahal kan Papa kamu ada di rumah setelah pulang dari luar negri. Dan aku tahu, Papa kamu ngelarang keras kita buat komunikasi apalagi ketemu." cerocos Athala membuat Bella meledakkan tawanya. "Loh kok kamu malah ketawa?!"

"Buat apa aku susah-susah buat kabur kalau Papa aja ngizinin aku buat ketemu kamu?" jawab Bella dengan tawa yang masih terdengar.

Athala mengerjapkan matanya kaget. "H-hah? Papa kanu ng-ngizinin kamu buat ketemu aku? Terus kemarin-kemarin kenapa kita harus diem-diem buat ketemu, astaga..."

Pria itu mengacak rambutnya frustasi. Bella terkekeh pelan lalu menarik kedua pipi Athala.

"Aku juga gak tahu kenapa Papa bisa berubah gitu.. padahal dia paling keras ngelarang kita ketemu. Dan sekarang dia ngizinin secara langsung dan malah nyuruh aku cepet-cepet buat siap-siap jenguk kamu." cerita Bella membuat mata Athala berbinar.

"Jadi restu Papa kamu gak bakalan ilang?!" tanya pria itu antusias.

Bella mengedikkan bahunya acuh. "Gak tau juga aku, Papa aneh bangett."

Athala senyum-senyum sendiri membayangkan. Dalam hati dia bernapas lega karena Firman sepertinya mulai merestui hubungan mereka lagi. Padahal Athala sempat berfikir jika hubungan mereka akan kandas begitu saja karena tak adanya restu dari Firman.




Tanpa disadari dalam tas Bella ada alat perekam suara berukuran sangat kecil sehingga tidak ada yang bisa melihat. Alat perekam suara itu langsung tersambung pada laptop milik Firman yang memang sengaja pria itu taruh agar dia tahu apa saja yang di bicarakan oleh mereka berdua.

Firman tersenyum. "Tidak semudah itu fergusoooo.."




to be continue

Jerk Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang