Episode 14

5.1K 238 2
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

...

"Nih!" Asher meletakkan dengan kesal plastik hitam berisi ketoprak itu di atas meja, Hayla yang menunggu lama seketika berbinar matanya.

Tadi saat sekitar jam 8, Hayla bilang kepada Asher jika dirinya ingin sekali makan ketoprak. Asher yang mageran malas mengabulkan, alhasil Hayla yang tidak ingin menerima penolakan berniat mengadu ke bapak yang memang tidak menyukai Asher, biar lelaki itu dihajar habis-habisan.

Sebab jengah terus dipaksa, mau tidak mau Asher bergerak mencari pedagang ketoprak. Karena di derah sekitar situ para pedagang ketorak sangat jarang dijumpai, kalau pun ada setahu Asher tutup hanya sampai sore, berakhir Asher pulang-pulang pada pukul 10 malam lebih. Ditambah jalanan macet yang kebetulan besok tanggal merah, jadi orang-orang keluar beramai-ramai.

"Makasih." Mangkuk, sendok dan segelas air yang sudah dipersiapkan Hayla akhirnya terpakai setelah lumutan menunggu Asher berjam-jam.

Hayla tidak marah pada Asher yang datang lebih dari kata telat, justru Hayla merasa berterima kasih sebab Asher sudah bersedia mengabulkan permintaan yang bisa dikatakan dari si utun—dedek bayi.

Lagi pula Hayla sedang tidak ingin berdebat, harinya lelah, suaranya serak akibat terlalu banyak berteriak ketika bermain bersama dua orang sohibnya.

"Eum enak banget, beli di mana?" tanyanya dengan mulut penuh makanan.

"Persimpangan jalan itu, mana macet, untung yang jualan masih stay."

Hayla menyenggol Asher yang asik menutup mata mengistirahatkan diri setelah pusing bergulat dengan klaksonan banyak kendaraan. "Tumben bisa diandelin, thanks yah."

Mendelik singkat, Asher berdiri seraya membuka jaketnya yang belum ia lepas.

"Sejak kapan gue gak bisa diandelin, Ay? Nih lo beruntung banget dapetin gue yang diidam-idamkan para cewek di luaran sana."

Hayla mencebik tanpa sepengetahuan Asher yang tengah berjalan menaiki tangga.
"Prett, ganteng doang ramah kagak."

Di atas—lebih tepatnya di pembatas, Asher menatap Hayla yang asik makan di bawah. Menghela sebentar, Asher memangku kepalanya dengan tangan yang ia ketakkan di besi pembatas.

"Gue gak ramah di mananya Hayla? Lo minta gue sikatin wc gue sikatin, lo nyuruh gue cuci piring gue turutin, lo merintah gue jemur baju gue lakuin."

"Bukan ramah itunya dodol, cetek banget gak bisa bedain mana ramah mana babu."

"Yeu itu mulut minta disodokin ikan arwana," decak Asher tak terima jika dirinya disebut sebagai babu.

"Lah emang kenyatannya bener, kan? Gue suruh-suruh lo tapi lo-nya gak pernah nolak."

"Ya karena gue gak mau dengerin lo ngoceh aja, sakit kuping gue setiap lo nyerocos nyalahin gue."

Agaknya melempar sendok yang Hayla gunakan untuk makan ke arah Asher yang bicara seenaknya adalah sesuatu yang sangat tepat, tapi Hayla tidak bisa berbuat seperti itu. Bukan takut dimarahi Asher, takut dosa saja. Hehe.

ASHER: LOVE MISTAKESWhere stories live. Discover now