29| The Feeling No One Can't Understand

4.3K 717 362
                                    

190 vote  dan 150 comments,
Aku akan update next chapter besok✨

Happy reading.
______________

Ketakutan Seokjin terasa semakin nyata. Sebuah map berisikan surat cerai menyambutnya di atas meja etalier. Satu pihak sudah mendatangini tanpa ragu, hanya tinggal Seokjin yang belum menandangani. Tak menyangka perasaannya bisa kacau hanya karena selembar kertas. Dadanya serasa diremas sampai menimbulkan sensasi sesak yang berlebihan.

"Pikirkan lagi, Youra." Han Seokjin berucap dengan nada memohon. Pena di atas meja belum disentuh, mendadak lupa bagaimana menggunakan pena untuk menulis.

Youra menggeleng. "Tolong konsisten sesuai yang tertulis dalam kontrak," tegasnya.

"Tak pikirkan Han Min Ho?" Sudah mustahil untuk mengoyahkan Youra, tetapi Seokjin akan terus mencoba.

Pria itu tentu saja lelah. Bayangan-bayangan tentang Youra yang tak akan ada lagi di sisinya membuat Seokjin takut. Selalu bisa mengganggu tidur Seokjin dan mengacaukan apapun yang pria itu kerjakan.

"Aku bohong jika bilang tak pikirkan. Aku sayang Han Min Ho," balas Youra yang memang begitu adanya.

Seokjin menarik napasnya samar lalu dihembuskan. Mendadak sulit bernapas.

"Hak asuhnya padaku, kan?" tanya Seokjin lagi.

"Iya. Sesuai perjanjian awal." Youra berucap seperti segalanya adalah hal yang mudah.

Dengan berat hati Seokjin menarik pena yang menganggur di atas meja. Baru pertama kalinya Seokjin menanda tangani sesuatu terasa seperti membunuh dirinya sendiri. Setiap goresan pena yang dituntunnya, seperti menusuk dadanya dan menjalarkan sakit.

Seokjin menanda tanganinya. Setidaknya jika Youra pergi, Seokjin masih punya Han Min Ho.

Youra menarik map perlahan setelah Seokjin selesai menanda tangani. "Semuanya akan baik-baik saja, Han," ucapnya.

"Aku tidak yakin." Seokjin menjawab seperti tak memiliki semangat hidup. Nadanya pasrah. Jelas saja, satu-satunya penyemangat hidupnya akan meninggalkannya.

Begitu perbincangan singkat mereka di atelier kedai Seokjin hari itu. Youra mengatakan semuanya akan baik-baik saja, tetapi Seokjin sama sekali tak merasakan dirinya membaik. Ketakutan semakin besar mengisi diri. Pagi, siang, dan malam. Seokjin tak bisa menahan lagi hari untuk tidak berganti. Malah terasa semakin cepat. Sidang pertamanya baru saja terselesaikan.

Semuanya masih seperti mimpi, bahkan ketika Seokjin membenarkan semua tuduhan yang Youra berikan di persidangan pertama. Perasaan Seokjin kacau sekali saat duduk di kursi persidangan, apalagi ketika mendengar tangisan ibunya yang mengambil duduk di belakang.

Kini semua orang tau, orang tua masing-masing sudah tau. Berita perceraian mereka adalah hal yang tak pernah diinginkan untuk terjadi. Mereka bisa bilang begitu karena tidak mengerti kronologinya. Han Seokjin sebagai alasan kepergian Youra saja masih sering tak mengerti kesalahannya sendiri, apa lagi orang-orang yang tidak terlibat. Tentu mereka tak tau apapun. Bahkan tak tau seberapa kejam yang namanya 'perselingkuhan'.

Persidangan itu mengalir seperti air, tak ada hambatan karena Seokjin tak membuat pembelaan diri. Bukannya tidak mau berusaha untuk mempertahankan Youra, melainkan semua gugatan Youra berikan benar adanya. Perselingkuhan.

Seokjin tak bisa melakukan apapun, bahkan sampai sidang pertama mereka usai.

"Terima kasih. Aku tau kau pria bertanggung jawab." Youra menepuk bahu Seokjin dengan senyuman simpul di akhir kalimat. "Masih ada sidang kedua, persiapkan diri."

Ramyun Bakery [Seokjin]Where stories live. Discover now