21| Perjanjian

4.4K 660 297
                                    

Vote dan komen yang banyakkk.

Selamat membaca

_________

Youra terkejut mendapati Han Seokjin pagi-pagi sekali sudah ada di depan apartemennya. Segera wanita itu menarik Seokjin masuk dengan panik.

"Sudah kubilang jangan ke sini. Nanti tetangga unit lain curiga," ucap Youra memperingati, nadanya merujuk ke protes.

"Mau lihat Noori, Bam, dan Nun." Seokjin membalas santai dengan senyuman hangat. Mungkin memang itu alasan kedatangannya, atau mungkin juga ada alasan lain.

Kemudian pria itu membawa paper bag berukuran sedang di tangan menuju dapur apartemen Youra. Ada satu kaleng tuna di dalamnya, dan tentu ada hal lainnya yang mengisi paper bag itu. Seokjin tak perlu bertanya lagi di mana letak dapur, pria itu sudah merekam dengan baik keseluruhan apartemen Youra ketika kunjungannya empat bulan yang lalu.

Seokjin disambut hangat dengan kucing-kucing yang memang tinggal bersama Youra. Kucing-kucing itu mendadak manja di antara kaki Seokjin padahal kenyataannya pria itu sudah tak berkunjung selama empat bulan terakhir.

Seokjin memberikan dua kaleng tuna yang diambilnya dari dalam paper bag, kemudian memasukan hal lain yang mengisi paper bag ke lemari pendingin di dapur milik Youra. Buah-buahan, telur, salmon kualitas terbaik, beberapa sayuran, dan susu ibu hamil.

"Aku cari di Naver, ini susu terbaik untuk wanita yang sedang mengandung," ucap Seokjin membaca komposisi produk di atas box. "Ini bagus untuk janin. Mengandung zat gizi, yaitu asam folat, AA, dan DHA."

"Han," Youra yang berdiri di balik tubuh Seokjin memanggil dan menghela karena sikap Seokjin.

Seokjin berbalik, memberi senyuman hangat. "Aku buatkan sarapan, ya?" Seokjin bertanya begitu seperti hubungan mereka baik-baik saja.

Tentu tidak baik-baik saja. Youra belum memutuskan tentang pernihakan yang Seokjin tawarkan. Wanita itu perlu berpikir sejenak. Youra tak cinta Seokjin dan tak bisa menikah dengan cara seperti itu. Lagi pula semua itu akan menguntungkan satu pihak, yaitu Han Seokjin sendiri. Hanya pria itu yang mengaku jatuh cinta, tapi tidak dengan Youra.

"Han, please stop." Youra menghentikan gerakan Seokjin yang menarik beberapa sayuran keluar dari lemari pendingin.

Seokjin berbalik, menatap ke arah Youra. Tatapannya kini berbeda, tak hangat lagi. Pria itu berusaha datang dengan cara baik-baik, tanpa emosi dan sebagainya. Namun, Youra adalah wanita yang egois.

"Kau mengandung anakku. Aku bertanggung jawab, Youra. Kenapa kau selalu ingin menghentikanku?" tegas Seokjin.

"Kau bilang kemarin setuju jika aku memikirkan keputusanku selama satu minggu. Kau janji tak akan mengusikku selama satu minggu ini. Lalu, kenapa kau datang?" protes Youra.

Mereka memang menyepakati itu. Seokjin berjanji untuk tidak mengusik Youra. Namun, sepertinya pemahaman mereka selalu berbeda. Seokjin mana bisa bersikap acuh pada Youra. Jauh dalam hati, Seokjin lega mereka bisa berbicara dan bertemu lagi walau Youra sering menguji kesabarannya. Setidaknya, Seokjin kini punya alasan untuk bertemu Youra.

"Keputusannya kita pasti menikah. Syaratnya terserah kepadamu, tapi aku mau kita menikah. Jangan lakukan apapun pada janinnya." Seokjin menatap tegas ke arah Youra. Apalagi alasan Seokjin datang dan membawa semua kebutuhan yang harus dikonsumsi ibu hamil? Tentu karena pria itu peduli. Peduli dengan anak mereka.

Sangat was-was meninggalkan Youra sendirian karena jalan terbaik menurut wanita itu adalah menggugurkan kandungan. Malam kemarin mereka sudah membicarakannya baik-baik dan berakhir setuju tentang semua keputusan akan berakhir dengan menikah, Seokjin menyerahkan kepada Youra semua persyaratannya. Terserah wanita itu akan menulis pernyataan apa, yang penting akhirnya mereka menikah. Walau pernikahan itu akan dijuluki pernikahan bersyarat, pernikahan kontrak, dan sebagainya.

Ramyun Bakery [Seokjin]Where stories live. Discover now